Anggota DPR Ini Sampaikan Orasi Pendidikan di Kampus IKIP Budi Utomo Malang
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Anggota Komisi X DPR Ir. HM. Ridwan Hisjam menyampaikan Orasi Ilmiah di hadapan 1545 Wisudawan/wati Sarjana serta Pasca Sarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo Malang di Gor Ken Arok, Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (22/10/2016).
Pada orasi ilmiah itu, Ridwan menyampaikan tema “Pembangunan Bangsa Dari Perspektif Pendidikan”. Menurutnya, pembangunan bangsa harus pada inti permasalahannya, terletak pada pengelolaan dan pengembangan pendididikan sebagai instrumen perjuangan bangsa untuk pembangunan bangsa ini.
“Tugas Konstitusional Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi: “ … melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial … ”, paparnya.
Selain itu, lanjutnya, pada Pasal 31 ayat (1) dan (3) dalam konstitusi yang menyebutkan: “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Maka Pemerintah perlu mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
“Amanat konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang dinyatakan dalam UUD NRI 1945, khususnya pasal 31, dengan tegas dan jelas memposisikan pendidikan nasional pada posisi strategik sebagai instrumen perjuangan bangsa yang tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tapi untuk membangun bangsa dan peradaban bangsa,” jelasnya.
Politisi Partai Golkar ini menilai, berbicara mengenai pendidikan dan ilmu pendidikan, ia bersandar pandangan H.A.R. Tilaar mengenai hakekat ilmu pendidikan sebagai antropologi filsafat. Dalam pandangannya, proses pendidikan berkenaan dengan hakekat manusia dalam lingkungan kebudayaan tertentu.
“Oleh karena itu, filsafat pendidikan Indonesia tentunya berkenaan dengan gambaran dalam lingkungan kebudayaan Indonesia. Pendidikan dan pengelolaan pendidikan di Indonesia harus disandingkan dan dieratkan dengan nilai-nilai kebudayaan yang ada di Indonesia,” terangnya.
Pendidikan, sambungnya, jangan mengambil jarak dengan kebudayaan atau sengaja menjauh. Jika itu terjadi, maka tinggal menunggu waktu kerapuhan-kerapuhan yang akan lahir dari out put pendidikan itu sendiri.
“Ketika kerapuhan terjadi, maka pendidikan sebagai instrumen perjuangan bangsa tentu tidak memiliki daya dan manfaat untuk pembangunan bangsa dan mendukung masa depan bangsa,” ujarnya.
“Kita pahami bersama bahwa masyarakat dunia termasuk Indonesia dewasa ini berubah dengan sangat cepat. Perubahan sosial tersebut tentunya menuntut pandangan-pandangan baru dalam pendidikan. Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari perubahan sosial, dan lembaga pendidikan itu sendiri merupakan bagian yang terintegrasi dengan perubahan sosial,” pungkas Ridwan di hadapan para hadirin wisuda itu. (Suryadi)