DPR Sebut Tes PCR sebagai Syarat Bepergian Membingungkan Masyarakat
JAKARTA – Kebijakan pemerintah yang berubah-rubah terkait penggunaan PCR atau polymerase chain reaction saat bepergian membingungkan masyarakat. Hal tersebut disimpulkan oleh Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar Darul Siska.
Alasan itu, Darul meminta pemerintah mempertimbangkan kembali secara matang terkait kebijakan tersebut sebagai syarat bepergian di dalam negeri. Menurut Darul, kebijakan pemerintah itu, tidak konsisten dan tidak matang sebelum diputuskan menjadi kebijakan.
“Kebijakan ini yang membikin masyarakat merasa bingung, juga kesal bahkan sebal. Kebijakan ini berubah terus, bolak-balik seperti ini. Kalau mau tegas ya sekalian tegas, jangan begini. Untuk itu, mengambil kebijakan perlu pertimbangan matang oleh pemerintah,” kata Darul saat dibubungi Lintas Parlemen, Jakarta, Selasa (9/11/2021).
Untuk mengingatkan, pihak pemerintah tiga kali mengubah kebijakan terkait tes PCR syarat bepergian baik melalui udara maupun darat. Di mana peraturan itu bermula dari tes PCR bagi penumpang pesawat, penumpang transportasi darat dan penyeberangan. Tak hanya itu, ada juga aturan untuk karantina untuk penumpang penerbangan luar negeri.
Sementara aturan baru kata Darul, pemerintah telah menghapus tes PCR untuk syarat penerbangan namun sudah divaksin lengkap. Kebijakan itu, bagi Darul Siska telah meringankan beban rakyat di daerahnya yang ingin bepergian di luar Padang.
“Hanya ada satu laboratorium di tempat saya, untuk masyarakat yang tinggal jauh dari lokasi itu kira-kira membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh hasil tes PCR itu. Tentu ini membuat masyarakat susah melakukan bepergian. Namun, dengan pemberlakuan 3 hari agak menolong, karena tidak semua daerah mudah memperoleh hasil PCR seperti di Jakarta,” ujar Darul.
Sebelumnya Epidemiolog berasal Griffith University Austraslia Dicky Budiman angkat suara terkait wacana pemberlakuan kembali PCR sebagai syarat perjalanan. Bagi Dicky, kebijakan itu tidak efektif lagi. Alasan Dicky, rapid test lebih unggul dari PCR.
“Rapid test antigen jauh lebih tepat dan efektif sebagai alat test untuk event besar, olahraga, atau sebuah perjalanan. Sementara rapid test antigen bisa sangat tepat. Jika kita memilih PCR, itu secara strategi kesehatan masyarakat, sangat tidak tepat. Dan PCR, memang untuk mencapai hasil akurat seakurat mungkin bagi kepentingan klinis,” jelas Dicky.
Namun, lanjutnya, strategi yang sangat cocok untuk pendekatan kesehatan masyarakat yakni unsur efektif, serta cepat. Sehingga tidak memakan waktu lama meski hasil PCR merupakan terbaik dari tes virus corona. (HMS)