Fakta di Balik Dialog Setengah Hati Presiden dengan Ulama
Oleh: Agus Maksum, Wakil Ketua Dewan Dakwah Jawa Timur
Mendadak kemarin ( 3 April 2017) sekitar pukul 16.00 WIB saya di telpom Kyai Muhammad Maksum Al Bondowosowi, “Nak tolong segera merapat ke rumah saya secepatnya ( Rumah Sidoarjo),” kata Kiai Maksum.
“Inggih Kyai ada apa? Apa Kyai sudah sehat?” Jawabku
Beliau Menjawab : Begini besok Siang jam 12 saya diajak makan siang Pak Jokowi di Istana, tolong berikan pertimbangan pada saya, kita perlu datang apa tidak. Saya perlu pertimbangan dari anak-anak muda, tolong hubungi kawan-kawan muda yang lain dan kita rapatkan di rumah saya. Nanti sekitar pukul 20.00 harus sudah kita putuskan, kita penuhi undangan Pak Jokowi apa tidak.
“Baik Kyai segera saya menuju Rumah Kyai!” jawab dibalik telp. Segera saya kontak Cak Hakim ( alumni Gontor), Yoga Alumni ITS, Fathur Rozy PPI ( AQL Jatim) &. Zubaid (alumni Al Amin Prinduan Madura).
Saya mampir dulu ke rumah mertua untuk mandi (awak kecut kabeh gak bawa ganti pisan, seharian mulai pagi sudah gerilya cari sesuap nasi)
Sesampai di rumah Kyai, ternyata saya orang yang pertama sampai, beliau sudah menunggu di meja sambil memperhatikan secarik kertas berisi list nama-nama.
Sekilas saya perhatikan beliau stabilo beberapa nama, sambil menjelaskan nama-nama yang di stabilo adalah nama yang beliau usulkan utlntuk bertemu dengan Jokowi dan yang tidak di stabilo ini pihak istana yang memasukkan.
Sekilas saya perhatikan tidak ada nama Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir.
Dari situ sebenarnya saya sudah tahu keputusan apa yg akan beliau ambil, saya yakin Kyai Maksum hanya minta penguatan dari kami yang diminta rapat atas keputusan beliau.
Saya flashback sejenak asal muasal undangan ini. Jauh-jauh hari desember 2016 pasca aksi 212, Kiai Muhammad Maksum di datangi Seseorang yang mengaku staff khusus Presiden bernama RS, beliau menyampaikan niat Presiden utk berdialog dengan ulama dan meminta Kyai Muhammad Maksum utk mengumpulkan 30 ulama khos.
Kyai Maksum menyanggupi dengan syarat di antara 30 nama tsb harus ada Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir, kalau presiden tidak bersedia menerima dua nama tersebut maka tidak perlu ada dialog Ulama dengan Jokowi.
Kyai Maksum khawatir ada upaya Pihak istana yang ingin mengucilkan dan mengecilkan dua nama tersebut yang merupakan tokoh kunci gerakan bela islam.
Waktu berjalan dan kasus ahok semakin berlarut tanpa ada kejelasan hukuman bahkan istana terang-terangan memproteksi Ahok dengan tidak menahannya walau preseden hukum untuk kasus penistaan agama selalu di tahan sambil proses hukum dan persidangan, juga kriminalisasi terhadap ulama penggerak aksi bela islam makin menjadi-jadi dan semakin terang-terangan.
Selanjutnya Kyai Maksum bersama ulama lainnya seperti Gus Sholah, Prof. Didin, Ustadz Yunus dan Habib Muchsin (Ketua dewan Pembina FPI), Ust Ahmad Parlaungan mencari jalan mendialogkan masalah tersebut pada Menko Polhukam supaya situasi seperti di atas jangan di terus2kan.
Pada tanggal 2 Februari 2017, Kiai Maksum, Gus Sholah, Prof. Didin, Habib Muchsin, Ust. Yunus, dan Ust Ahmad Parlaungan bertemu dengan Menkopolhukam dan menyampaikan berbagai keresahan dan tuntutan utk segeral ada penyelesaian.
Menko Polhukam merasa aspirasi tersebut tidak bisa bilau jawab dan selanjutnya beliau akan mengatur supaya para ulama bisa bertemu dengan Presiden.
Singkat cerita, pada tanggal 21 Maret 2017, Kiai Maksum mendapat kabar dari staf khusus RS, bahwa istana bersedia menerima beberapa ulama dengan catatan ada beberapa nama ulama tambahan yang di-request oleh istana.
Saat itu Kiai Maksum sebagai pimpinan rombongan mengusulkan 30 nama ulama yang didalamnya termasuk Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir (UBN).
Lanjut pada pertemuan di rumah Kyai Maksum 3 April
-Sebelum Kyai melanjutkan pembicaraan saya sampaikan Update terbaru yang saya terima dari tokoh Politik Senior (semalam 2 April saya cangkruan di Hotel Luminor Surabaya sampai jam 23 malam bahas situasi politik nasional yg makin gawat).
-Saya sampaikan begini: Pak Kyai ini update terbaru, Pak Tri Sutrisno baru saja menemui Jokowi beliau minta supaya Jokowi men-drop nama Ahok dari pencalonan Gub DKI, Jokowi memberikan jawaban bahwa beliau tidak punya kewenangan, beliau tidak bisa melakukan ini, karena ini maunya Bu Mega.
