Di IPU, Hafizs Tohir Sampaikan Pancasila Mencerminkan Cara Indonesia Berinteraksi
NEW YORK – Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Achmad Hafisz Tohir menjelaskan persoalan pandemi Covid-19, demokrasi, Pancasila dan Presidensi G20 dibahas pembukaan pembukaan sidang Inter Parliamentary Union (IPU).
Hafisz Tohir menyampaikan dalam forum itu bahwa permasaalhan pandemi Covid-19 memperburuk kembali dengan membuat kesenjangan yang makin memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi di tengah rakyat.
“Saya percaya, negara memikul tanggung jawab besar yang utama untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi setiap warganya. Dan negara juga bertanggung jawab untuk memastikan rakyat diperlakukan sama dan inklusif di hadapan hukum,” kata Hafisz Tohir saat berbicara pada sesi ke-3 di IPU di Gedung PBB, Jumat (18/2/2022) kemarin.
Hafisz Tohir yang juga Wakil Ketua Umum PAN ini menegaskan, tugas anggota parlemen sebagai perwakilan rakyat dari semua kelompok untuk mempromosikan serta memastikan proses pengambilan keputusan yang inklusif dan lebih luas lagi bermanfaat bagi rakyat.
“Di mana proses politik demokratis ini tidak boleh meninggalkan siapa pun dari rakyat,” ujar Hafisz Tohir yang juga alumni HMI ini.
“Di level nasional, kami memberlakukan sejumlah undang-undang untuk memastikan demokrasi inklusif sesuai dengan prinsip hak asasi manusia bagi semua bagian masyarakat; (1) UU Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, (2) UU Disabilitas, dan (3) UU Pemajuan Kebudayaan,” terang Hafisz yang juga anggota Komisi XI DPR RI ini.
Pada kesempatan itu pula, Hafisz Tohir menyampaikan bahwa keadilan sosial adalah penghormatan bagi keragaman yang menjadi jantung ideologi nasional di Indonesia.
“Di mana ideologis Pancasila, mencerminkan cara kita berinteraksi satu sama lain dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ucapnya.
Tak hanya itu, Hafisz Tohir memaparkan bahwa dengan Pancasila konsep kebangsaan di Indonesia lebih plural. Bangsa Indonesia lebih dari 1.300 kelompok etnis yang diakui dengan berbicara bahasa lokal mereka masing-masing dan menampilkan budaya mereka masing tanpa ada gesekan.
“Ini adalah peletakkan dasar nilai-nilai persatuan kesatuan Indonesia tanpa keseragaman dan keragaman tanpa fragmentasi di dalam panji NKRI,” terang Hafisz Tohir.
“Dari pancasila sebagai landasan, kita bisa menegakkan prinsip gotong royong, saling menghormati, simpati, dan peduli atau disebut gotong royong (tolong menolong). Kami berharap bisa memperkuat semangat kerja sama ini di tingkat internasional,” pungkasnya. (HMS)