FPK DAN INDONESIA EMAS: Merajut Persatuan dalam Keberagaman

 FPK DAN INDONESIA EMAS: Merajut Persatuan dalam Keberagaman

Oleh : Munawir Kamaluddin, Dosen UIN Alauddin Makassar

Indonesia bukan sekadar hamparan tanah yang membentang dari Sabang hingga Merauke.

Ia adalah nyanyian jiwa yang merdu, di mana setiap nada terlahir dari keberagaman suku, bahasa, dan budaya.

Ia adalah aliran sungai yang membawa arus sejarah, mempertemukan yang lama dan yang baru dalam satu aliran yang harmonis.

Ia adalah pohon raksasa yang akarnya tertanam dalam di tanah pengorbanan para pendahulu, batangnya berdiri kokoh di atas kebersamaan, dan cabangnya menjulang membawa harapan bagi generasi yang akan datang.

Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya, apakah kita benar-benar telah menjaga Indonesia sebagaimana ia seharusnya dijaga?.

Apakah kita telah memperlakukan kebinekaan ini sebagai anugerah atau malah membiarkannya menjadi celah yang melemahkan?.

Apakah kita masih berjalan dalam satu barisan, ataukah diam-diam kita membangun tembok pemisah yang tidak terlihat?.

Sejarah telah mencatat bahwa bangsa ini tidak pernah dibangun oleh satu suku, satu bahasa, atau satu budaya saja.

Indonesia lahir dari semangat gotong royong, dari persatuan yang terbentuk di atas keberagaman. Ia tidak pernah mengenal kata “sendiri.” Ia tumbuh dari tangan-tangan yang saling menggenggam, dari hati yang saling memahami, dari jiwa-jiwa yang bersedia berkorban demi sesuatu yang lebih besar dari kepentingan pribadi.

Tapi lihatlah hari ini. Masihkah kita memelihara semangat itu? Ataukah kita lebih sering saling mencurigai? Masihkah kita merasa bangga dengan kebersamaan ini? Ataukah kita mulai merasa asing di tanah sendiri?.

Terkadang, kita terlalu sibuk membela kelompok kita masing-masing hingga lupa bahwa di atas segalanya, kita adalah saudara sebangsa.

Kita terlampau sibuk melihat perbedaan, hingga lupa bahwa kita berbagi satu rumah yang sama: *”Indonesia.”*

Tidakkah kita ingin menciptakan negeri yang damai, tempat anak-anak bisa tertawa tanpa rasa takut, di mana setiap orang bisa merayakan identitasnya tanpa harus merasa terancam?.

Tidakkah kita ingin mewariskan kepada generasi mendatang bukan hanya tanah yang subur, tetapi juga hati yang luas untuk menerima satu sama lain?.

Tidakkah kita ingin dikenang sebagai generasi yang membangun, bukan generasi yang meruntuhkan?.

Hari ini, kita dihadapkan pada pilihan besar, apakah kita akan terus membiarkan perbedaan menjadi alasan untuk saling menjauh, ataukah kita akan menjadikannya sebagai alasan untuk semakin mendekat?.

Apakah kita akan terus membiarkan prasangka meracuni hati kita, ataukah kita akan memilih untuk saling mengenal, saling memahami, dan saling merangkul?.

Kebersamaan bukanlah sekadar kata. Ia adalah kerja nyata. Ia adalah sikap yang harus terus dijaga. Ia adalah keputusan yang harus kita ambil setiap hari,untuk mencintai negeri ini lebih dari ego kita sendiri, untuk merajut kembali yang terkoyak, dan untuk berjalan dalam satu langkah menuju Indonesia yang lebih kuat, lebih damai, dan lebih sejahtera.

Karena sejatinya, Indonesia bukan tentang siapa yang paling unggul, bukan tentang siapa yang paling berkuasa.

Indonesia adalah tentang kita semua. Tentang tangan yang saling menggenggam, tentang hati yang saling memahami, tentang langkah yang tak pernah sendiri.

Dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas bukanlah sekadar harapan kosong. Ia adalah panggilan sejarah, amanah dari para leluhur, dan tanggung jawab bagi setiap jiwa yang mengaku mencintai bangsa ini.

Kita harus bersatu, meneguhkan langkah, dan merajut kebersamaan yang lebih erat. Kita harus saling menguatkan, bukan melemahkan; saling menghargai, bukan mencaci; saling mendukung, bukan menjatuhkan.

Apakah kita ingin melihat Indonesia berdiri tegak dalam kebanggaan, ataukah kita akan membiarkannya rapuh karena perpecahan?.

Apakah kita ingin dikenang sebagai generasi yang mengokohkan persaudaraan, atau sebagai mereka yang meruntuhkan kebersamaan?.

