Dies Natalis UNJ Ke-54: Regulasi Sering Tidak Mampu Mengantisipasi Temuan Baru Teknologi
JAKARTA – Kamis (3/5/2018) kemarin berlangsung forum ilmiah menarik yang dikemas secara santai di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dalam bentuk Talk Show Pascasarjana. Kegiatan ini dalam rangka hari pendidikan nasional dan Dies Natalis UNJ ke-54.
Talk Show yang berlangsung menarik dan dipandu presenter TV nasional Prima Alvernia itu mengusung tema “Kupas Tuntas Integritas Ilmuwan Di Era Disruptif”.
Hadir sebagai pembicara ilmuwan terkemuka Warsito Purwo Taruno, sang penemu algoritma untuk membaca bagian pinggir gelombang listrik berenergi rendah yang gerakanya liar dan sangat acak pada tahun 2000, pencipta SonaCT sistem pemindal ultrasonic non destructive testing pertama di dunia pada 2009 dan pembuat ECVT untuk mendeteksi tumor di kepala pada tahun 2013, dll.
Selain ilmuwan Warsito, hadir ilmuwan muda UNJ bidang fisika Iwan Sugihartono.
Menurut Warsito, Indonesia akan maju jika ilmuwannya gila, tak kenal lelah memecahkan berbagai pertanyaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang rumit.
“Dengan cara gila tak kenal lelah itulah teknologi baru akan ditemukan untuk menjawab kebutuhan masyarakat era disruptif ini. Itulah integritas ilmuwan, gila ilmu untuk mencari jawaban, memegang teguh prinsip riset dengan benar hingga bahkan menjadikan riset sebagai ‘istri pertamanya’,” kata Warsito.
Pernyataan itu Warsito sampaikan menjawab pertanyaan audience mengapa sampai tiga hari tiga malam dirinya tidak tidur dan tidak makan saat ingin menemukan jawaban pertanyaan risetnya hingga kemudian menemukan algoritma.
Sayangnya kehebatan keilmuan Warsito yang diakui dunia itu tidak dibarengi dengan regulasi untuk memberi jalan bagi temuanya untuk era 4.4 bukan untuk generasi 4.0.
Demikian catatan Iwan Sugihartono bahwa politik seringkali menghambat temuan temuan baru dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di forum yang dihadiri para guru besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu Warsito mengatakan bahwa temuan teknologinya untuk era 4.4 tapi regulasi belum ada, ini menunjukan bahwa regulasi negara selalu kalah cepat atau gagal mengantisipasi temuan teknologi baru.
“Ini PR (pekerjaan rumah) yang sangat penting yang harusnya mampu diantisipasi DPR maupun pemerintah untuk menyiapkan regulasi yang antisipatif,” ujar pengamat politik UNJ Ubedilah Badrun yang juga hadir ditengah tengah acara talkshow tersebut.
Talk Show yang berlangsung lima jam tersebut dihadiri hampir tiga ratusan mahasiswa sarjana, pascasarjana dan doktoral UNJ yang semangat hingga akhir acara. (BA)