Dialog Lintang & Pukang Perkara Perbandingan China dan Indonesia

Suatu sore, Lintang yang berasal dari China berdialog santai dan terus terang dengan Pukang, sahabatnya dari Indonesia.
Lintang: Saya perhatikan negaramu, dari awal hingga sekarang, nggak pernah beres dan selalu nyerong dan inkonsisten. Aku sarankan, jika sudah selama itu kalian nggak pernah beres dan ketidakpuasan demi ketidakpuasan selalu menekan, rubah saja dasar dan arah negara kalian?
Pukang: Tak ada yang salah dari dasar negara kami. Dasar negara kami paling sempurna dan sakti di dunia ini.
Lintang: Lha, kalau dasar negara kalian paling sempurna, kenapa hasil penerapan kehidupan dan pembangunan dari dasar kehidupan bernegara kalian itu, menurutmu selalu tidak maju dan suram. Mutar-mutar dari urusan itu ke itu. Kami saja berdasarkan Marxisme dan Maoisme sudah sebentar lagi melewati kemajuan dan kemegahan Amerika dan Eropa, kalian malah sudah mau tertinggal dari Vietnam yang kemarin sore selesai perang. Belum dibandingkan dengan Qatar yang demikian makmur dan mulai berpengaruh. Apa kalian tidak pernah merenung, jangan-jangan ada yang keliru pada kalian?
Pukang: Sebenarnya dasar hidup bernegara kami sudah sempurna dan paling baik. Namun, sesama kami tidak benar-benar menerapkannya secara jujur dalam kehidupan bernegara secara nyata. Jadi ini persoalan, manusianya. Jangan begitu dong.
Lintang: Lho, karena itu, berarti ada yang salah. Mengapa dasar negara kalian itu tidak menghasilkan orang-orang yang jujur dan konsekwen. Kami tentu juga tidak sempurna-sempurna amat, tapi kalian lihat, kami bergerak maju dan mengembang, berangkat dari dasar negara yang kami anut. Harusnya kan, jika ada menurut kalian penyelewengan dan penyimpangan praktik dari dasar dan konsepsi, seharusnya dievaluasi dan dibereskan secara tegas yang menyeleweng dari dasar negara itu. Kami begitu. Kenapa dasar negara kalian memberi toleransi terhadap penyimpangan dari pihak-pihak yang menurutmu tidak konsekwen. Kalau demikian jadinya, harus ada instrumen pemberi sanksi dan pengawal ortodoksi dari dasar negara itu. Jangan biarkan bebas setiap yang berkuasa membuat sendiri justifikasi pikiran dan tindakannya tanpa suatu uji relevansi dan koherensi dengan dasar negara yang menurut kalian sudah ok punya itu. Logis nggak yang saya bilang?
Pukang: Jadi sebenarnya menurutmu bagaimana?
Lintang: Menurutku, kebijakan aktual suatu negara harus berangkat dan bertolak dari dasar dan filosofi negara itu dan yang penting lagi, dapat diukur dan diuji keabsahan dan kerelevanannya dengan dasar negara itu. Tentulah penyesuaian seiring kemajuan zaman akan tetap ada, tapi dasar negara itu tetap memandu dan mengarahkan kemana kebijakan negara itu akan berlayar dan berlabuh. Sorry ya, aku lihat kalian itu, bernegara sesuai selera penguasa yang silih berganti saja. Dulu aku lihat kalian di tahun 60-an sangat sosialistik dan revolusioner sekali. Tiba-tiba setelah itu, militeristik dan kapitalistik, sampai 1998. Setelah itu, ya ugal-ugalan sesuai selera pihak-pihak yang berkuasa. Tapi semua era tersebut, kalian sebut tetap sesuai dan mengacu dasar negara negara itu. Bagiku itu aneh dan tidak logis. Tendensi subjektif penguasa mengalahkan objektif dasar negara itu. Sehingga itulah yang menyebabkan keadaan kalian sebenarnya tidak ada progress seperti halnya China. Sekedar bertahan sebagai negara saja. Adapun kemakmuran, tidak diatur dan dikemudikan sedemikian rupa oleh negara. Dibiarkan berlangsung begitu saja dengan hukum alam dan hukum dialektika survival of the fittest. Negara sudah puas hanya tinggal ngutip pajak untuk membiayai kelangsungannya ditambah asupan utang dari luar.
Pukang: …