Jawabannya ada di hati dan langkah kita. Karena itu, mari kita hentikan perdebatan yang tak berujung, kita padamkan api kebencian, kita jauhkan prasangka buruk, dan kita bangun negeri ini dengan cinta.

Sebab, hanya dengan cinta dan persatuan, Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, dihormati, dan sejahtera. Hanya dengan kebersamaan, kita akan mampu menggapai kejayaan.

Sejarah akan mencatat siapa yang berjuang dan siapa yang abai. Maka, biarlah nama kita tertulis sebagai mereka yang berjuang, mereka yang menjaga, dan mereka yang mencintai negeri ini sepenuh hati.

Indonesia Emas bukan sekadar impian, tetapi takdir yang menanti untuk kita wujudkan bersama dengan aneka tantangan dan perjuangan tentunya.

Karena itu kehadiran berbagai elemen bangsa serta bersatu dalam mewujudkan Indonesia Emas melalui berbagai organisasi dan perhimpunan menjadi bahagian dari kontribusi dan sumbangsih masyarakat yang sangat berharga dan determinan.

Forum Pembauran Kebangasaan (FPK )adalah cerminan dari falsafah besar bangsa ini, Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua). Falsafah yang bukan sekadar semboyan, tetapi nilai kehidupan yang harus terus dijaga dan diwariskan.

Karena di dalamnya terkandung harapan, bahwa meski kita berasal dari berbagai suku, meski kita berbicara dalam berbagai bahasa, meski kita tumbuh dalam tradisi yang berbeda, kita tetap berada dalam satu rumah yang sama, “Indonesia Bersatu”.

Maka, marilah kita bertanya kepada diri sendiri, Apakah kita telah cukup memahami makna kebersamaan ini?, Apakah kita telah berkontribusi untuk menjadikan perbedaan sebagai kekuatan? Ataukah kita masih terjebak dalam sekat-sekat yang memisahkan?

Hari ini, di hadapan kita terbentang pilihan. Kita bisa terus berjalan sendiri-sendiri, membiarkan prasangka memisahkan kita. Atau kita bisa saling merangkul, menumbuhkan kembali semangat kebangsaan, dan membangun negeri ini di atas fondasi yang kokoh: “persatuan.”

FPK adalah panggilan hati, panggilan untuk merajut kembali kebersamaan, untuk menyalakan kembali pelita persaudaraan.

Karena Indonesia bukan milik satu golongan, bukan milik satu warna, bukan milik satu suku. Indonesia adalah milik kita semua.

Dan hanya dengan bersatu, hanya dengan menumbuhkan kembali cinta kepada sesama anak bangsa, kita dapat menjadikan negeri ini tidak hanya sekadar bertahan, tetapi tumbuh menjadi cahaya yang menerangi dunia.

*FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN (FPK):*

*Upaya Memperkuat Persatuan dalam Kebinekaan*

1. *Mengenal Eksistensi Forum Pembauran Kebangsaan (FPK)*

Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) adalah wadah komunikasi, konsultasi, dan kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah dalam rangka memperkuat integrasi nasional dan membangun harmoni sosial di tengah kemajemukan bangsa.

Forum ini menjadi sarana bagi berbagai kelompok etnis, budaya, dan agama untuk berdialog serta mencari solusi dalam membangun kehidupan yang rukun, damai, dan saling menghormati.

FPK dibentuk sebagai bagian dari strategi nasional dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, mengingat Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman suku, agama, budaya, dan adat istiadat.

2. *Landasan Hukum dan Tujuan Pembentukan FPK*

*FPK didirikan berdasarkan berbagai regulasi yang mengatur tentang pembauran kebangsaan dan wawasan kebangsaan, di antaranya:

*Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Forum Pembauran Kebangsaan di Daerah.

*Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 27 dan Pasal 28 yang menegaskan hak setiap warga negara untuk mendapatkan perlakuan yang adil tanpa diskriminasi.

Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, sebagai nilai dasar dalam menjaga keharmonisan dan persatuan di tengah perbedaan.

*Tujuan utama pembentukan FPK*

1. Meningkatkan kesadaran kebangsaan di antara masyarakat agar tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan persatuan nasional.

2. Memperkuat toleransi dan harmoni sosial antar etnis, agama, dan kelompok masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Menjembatani komunikasi dan konsultasi antara masyarakat dengan pemerintah dalam menyelesaikan potensi konflik yang berbasis perbedaan suku, budaya, dan agama.

