Firman Soebagyo: Jika Kelompok Tani Dioptimalkan, Kebijakan Impor Bisa Dihentikan!
PATI, Lintasparlemen.com – Beberapa tahun belakangan ini dunia peternakan Indonesia terus diuji dengan adanya kebijakan dari pemerintah membolehkan melakukan impor daging dari luar negeri.
Alasan itu, Anggota Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo meminta petani atau peternak di seluruh Indonesia, khususnya di Kabupaten Pati, Jawa Tengah mengembangkan potensi yang belum dijamah untuk menopang kebutuhan daging dalam negeri.
“Dunia peternakan kita bisa menjadi salah satu penopang ekonomi rakyat, selain pertanian dan perikanan, jika kita (DPR-Rakyat, red) bersama pemerintah serius menangani persoalan ini. Dan tidak melakukan impor lagi,” kata Firman saat melakukan reses ke Pati, Jawa Tengah pada kontributor lintasparlemen.com, Senin (9/1/2017).
Politisi senior Golkar asal Desa Kedalon, Kecamatan Batangan, Pati ini terus mendorong pengembangan peternakan di Pati, di antaranya sapi. Hal itu bisa dilihat upaya Firman terus memantau perkembangan hasil penyalurkan bantuan berupa 13 ekor ternak sapi terhadap Kelompok Tani Mekar Sari, Desa Tlogosari, Kecamatan Tlogowungu, Pati, Jawa Tengah beberapa tahun lalu.
“Kami tetap memantauan kemajuan peternakan yang sudah disalurkan itu. Ya sebagai upaya kita untuk mengetahui progress atau kemajuan dari program yang diberikan pemerintah kepada masyarakat itu,” jelas Wakil Ketua Baleg DPR RI ini.
Firman yang juga Dewan Pakar DPP Partai Golkar ini mengungkapkan, di masa reses ini, diri sengaja mendatangi satu per satu kelompok tani yang sudah diberikan bantuan oleh pemerintah.
Apakah bantuan itu, sambung alumni UGM dan Unpad ini, bisa dikembangkan dan bisa diurai permasalahan yang ada untuk dicari pemecahan masalahnya bersama-sama rakyat.
“Kami juga datang ke kelompok tani dan peternakan untuk mendapatkan masukan terkait dengan pelaksanaan program bantuan ternak di Kabupaten Pati ini,” terang Firman yang juga Ketum Ikatan Keluarga Kabupaten Pati (IKKP) ini.
Dari hasil turun ke bawah (turba), Firman menemukan bahwa Kelompok Tani Mekar Sari lebih siap untuk mengembangkan peternakan sapi, daripada bantuan lainnya. Alasannya, karena Kelompok Tani Mekar Sari sudah bisa memproduksi pakan ternak sendiri dengan menggunakan teknologi.
“Bukan itu saja, Kelompok Tani Mekar Sari, saking siapnya mereka juga bisa mengelola kotoran sapi sendiri agar lebih bermanfaat menjadi pupuk organik yang baik untuk tanaman, bahkan bisa dijual. Ini kan sebuah keunggulan luar biasa, mereka sudah melakukan inovasi. Kelompok tani itu bisa dicontoh di lingkungan lainnya,” kata Firman.
Firman menilai, kreativitas dan inovasi Kelompok Tani Mekar Sari dari kalangan anak muda masih perlu ditingkat. Ia mencontohkan, kelompok tani tersebut tidak memiliki alat pendukung seperti alat pencacah, alat angkut pakan ternak, dan alat pendukung peternakan lainnya.
“Mereka sudah selangkah lebih maju, tapi dengan keterbatasan mereka. Kita bersama pemerintah perlu memberikan fasilitas penunjang sebagai upaya peningkatan mutu. Dan kami akan memperjuangkan itu di DPR untuk meminta bantuan pemerintah sebagai alat pendukung mereka,” pungkasnya. (HMS)
1 Comment
[…] Lintasparlemen […]
Comments are closed.