Engkau Geram tapi Engkau Tidak Tahu Jenderal!
Oleh : Yo Sugianto, Pemerhati dan Pecinta Sepakbola, Jurnalis dan Penyair
Kegeraman Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi terkait dua pemain muda, Evan Dimas dan Ilham Udin dikontrak Selangor FA, Malaysia mengundang keheranan. Bahkan jadi bahan tertawaan.
Edy Rahmayadi yang juga Pangkostrad itu mengatakan kalau mata duitan ya repot juga kita. Enggak ada jiwa nasionalisme, dan nanti ia segera mengumpulkan para pemain itu.
Pernyataan itu sungguh konyol, seharusnya tidak keluar dari seorang Ketua Umum PSSI. Apakah PSSI akan mengatur begitu jauh kehidupan dan masa depan seorang pemain sepakbola?
Masih banyak pemain yang gajinya belum dibayar oleh klubnya, dan PSSI seperti tutup mata saja. Apakah ini juga akan diurus secepatnya oleh PSSI, dengan memanggil klub yang melalaikan kewajibannya?. Apakah itu berarti klub tersebut membuat malu bangsa ini jika yang tertunggak gajinya itu pemain asing?.
Contoh terakhir adalah pemain asing yang gajinya sudah 5 tahun tidak dibayarkan yakni Shin Hyun-Joon asal Korea Selatan. Gaji pemain gelandang itu selama 3 bulan sebesar Rp 150 Juta masih ditunggak oleh PSMS Medan, klub yang baru naik kasta ke Liga 1. Kebetulan di klub ini Edy Rahmayadi menjadi Pembinanya.
Membenturkan nasionalisme dengan pilihan karier seorang pemain itu sungguh pemikiran yang mbelgedes. Jelas menunjukkan ketidaktahuan akan industri sepakbola yang makin pesat dan keinginan pemain untuk lebih berkembang dengan pengalaman berbeda.
Dari Malaysia misalnya, Saafi Sali bermain di Indonesia dan memberikan Piala AFF untuk negaranya. Belum lagi bicara bintang top sepreti Cristiano Ronaldo yang bermain di beberapa klub elit Eropa dan mempersembahkan Piala Eropa untuk Portugal. Mesut Oezil, Sami Khedira bermain di luar Jerman dan berperan mendatangkan Piala Dunia.
“Siapa mereka? Seenaknya saja mengontrak-ngontrak,” kata Edy Rahmayadi pula saat melampiaskan geramnya.
Apakah PSSI juga akan memberi teguran kepada klub Selangor FA, bahkan memanggilnya untuk diomeli?. Tentu mustahil, kecuali jika memang mau membikin malu Indonesia. Membanting martabat PSSI, yang dalam kepengurusan Edy Rahmayadi mengusung jargon “Profesional dan Bermartabat.”
Pernyataan “Nanti akan saya kumpulkan segera,” juga memberi kesan tekanan psikologis kepada para Evan Dimas dan Ilham Udin, serta para pemain muda lainnya yang akan atau mendapat tawaran berkarier di luar negeri. Serem juga ketika gaya militer yang muncul dari seorang pemimpin saat gagal menemukan cara pendekatan yang lebih mengena. Dipanggil jenderal lho hanya karena mendapat kesempatan bermain di klub luar negeri, dan dapat gaji besar.
Bagaimana dengan ketakutan sang jenderal jika sang lawan mampu membaca teknik kedua pemain timnas Indonesia U-23 itu?. Ah, ini pasti salah ucaplah. Apakah Malaysia dan negara lainnya tidak bisa menganalisa permainan timnas U-23 kita dari youtube, rekaman televisi atau mengirim timnya?.
Brazil mengekspor ratusan pemainnya ke seluruh dunia berhasil menyabet Piala Dunia sebanyak lima kali. Inggris yang jadi tanah harapan pesepakbola manapun karena liga terhebatnya tidak kunjung mampu mengangkat piala Eropa, apalagi Piala Dunia sejak 1966 lalu.
Sebaiknya Edy Rahmayadi fokus pada hal-hal lain yang lebih penting untuk kemajuan sepakbola nasional seperti kompetisi yang jadi dagelan, peningkatan kinerja organisasi, kualitas wasit dan lainnya. Setelah itu, timnas Indonesia menorehkan prestasi lebih bagus, dan tak perlu lagi meragukan nasionalisme para pemain.
Meski pemain bukan prajurit, tak perlu meragukan nasionalisme mereka terhadap negaranya, jenderal. ***