4. Mendorong partisipasi masyarakat dalam membangun tatanan sosial yang inklusif dan berkeadilan.

3. *Peran dan Fungsi FPK*

FPK memiliki peran strategis dalam menjaga integrasi sosial dan kebangsaan di tingkat nasional maupun daerah. Beberapa peran utama FPK antara lain:

*Sebagai wadah dialog dan mediasi, tempat berbagai elemen masyarakat dapat menyampaikan aspirasi, keluhan, dan solusi terhadap isu-isu keberagaman.

*Mencegah konflik sosial, dengan cara melakukan pendekatan berbasis budaya, dialog lintas etnis, serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang inklusif.

*Memfasilitasi pembauran kebangsaan, khususnya dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, dan pendidikan agar semua warga negara memiliki kesempatan yang sama dalam berkontribusi terhadap pembangunan.

*Mengedukasi masyarakat, terutama dalam memahami pentingnya kebersamaan dalam keberagaman, serta menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghargai.

4. *Struktur dan Keanggotaan FPK*

Keanggotaan dalam FPK terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah, termasuk tokoh adat, tokoh agama, akademisi, organisasi kepemudaan, serta perwakilan etnis dan budaya yang ada di wilayah tertentu.

Biasanya, FPK dibentuk mulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota agar implementasinya bisa berjalan secara efektif dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat.

5. *Tantangan dan Solusi dalam Implementasi FPK*

Meski memiliki peran yang penting, implementasi FPK masih menghadapi beberapa tantangan, di antaranya:

*Kurangnya partisipasi masyarakat akibat minimnya pemahaman terhadap fungsi FPK.

*Potensi politisasi forum, di mana kepentingan tertentu dapat menghambat objektivitas dan keberpihakan terhadap keadilan sosial.

*Kurangnya sinergi antara FPK dengan instansi pemerintahan, sehingga rekomendasi yang dihasilkan kurang mendapat tindak lanjut yang konkret.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan beberapa solusi, seperti:

1. Meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, agar mereka lebih memahami peran dan manfaat FPK.

2. Memastikan independensi FPK, sehingga forum ini benar-benar menjadi wadah bagi semua elemen bangsa tanpa kepentingan politik tertentu.

3. Memperkuat kerja sama dengan pemerintah dan lembaga lain, agar rekomendasi dari FPK dapat diimplementasikan dengan efektif.

Sehingga dengan demikian, Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) adalah instrumen penting dalam menjaga keutuhan dan harmoni bangsa di tengah keberagaman. Dengan pendekatan dialog, mediasi, dan edukasi, FPK dapat menjadi jembatan dalam membangun persatuan dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Keberhasilan FPK dalam menjalankan fungsinya sangat bergantung pada komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai elemen bangsa untuk terus memperkuat semangat kebangsaan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

*FPK DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA EMAS: PERSPEKTIF ISLAM DAN KEBANGSAAN*

Indonesia sebagai negara dengan keberagaman suku, budaya, dan agama memiliki tantangan besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan.

Salah satu instrumen yang berperan penting dalam mewujudkan integrasi sosial dan keharmonisan adalah Forum Pembauran Kebangsaan (FPK).

Forum ini berfungsi sebagai wadah komunikasi, konsultasi, dan mediasi antara masyarakat dengan pemerintah guna mendorong pembauran kebangsaan dalam berbagai aspek kehidupan.

Menuju Indonesia Emas 2045, sebuah visi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang kuat dalam ekonomi, sosial, politik, dan budaya, memerlukan peran aktif dari semua elemen bangsa, termasuk FPK.

Dari perspektif Islam, upaya ini sejalan dengan prinsip ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia) yang semuanya berorientasi pada harmoni dan keadilan sosial.

1. *Konsep Pembauran Kebangsaan dalam Islam*

Islam menekankan pentingnya persaudaraan dan kesatuan dalam masyarakat. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an dan hadits:

a) *Al-Qur’an tentang Persatuan dan Kebangsaan*

1. Perintah untuk Bersatu dan Tidak Bercerai-berai:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا ۚ
(Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (di masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara…) (QS. Ali ‘Imran: 103)

Ayat ini menegaskan bahwa persatuan adalah nikmat Allah yang harus dijaga. Dalam konteks FPK, ini berarti menjaga persatuan di tengah keberagaman adalah bentuk syukur atas nikmat kebersamaan yang telah Allah berikan kepada bangsa ini.

2. Islam Mengakui Keberagaman sebagai Sunnatullah
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
(Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa…) (QS. Al-Hujurat: 13)

Islam mengajarkan bahwa perbedaan suku dan bangsa bukanlah sumber perpecahan, tetapi media untuk saling mengenal dan memperkaya budaya.