Selanjutnya Pak Tri Sutrisno mengutus Ian Santoso menemui Bu Mega dengan maksud dan tujuan yg sama, Bu Mega menjawab tidak bisa men-drop nama Ahok, tanpa ada penjelasan alasannya.
Dari situ Kyai cukup paham bahwa sudah ada upaya dari tokoh sepuh nasionalis untuk bergerak melakukan lobby mengatasi situasi nasional yang makin gawat dan nampaknya sdh jelas petanya, Jokowi berada di bawah kendali Mega dalam hal ihwal Ahok ini. (Jokowi tidak bisa berbuat apa-apa)
-Sekitar jam 18 an datang Cak Hakim dan Yoga bergabung.
-Kyai Maksum Menjelaskan bahwa dari sekian nama yg beliau usulkan ada 22 nama yg di coret istana termasuk Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir serta ada 7 nama yang di masukkan oleh pihak istana. Kami semua tahu kyai-kyai tersebut tidak segaris dengan aksi bela Islam bahkan cenderung membela Ahok.
-Kyai melanjutkan bahwa beliau sudah menelpon Gus Sholah menyampaikan sikap beliau bahwa sebaiknya tidak perlu datang, nampaknya Gus Sholah sepakat juga.
Selanjutnya beliau kontak Habib Rizieq nampaknya hp off akhirnya beliau kontak ketua dewan pembina FPI Habib Mukhsin Al Athos, minta supaya Habib saja yang datang ke istana dan Kyai Maksum akan mengirimkan second layer-nya sambil menyebutkan nama saya utk mendampingi Habib Mukhsin.
Syukurlah saat itu, nampaknya Habib Mukhsin juga menolak untuk datang kalau Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) tidak masuk rombongan.
-Lanjut Jam 19 an datang bergabung dalam rapat Pak Choirul Hidayat, Pak Syaiful Bakir, Mas Zubaidi dan Fathur Rozy (AQL Indonesia).
-Fathur mencoba menghubungkan Kiai Maksum dengan UBN. Dan alhamdulillah tersambung. Berbeda dengan yang lainnya, UBN justru menyarankan untuk tetap menghadiri undangan tersebut karena menurut UBN mendapat bocoran bahwa nanti akan ada pertemuan lanjutan antara Presiden dengan Ulama yang bisa jadi para punggawa GNPF MUI akan masuk dalam pertemuan tersebut.
-Beliau terima kontak dari Ust Ahmad Parlaungan tanjung intinya istana kontak ke Ust Parlaungan minta segera ada kepastian, Kyai Maksum tegaskan tidak bisa cepat-cepat begitu, kyai kok didadak-dadak kayak menteri yang posisinya stand by di Jakarta saja, ini kyai ada yg jaraknya dari bandara bisa butuh waktu 6 jam misalnya ponorogo, bondowoso, rembang dll.
-Akhirnya Kyai Maksum meminta pendapat final dari kami, pertama beliu meminta pendapat saya.
-Saya menegaskan dan menguatkan pendapat Kyai Maksum sebaiknya tidak perlu datang alasannya 1. Nama Habib Rizieq Shihab dan Ustad Bachtiar Nasir sebagai penggerak utama gerakan bela islam di coret.
2. Memenuhi komitmen Kyai kepada semua kyai bahwa sebelumnya kyai sudah berjanji bila Ustadz Bachtiar Nasir dan Habib Rizieq di coret maka beliau tidak akan melanjutkan rencana pertemuan dengan Jokowi, sebab ini berarti politik belah bambu
3. Ketidakhadiran ini merupakan pesan yg jelas dan tegas pada Istana bahwa Ulama/ ummat islam punya sikap yg jelas dan tegas karena nampaknya *ketidaksediaan* istana menerima Ustadz Bachtiar Nasir dan Habib Rizieq Sihab adalah sinyal kuat istana tidak akan mengakomodir /menerima tuntutan Ummat Islam khususnya dalam konteks Ahok.
-Saya lihat beliau lebih mantaf sikapnya, namun beliau mendengar bahwa istana dalam hal ini Menko Polhukam Wiranto akan tetap melanjutkan acara dialaog Ulama dengan Jokowi dan akan mencari dan menghubungi secepatnya nama2 Kyai sedapatnya utk bisa bertemu Jokowi siang jam 12 ( tgl 4 April)
-Kyai punya ide bagaimana kalau kita kirim second layer utk ikut dalam pertemuan yang nekad akan di gelar tersebut.
Saya yg sebelumnya sdh beliau sebut sebagai bagian dari nama second layer Saya tetap menyarankan tidak perlu, ini sbg bagian dari sikap tegas tadi, biar saja kalau istana tetap melanjutkan dng nama-nama Kyai tertentu. Masyarakat juga akan paham bahwa mereka bukanlah mewakili ummat yang selama ini berjuang melalui aksi aksi bela islam.
-Selanjutnya beliau minta pendapat pada yg lain Cak Hakim, Fathur dan Zubaid dan Yoga untuk memberikan pertimbangan, Alhamdulillah semua memberikan pertimbangan yang sama dengan saya sampaikan. Semua sepakat tidak perlu datang ke Istana.
– Sore hari 4 April sekitar jam 16 saya baca ada konfrensi pers di istana tentang hasil pertemuan Ulama dengan Jokowi yang hambar dan tidak ada yang Substansial apalagi menyangkut soal paling krusial ummat islam akhir-akhir ini.
Sidoarjo 5 April 2017