Fixpoll Indonesia: PKB Catat Rekor, Selalu Menang di Pilpres
JAKARTA – Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 (Joko Widodo – Ma’ruf Amin) secara resmi memenangkan kontestasi pemilihan presiden 2019 mengalahkan pasangan capres – cawapres nomor urut 02 (Prabowo Subianto – Sandiaga Uno) dengan selisih yang signifikan.
Berdasarkan hasil rekapitulasi resmi KPU pada 21 Mei, Jokowi – Ma’ruf meraih 85.607.362 suara atau 55,5 persen, unggul 16,95 juta suara dari Prabowo – Sandiaga yang mendapatkan 68.650.239 suara atau 44,5 persen.
Bagi lembaga survei Fixpoll Indonesia kemenangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin tak lepas dari faktor penting yaitu peran PKB, terbukti selalu berhasil memenangkan calon presiden dan calon wakil presiden dari periode ke periode sejak pemilihan presiden Tahun 1999 melalui parlemen hingga diberlakukan system pemilihan presiden secara langsung di tahun 2004 hingga pilpres 2019.
Fixpoll Indonesia merilis hasil analisisnya pada wartawan, semenjak pemilu 1999, perolehan suara PKB tercatat dinamis hingga makin mendapat perolehan suara signifikan pada pemilu 2019 ini, di tahun 1999 PKB mendapat 51 kursi di Senayan, tahun 2004 mengantar 52 kursi, tahun 2009 mengisi 28 kursi, tahun 2014 meloloskan 47 kursi hingga tahun 2019 mampu memborong 58 kursi ke senayan.
“Tentu dilihat dari angka suara perolehan, Presidential threshold yang menjadi syarat sebuah partai untuk dapat mengajukan presiden dalam pemilu terus terpenuhi oleh PKB,” kata Direktur Eksekutif Fixpoll Indonesia, Anas RA, saat ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (4/6/2019).
Anas menjelaskan, perjalanan Panjang PKB inilah yang pada akhirnya menghasilkan kader berkualitas untuk mengisi kepemimpinan negeri. PKB didukung oleh kekuatan sosial yang secara nyata hidup berakar dalam masyarakat NU Harus diakui pula, masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama islam, tentu menguntungkan bagi PKB. Kendati begitu, PKB selain berbasis islam, juga disertai kualifikasi yang membuat partai ini terbuka.
“Masuk akal jika PKB mampu merumuskan dan menjabarkan visi, identitas, dan program yang berbobot. Disamping itu solidaritas kader dan kelihaian Cak Imin ketua umum dalam mengelola organisasi kepartaian secara modern,” papar Anas.
Apalagi, lanjutnya, PKB sebagai partai terbuka karena kesadaran bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan hanya milik orang islam. Semua komponen bangsa yang ada di negara ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan sebagai bangsa Indonesia.
“Mulai dari berbagai agama, suku dan golongan yang ada didalamnya, termasuk masyarakat agama dan etnis minoritas terpotret dalam rekruitmen calon Legislatif saat pemiliu hadir keterwakilan caleg Non Muslim dan Caleg etnis Tionghoa,” terang Anas.
Anas mengatakan, ada 3 kekuatan PKB mampu memenangkan pilpres. Pertama PKB Memiliki lumbung basis pemilih yang jelas yaitu warga nahdhyyin (NU), pondok pesantren dan kaum santri.
Ia mengaku, dengan kehadiran PKB dalam Koalisi pasangan capres/Cawapres membawa gerbong identitas pemilih muslim yang berafiliasi dengan dengan NU diferensiasi ini pula menjadi kekuatan politik PKB terpotret dalam survey kami sebulan jelang hari H terdapat 64,9% warga NU memilih pasangan jokowi-Amin.
Alasan kedua, menurut Anas, PKB Mampu menjaga basis geopolitik wilayah jawa yang mensuplai 59% pemilih secara nasional seperti di pilpres 2019 kemenangan pasangan jokowi-amin terkunci di provinsi jawa timur 16.231.668 suara selisih 7.790.421 dari perolehan suara 02 dan jawa tengah 16.825.511 suara selisih 11.881.064 dari perolehan suara 02 dimana kedua provinsi ini adalah basis kuat PKB dari pemilu ke pemilu dalam mengantar keterwakilan kadernya di senayan bahkan diwilayah ini kepala daerah banyak dari kader PKB karna dijawa dominan masyarakat terafiliasi ormas NU dan PKB adalah representasi gerakan politik NU.
“Ketiga PKB miliki Naluri menang pilpres
jika kita menoleh ke belakang sejarah PKB mendukung capres cawapres selalu menang mulai pilpres melalui parlemen tahun 1999 sukses menangkan Gusdur jadi presiden, Pilpres 2004 Dukungan PKB Ke pasangan SBY-JK Menjadi pemenang, pada pilpres 2009 SBY-Budiono menjadi pemenang, Pilpres 2014 PKB Menangkan Jokowi-JK dan pilpres 2019 PKB penentu kemenangan Jokowi-Amin dengan presentasi 55,41%.
Sudah teruji PKB saat pilpres 2004 menariknya pada pilpres tahun 2004 ada 4 tokoh NU yang maju sebagai Capres Cawapres yaitu Salahuddin Wahid, Hasyiem Muzadi, Jusuf Kalla, Hamzah Haz namun PKB Memilih mendukung SBY-JK dan memenangkan pilpres kala itu.sejak Pilpres secara langsung Partai Politik yang memenuhi Parliamentary Threshold yang memenangkan pilpres mulai Partai Golkar 1 kali, PDI Perjuangan 2 kali, PKB 4 kali, Demokrat 2 kali, PKS 2 kali, PAN 1 Kali, Nasdem 2 kali, Hanura 2 kali, PPP 2 kali sedangkan Partai Gerindra belum pernah.
“Maka tidak berlebihan bahwa PKB Miliki naluri menang pilpres,” pungkas Anas. (HMS)