Berlanjut, Balasan untuk Puisi Ibu Indonesia Karya Sukmawati
BANGKA BELITUNG – Meski sudah minta maaf, puisi karya putri sang proklamator Sukmawati Soekarno Putri yang dibacakan saat acara gelaran peringatan 29 tahun desainer kondang Anne Avantie masih berlanjut menuai kritikan tajam.
Pada puisi Sukmawati yang berjuduk ‘Ibu Indonesia’ menyulut reaksi jutaan masyarakat khususnya umat muslim. Termasuk Netizen atau warganet bergantian mengecam isi puisi yang mengandung SARA itu.
Puisi Sukmawati yang menyamakan konde dengan cadar, dan kidung dengan suara adzan serta membahas syariat Islam tersebut dianggap SARA oleh banyak orang. Bahkan MUI juga menyebut puisi itu mengandung muatan SARA.
Tak ketinggalan budayawan asli Malang Ahmadi Sofyan yang saat ini berdomisili di Bangka Belitung membuat puisi balasan untuk Sukmawati.
Berikut Puisi Balasan Ahmadi Sofyan :
AKU ‘SETUJU’ PUISIMU “IBU INDONESIA”
*Oleh: Ahmadi Sofyan
(Penulis Buku/Pemerhati Budaya)
Kamu yang mengaku “Ibu Indonesia”…..
Aku setuju kalau kamu tak tahu Syariat Islam
Karena yang kau tahu hanyalah konde di kepalamu
Karena yang kau tahu bagaimana membuat ijazah palsu
Aku setuju katamu cantik tak bercadar
Karena memang begitulah mulut kurang ajar
Aku setuju katamu gerai tekuk rambut suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Karena memang begitulah pikiran orang tak berilmu
Sepertimu…
Aku setuju jari jemarimu berbau getah hutan
Memang begitulah umumnya orang hutan
Yang kotor tak tersentuh air kesucian
Yang mengaku Islam tapi syariatnya tak paham
Sedangkan ibu Indonesia kami…
Ibu yang jari jemarinya beralir air wudhu_
Peluhnya tersentuh wirid dan zikir mengalun syahdu
Kamu yang mengaku Ibu Indonesia…
Jangan lagi mendayu mengaku-ngaku
Karena Ibu Indonesia tak pernah seperti dirimu
Mulut dan karya Ibu Indonesia adalah cinta
Bukan berwajah angkara murka dan mulut berbisa
Sepertimu…
Aku setuju kalau kamu tak tahu syariat Islam
Karena memang yang kau tahu hanyalah kidung sendu
Wajar saja kidung itu kau anggap lebih merdu
Dari alunan Azan panggilan dari Sang Penciptamu
Aku setuju kalau kau bilang suara kidung lebih merdu dari Azan
Karena memang begitulah pendengaran syetan
Sedangkan Ibu Indonesia kami menunggu suara Azan
Sebagai pelepas dahaga menggapai kerinduan
Kau yang mengaku Ibu Indonesia…
Saat pandanganmu semakin pudar
Saat mulutmu semakin tak lancar
Saat pendengaranmu semakin buyar
Saat perasamu semakin bergetar
Aku yakin, bukan konde penyelamatmu
Bukan kidung yang menenangkanmu
Untukmu yang mengaku “Ibu Indonesia”
Indonesia tak pernah memiliki ibu sepertimu
Bangka Belitung, 5 April 2018