ATASI PERMUSUHAN DAN KEBENCIAN : Menjauhi Adu Domba Berdasarkan Ajaran Islam

 ATASI PERMUSUHAN DAN KEBENCIAN : Menjauhi Adu Domba Berdasarkan Ajaran Islam

Oleh: Munawir K, Dosen UIN Alauddin Makassar

Adu domba, atau dalam terminologi Islam dikenal sebagai namimah (النميمة), merupakan salah satu bentuk perilaku tercela yang telah banyak menciptakan kerusakan dalam kehidupan individu maupun masyarakat.

Tindakan ini, yang bertujuan untuk memprovokasi permusuhan atau konflik di antara manusia, menjadi penyebab utama perpecahan, kebencian, dan keretakan hubungan sosial.

Dalam perspektif Islam, adu domba termasuk kategori dosa besar karena dampaknya yang sangat merusak tatanan sosial dan moral manusia.

Islam, sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan dan keharmonisan, menekankan pentingnya menghindari adu domba melalui berbagai ajaran Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW.

Larangan terhadap perilaku ini tidak hanya bertujuan menjaga hubungan antarindividu, tetapi juga mencegah kehancuran masyarakat secara keseluruhan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 12 tentang larangan berprasangka buruk, mencari kesalahan orang lain, dan menggunjing, yang semuanya terkait erat dengan sifat adu domba. Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa orang yang menyebarkan fitnah dan adu domba tidak akan masuk surga (HR. Muslim).

Fenomena adu domba sering kali dipicu oleh berbagai faktor, seperti hasad (iri hati), kebencian, ambisi pribadi, dan kurangnya pengendalian diri. Dalam konteks kehidupan modern yang serba cepat dan penuh persaingan, perilaku ini bahkan dapat dilakukan dengan lebih mudah melalui media sosial dan teknologi informasi. Ironisnya, banyak orang yang tidak menyadari dampak destruktifnya terhadap individu, keluarga, maupun masyarakat luas.

Tulisan ini berupaya untuk menjelaskan sebab-sebab, bahaya, dan dampak adu domba, baik dalam skala individu maupun sosial, serta menawarkan solusi yang diajarkan Islam untuk mencegah dan mengatasinya. Dengan pendekatan ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami urgensi menjaga keharmonisan dan menjauhi tindakan yang dapat merusak hubungan kemanusiaan.

Sebab-sebab Adu Domba

1. Hasad dan Dengki (الحسد):
Perasaan iri hati dan dengki mendorong seseorang untuk merusak hubungan baik antara orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ (رواه أبو داود)
“Jauhilah hasad, karena hasad memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud)

2. Kebencian dan Permusuhan (البغضاء):
Kebencian terhadap seseorang atau kelompok tertentu sering kali memicu tindakan adu domba untuk merusak reputasi mereka. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ (سورة الحجرات: 12)
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

3. Keinginan untuk Mendapatkan Keuntungan Pribadi (المصلحة الشخصية):
Seseorang mungkin melakukan adu domba untuk mencapai tujuan pribadi, seperti mendapatkan kekuasaan, harta, atau kedudukan.

4. Kurangnya Pengendalian Diri (ضعف التحكم الذاتي):
Ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi dan lisan dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam perbuatan adu domba. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (رواه البخاري)
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari)

Bahaya dan Efek Adu Domba

1. Efek Individu:
Rusaknya Reputasi dan Kepercayaan:
Pelaku adu domba akan kehilangan kepercayaan dari orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ (رواه مسلم)
“Tidak akan masuk surga orang yang suka menebar fitnah (adu domba).” (HR. Muslim)

Kerusakan Spiritual:
Perbuatan adu domba mengakibatkan hati menjadi keras dan jauh dari rahmat Allah. Allah SWT berfirman:
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا (سورة الفجر: 20)
“Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr: 20)

2. Efek Sosial:
Perpecahan dan Permusuhan:
Adu domba menyebabkan perpecahan dan permusuhan di antara individu dan kelompok. Rasulullah SAW bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا (رواه البخاري ومسلم)
“Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dustanya perkataan. Janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, memata-matai, berkompetisi tidak sehat, saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim)

*Menghancurkan Keharmonisan Masyarakat:*
Perbuatan adu domba menghancurkan keharmonisan dan kerukunan dalam masyarakat, menciptakan suasana penuh ketidakpercayaan dan ketidakstabilan.

Solusi Mengatasi Adu Domba dalam Islam

5. Memperbanyak Doa

Berdoa untuk Terhindar dari Perbuatan Buruk:
Memohon kepada Allah agar diberi hati yang bersih dan terhindar dari perbuatan adu domba. Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ (سورة الحشر: 10)
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: ‘Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.'” (QS. Al-Hashr: 10)

*lTindakan Praktis untuk Mencegah Adu Domba

1. Menegakkan Keadilan (العدل):
Mencegah Diskriminasi dan Ketidakadilan:
Menegakkan keadilan dalam semua aspek kehidupan merupakan kunci utama untuk mencegah adu domba. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (سورة النساء: 58)
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)

2. Menjaga Silaturahmi (صلة الرحم):
Meningkatkan Hubungan Keluarga dan Komunitas:
Silaturahmi yang kuat dapat mencegah terjadinya adu domba, karena hubungan yang baik akan meminimalkan kesalahpahaman. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري ومسلم)
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Memperkuat Komunikasi yang Positif (التواصل الإيجابي):
Mendorong Dialog dan Komunikasi yang Baik:
Islam mendorong umatnya untuk selalu berkomunikasi dengan cara yang baik dan santun, serta menghindari kata-kata yang menyakitkan. Allah SWT berfirman:
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا (سورة الإسراء: 53)
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.'” (QS. Al-Isra: 53)

