Din Syamsuddin: KH Hasyim Muzadi Rekatkan NU-Muhammadiyah
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Mantan Ketum Muhammadiyah sekaligus mantan Ketua MUI Din Syamsuddin mungkin salah satu tokoh nasional yang paling merasa kehilangan atas meninggalnya KH Hasyim Muzadi. Pasalnya, keduanya adalah sahabat karib yang saling memahami di antara keduanya.
Din Syamsuddin dan KH Hasyim Muzadi sempat sama-sama memimpin dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah. Dari situ keduanya merajut cinta persahabat karena Allah SWT.
Apalagi, Din dan Hasyim sama-sama lulusan Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur. Itu artinya, punya darah perjuangan yang sama untuk Islam dan Indonesia.
“Saya merasa dekat dengan almarhum karena satu alumni Ponpes Gontor. Tapi beliau lebih senior dari saya. Kita juga sama-sama menjadi pemimpin organisasi besar. Kami sering bertegur, bersepakat untuk mendekatkan dan merekatkan hubungan PBNU dan Muhammadiyah,” jelas Din di rumah duka KH Hasyim Muzadi, Ponpes Al-Hikam, Beji, Depok, Kamis (16/3/2017) seperti dilansir detik.
Din menjabat Ketum Muhammadiyah di periode kedua Kiai Hasyim menjadi Ketum PBNU. Alasan itu, kepergian Kiai Hasyim bukan hanya duka untuk warga NU tapi juga Muhammadiyah bahkan Indonesia.
“Kepergian beliau adalah kehilangan besar bukan hanya bagi masyarakat NU, tapi juga bagi umat Islam Indonesia, bangsa Indonesia, bahkan dunia Islam. Karena beliau figur atau salah satu pioner dalam dialog Islam. Wawasan beliau yang lebih komitmen dengan kebangsaan yang kuat,” paparnya.
“Kami yakin, bila dua organisasi besar ini bersatu bersama dan bekerja sama, sebagian permasalahan umat Islam bisa teratasi. Pada waktu itu kita sempat bersepakat untuk saling berkunjung dan kita bersepakat menjelang 1 Muharam ada pertemuan antara PBNU dan Muhammadiyah,” sambung Din.
Din yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini menyampaikan, saat masih menjadi Ketum Muhammadiyah, ia membawa puluhan tokoh Muhammadiyah berdiskusi dan mendengarkan tausiah kebangsaan Kiai Hasyim. Kemudian Kiai Hasyim juga membalas dengan datang dan memimpin delegasi PBNU untuk datang ke Muhammadiyah.
“Terus-menerus selama beberapa tahun berlangsung. Sayang, tradisi itu tidak berlanjut sampai sekarang. Tapi saya berharap akan muncul Hasyim Muzadi-Hasyim Muzadi baru,” ujar Din yang ikut berduka atas kehilangan senior yang dicintainya.
Din menilai, KH Hasyim adalah ulama yang memiliki wawasan keislaman yang luas, wawasan kebangsaan dan kemasyarakatan yang luas, dan memiliki pemikiran strategis.
Ia pun mengungkapkan, Anggota Wantimpres itu, dapat menempatkan Islam secara tepat di era modern yang ditandai kemajuan teknologi.
“Beliau menempatkan Islam dalam konteks dunia. Beliau adalah kurator unggul yang dapat berbicara penuh makna dan diselingi oleh humor-humor segar hingga selalu, setiap mengikuti ceramah beliau, meninggalkan kesan tersendiri di hati jemaah,” kenangnya.
“Kita ucapkan selamat jalan menemui Sang Khalik dan berdoa agar Allah SWT mengampuni dosanya, melimpahkan rahmatnya, dan menjadikan baginya Abdul Ma’in,” pungkasnya. (HMS)