Debat Cagub-Cawagub DKI Putaran II Jangan Jadi Forum Hiburan
Oleh : Ubedilah Badrun, Analis Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Spirit debat putaran kedua adalah pendalaman visi misi dan pendalaman program maka perdebatanya harus mampu menohok persoalan pokok Jakarta dan menjawab apakah detail program cagub-cawagub akan menjawab persoalan pokok Jakarta
________________________________________
Menjelang debat cagub cawagub DKI putaran dua Rabu malam 12 April ini sepi analisis. Pasalnya tafsir model debat atas klausul aturan debat yang dikeluarkan KPU DKI terkait pendalaman visi misi seperti menemui ujung ide atau mentok.
Walhasil KPU DKI hanya akan menyodorkan satu pembeda utama antara debat putaran dua dengan debat putaran pertama yaitu pada putaran dua akan melibatkan unsur masyarakat untuk bertanya langsung.
Polanya memang akan sedikit menghibur masyarakat karena ada riuh unsur masyarakat yang diwadahi aspirasinya dan tentu akan ada riuh pendukung.
Situasi debat rabu malam ini juga akan menjadi ajang kontestasi kosakata cagub-cawagub. Kontestasi kosakata ini akan terjadi karena media kosakata inilah yang nampaknya ditunggu yang didengar langsung para pendukung untuk diberi tepuk-tangan.
Lagi-lagi riuh tepuk tangan pendukung adalah ekspresi yang memiliki makna hiburan tersendiri bagi para pendukung. Parahnya jika cagub cawagub miskin kosakata karena cenderung akan terjadi pengulangan kata-kata seperti pada debat putaran pertama, lalu dengan terpaksa pendukungnya tepuk tangan. Ini tentu situasi membosankan yang terpaksa lucu ditonton.
Miris jika kemudian debat putaran dua hanya menjadi forum hiburan, tak ubahnya seperti stand up comedy. Saya kira kita semua yang masih memiliki harapan bagi kemajuan Jakarta tidak ingin debat putaran kedua ini terjadi seperti itu.
Harapan ini ditambatkan pada panelis, perwakilan masyarakat dan moderator debat Ira Koesno agar tidak terjebak seperti forum hiburan.
Agar tidak menjadi sekedar forum hiburan sebaiknya pertanyaan pertanyaanya perlu dilakukan bertubi-tubi hingga menunjukan adanya kedalaman ontologis ontological depth dari jawaban cagub-cawagub atas problem substantif Jakarta.
Karena spirit debat putaran kedua adalah pendalaman visi misi dan pendalaman program maka perdebatanya harus mampu menohok persoalan pokok Jakarta dan menjawab apakah detail program cagub-cawagub akan menjawab persoalan pokok Jakarta tersebut.
Misalnya tentang seberapa detail program cagub-cawagub secara sistemik mampu mengatasi kesenjangan sosial ekonomi DKI Jakarta yang menganga dengan gini rasio yang mencapai 0,43. Saya kiri ini jauh lebih penting untuk diperdebatkan. []