4. Menghindari Penyebaran Isu Tanpa Dasar (التحقق من الأخبار):
Memverifikasi Informasi Sebelum Menyebarkannya:
Islam menekankan pentingnya verifikasi informasi sebelum disebarkan untuk mencegah fitnah dan adu domba. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (سورة الحجرات: 6)
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)

Untuk menutup tulisan ini perlu diketengahkan sebuah kisah teladan dan inspiratif yang berkaitan dengan adu domba:

Kisah Abdullah bin Mas’ud dan Hikmah Menghindari Adu Domba

Di zaman Rasulullah SAW, Abdullah bin Mas’ud RA dikenal sebagai salah satu sahabat yang sangat dekat dengan beliau dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam.

Suatu hari, ada seorang pria yang mencoba mengadu domba antara Abdullah bin Mas’ud dan Khalifah Umar bin Khattab RA.

Pria ini mengatakan kepada Abdullah bin Mas’ud bahwa Umar telah berkata buruk tentangnya. Mendengar hal ini, Abdullah bin Mas’ud tidak langsung mempercayai kabar tersebut dan memutuskan untuk menghadap Umar bin Khattab secara langsung.

Ketika bertemu dengan Umar, Abdullah bin Mas’ud menceritakan apa yang ia dengar dan menanyakan kebenarannya. Umar, dengan penuh kejujuran, menjelaskan bahwa apa yang dikatakan pria tersebut adalah kebohongan belaka dan ia tidak pernah berniat buruk terhadap Abdullah bin Mas’ud.

Setelah mendengar penjelasan Umar, Abdullah bin Mas’ud bersyukur karena tidak terburu-buru mempercayai kabar yang tidak jelas sumbernya.

Dalam kisah ini, ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil:

1. Menghindari Berita Tanpa Verifikasi:
Abdullah bin Mas’ud RA menunjukkan pentingnya tidak langsung mempercayai berita atau gosip tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu. Hal ini sejalan dengan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍۢ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَـٰلَةٍۢ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَـٰدِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)

2. Menjaga Ukhuwah Islamiyah:
Dengan mencari klarifikasi langsung dari Umar, Abdullah bin Mas’ud berhasil menjaga hubungan baik dan ukhuwah Islamiyah di antara mereka. Tindakan ini sangat penting dalam mencegah terjadinya perpecahan dan permusuhan di dalam komunitas Muslim.

3. Menjauhi Adu Domba:
Kisah ini mengajarkan kita untuk berhati-hati terhadap orang-orang yang mencoba mengadu domba di antara sesama Muslim. Adu domba adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam karena dapat menghancurkan persaudaraan dan menimbulkan kebencian.

4. Mengamalkan Husnuzhan (Berbaik Sangka):
Abdullah bin Mas’ud memilih untuk berbaik sangka dan mencari kebenaran terlebih dahulu daripada langsung berprasangka buruk terhadap Umar. Sikap husnuzhan ini sangat dianjurkan dalam Islam untuk menjaga keharmonisan dan kedamaian.

Melalui kisah ini, kita diajak untuk selalu menjaga kejujuran, verifikasi informasi, dan ukhuwah Islamiyah. Dengan demikian, kita dapat menghindari fitnah dan adu domba yang dapat merusak hubungan baik di antara sesama Muslim.

PENUTUP DAN KESIMPULAN

Adu domba, yang dikenal dalam Islam sebagai namimah (النميمة), merupakan salah satu bentuk perilaku tercela yang dilarang keras karena dampaknya yang merusak tatanan sosial dan moral manusia. Islam telah menegaskan larangan perilaku ini melalui berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW. Sebagai tindakan yang berakar dari sifat iri hati, kebencian, atau ambisi pribadi, adu domba menciptakan permusuhan dan kehancuran, baik pada tingkat individu maupun masyarakat.

Dampak buruk adu domba meliputi hilangnya kepercayaan, rusaknya hubungan sosial, dan keretakan dalam kehidupan bermasyarakat. Islam menawarkan berbagai solusi untuk mencegah dan mengatasinya, seperti memperkuat iman, menjaga lisan, menanamkan sifat husnuzan (berprasangka baik), serta mengutamakan silaturahmi dan persaudaraan.

Dengan memahami bahaya dan solusinya, setiap individu diharapkan mampu menjauhi perilaku ini dan menjadi agen harmoni di lingkungan masing-masing.

Sehingga dengan demikian , dalam menghadapi kehidupan modern yang penuh dengan tantangan sosial dan teknologi informasi, potensi munculnya perilaku adu domba semakin meningkat.

Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk terus memelihara nilai-nilai persaudaraan, saling menghormati, dan menjaga keharmonisan, sebagaimana diajarkan oleh Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.

Sebagai bagian dari masyarakat, kita memiliki tanggung jawab bersama untuk menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis dengan menjauhi perilaku tercela seperti adu domba.

Dengan demikian, nilai-nilai Islam yang mulia dapat menjadi dasar yang kokoh untuk membangun kehidupan yang lebih baik, adil, dan penuh kasih sayang. Mari kita menjadi bagian dari solusi dengan terus menyebarkan kebaikan, memupuk persaudaraan, dan menghindari hal-hal yang merusak hubungan antar manusia.#Wallahu A’lam Bishawab

 

Facebook Comments Box