Dari Gujarat atau dari Chinakah Penyebaran Islam ke Jawa?

Di zaman terkoneksi secara global seperti sekarang, menyelidiki sejarah masuknya Islam ke berbagai wilayah, semakin mudah dan informasi yang tersedia untuk direkonstruksi makin melimpah.
Terkait penyebaran Islam di Jawa, tampaknya teori lama yang menyatakan peranan pedagang Gujarat (India) sebagai faktor penting penyebaran Islam di Indonesia, dapat saja diuji kembali keabsahannya. Terutama sekali untuk kasus penyebaran Islam di Jawa.
Satu hal yang perlu diuji ialah jika memang Islam disebarkan oleh orang-orang Gujarat (India), lantas mengapa corak dan gaya keislaman antara di Jawa dan Gujarat terlihat berbeda.
Sebaliknya jika kita amati melalui laporan-laporan yang melimpah saat ini, baik dari tulisan maupun video, corak dan gaya keislaman di China, terutama di Provinsi Yunnan maupun Shaanxi, yang umumnya dianut oleh masyarakat China suku Hui, banyak sekali terlihat kemiripan sikap, karakter dan coraknya. Saya pernah lihat misalnya, cara melakonkan zikirnya, dengan menggeleng-geleng kepala dan suara yang keras, hal itu merupakan hal yang lazim di Indonesia.
Lagi pula, kontak perdagangan dan migrasi penduduk, telah lama terjadi antara China dengan Indonesia. Demikian juga jenis-jenis makanannya juga terlihat beberapa hal sama. Mungkin bagi mereka yang menekuni secara serius hubungan keislaman antara China dan Indonesia, khususnya Jawa, akan dapat memberikan tambahan daftar kesamaan budaya keislaman antara China dan Indonesia.
Pengaruh Gujarat atau India, mungkin sangat kuat di masyarakat yang tinggal di Pulau Sumatera. Tetapi kalau di Jawa, agaknya lebih banyak dipengaruhi oleh Muslim dari China, mengingat Muslim di China sempat berkembang kuat pada masa Dinasti Yuan yang dipimpin oleh keturunan Hulagu Khan yang meruntuhkan Kekhalifahan Islam Abbasiyah di Baghdad, yaitu Kubilai Khan. Berlanjut pada masa Dinasti Ming, perkembangan Islam di China, juga bagus.
Provinsi Yunnan sendiri pernah diperintah oleh seorang Muslim yang berasal dari Asia Tengah. Adalah Sayyid Ajall Syams al-Din Omar al-Bukhari (1211-1279) gubernur provinsi pertama Yunnan, yang ditunjuk oleh Dinasti Yuan Tiongkok dipimpin oleh Ku Bilai Khan. Timbul pertanyaan, apakah terdapat juga motif islamisasi ke Jawa zaman Singosari, tatkala terjadi invasi Mongol?
Gubernur yang merupakan keturunan Sayyid ini, salah satu cucunya ialah Laksamana Cheng Ho yang masyhur itu yang juga menganut agama Islam pada masa Dinasti Ming, setelah Dinasti Yuan runtuh.
Satu alasan lagi mengapa sepertinya teori Gujarat demikian populer diperkenalkan oleh Belanda, bukan tidak mungkin dengan maksud memisahkan hubungan keislaman antara penduduk Nusantara dengan penduduk China. Memang Belanda mempunyai kebijakan agar penduduk yang berasal dari China dan penduduk pribumi senantiasa terpisah dan bertentangan, tentu dalam rangka kepentingan kontrol kolonial Belanda. Dengan teori Gujarat, menunjang kepentingan terpisahkannya hubungan emosional antara China dengan pribumi Nusantara.
Pengamatan ini tentu perlu diuji lagi dan diselidiki fakta-fakta dan informasi lapangannya. Tapi, memperhatikan corak dan karakteristik keislaman suku Hui di China, mengingatkan kita gaya dan karakteristik keislaman pada penduduk di Jawa. Sebagaimana kita ketahui, suku Hui adalah identifikasi mereka yang beragama Islam di luar suku Han yang mayoritas.
Suku Hui yang pada mulanya merupakan pendatang dari Asia Tengah di China dalam rangka aktivitas perdagangan jalur sutra telah bercampur dengan suku-suku yang ada di China, termasuk dengan suku Han, tapi mempertahankan identitas dan keyakinan Islamnya. Mereka menyebar di berbagai wilayah saat ini, termasuk di Beijing.