FPK berperan sebagai fasilitator dalam menjaga prinsip ini agar perbedaan tidak menjadi pemicu konflik, tetapi justru memperkokoh persatuan.

b) Hadits Nabi tentang Persatuan dan Keberagaman

1. Umat Islam sebagai Satu Bangunan
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
(Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal kasih sayang dan kepedulian mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan demam dan tidak bisa tidur.) (HR. Muslim)

Hadits ini mengajarkan bahwa persatuan harus melibatkan kepedulian terhadap sesama. FPK dapat berfungsi sebagai jembatan dalam membangun empati sosial, sehingga seluruh elemen masyarakat merasa terlibat dalam membangun bangsa.

2. Larangan Saling Membenci dan Berpecah Belah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
(Janganlah kalian saling hasad, janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi, tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.) (HR. Muslim)

Hadits ini menjadi prinsip utama bagi FPK dalam meredam potensi konflik berbasis sentimen etnis atau agama dan menggantikannya dengan semangat persaudaraan.

2. Peran Forum Pembauran Kebangsaan dalam Mewujudkan Indonesia Emas

a) Sebagai Wadah Pendidikan Multikultural

FPK berperan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya toleransi dan keberagaman. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan ta’lim wa tarbiyah (pendidikan dan pembinaan) sebagai sarana untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan berakhlak.

b) Sebagai Mediator dalam Konflik Sosial

Dalam sejarah Islam, Rasulullah ﷺ menjadi mediator dalam konflik antar suku di Madinah dengan Piagam Madinah.

FPK dapat mengambil peran serupa dalam menengahi ketegangan antar kelompok agar harmoni tetap terjaga.

c) Membangun Kesetaraan dan Keadilan Sosial

Konsep ‘adl (keadilan) dalam Islam menuntut pemerataan hak dan kewajiban. FPK dapat mengawal kebijakan publik agar tetap adil bagi semua kelompok, termasuk dalam sektor ekonomi, pendidikan, dan sosial.

Sehingga dengan demikian, maka Forum Pembauran Kebangsaan adalah instrumen penting dalam menjaga persatuan dan memperkuat harmoni sosial menuju Indonesia Emas 2045.

Islam telah memberikan panduan yang jelas mengenai pentingnya persaudaraan, persatuan, dan toleransi. Dengan menjalankan perannya sebagai fasilitator dialog, mediator konflik, serta penggerak pendidikan multikultural, FPK dapat menjadi kunci dalam menjaga stabilitas sosial dan membangun bangsa yang kuat serta bermartabat sesuai dengan nilai-nilai Islam.

*MEMPERKUAT RASA CINTA KASIH DALAM PERBEDAAN ANTAR ANAK BANGSA*

Keberagaman suku, etnis, dan budaya adalah anugerah Allah yang harus dijaga dan dipelihara. Islam mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk berpecah belah, melainkan menjadi sarana untuk saling mengenal, menghormati, dan bekerja sama dalam kebaikan.

Cinta kasih antar sesama manusia (mahabbah wa rahmah) adalah fondasi utama dalam membangun persatuan dan keharmonisan sosial, sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an, hadits Nabi, serta pandangan para sahabat dan ulama.

1. Islam Mengajarkan Cinta Kasih dan Persaudaraan dalam Keberagaman

a) Islam Memandang Semua Manusia Sama di Hadapan Allah

Allah menegaskan bahwa perbedaan suku dan bangsa adalah bagian dari sunnatullah, dan yang paling mulia di sisi-Nya bukan karena keturunan atau etnis, tetapi karena ketakwaan:
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
(Dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa…) (QS. Al-Hujurat: 13)

Ayat ini menegaskan bahwa keberagaman adalah alat untuk memperkuat hubungan sosial, bukan untuk merendahkan atau menimbulkan perpecahan.

Oleh karena itu, setiap individu dalam masyarakat harus saling mengenal, memahami, dan menghormati satu sama lain.

b) Islam Melarang Saling Mencela dan Merendahkan Suku Lain

Allah juga melarang manusia untuk saling merendahkan satu sama lain berdasarkan asal-usul mereka:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ
(Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain, karena boleh jadi mereka lebih baik daripada mereka. Dan jangan pula perempuan merendahkan perempuan lain, karena boleh jadi mereka lebih baik darinya. Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah saling memanggil dengan julukan yang buruk…) (QS. Al-Hujurat: 11)

Ayat ini memberikan dasar bahwa setiap kelompok masyarakat memiliki martabat yang harus dihormati. Tidak ada suku atau bangsa yang lebih tinggi dari yang lain kecuali berdasarkan ketakwaan kepada Allah.

c) Nabi Muhammad SAW. Mengajarkan Persamaan Hak bagi Semua Suku

Nabi Muhammad SAW
.menegaskan dalam khutbah terakhirnya di Arafah bahwa tidak ada keunggulan antara satu ras atas yang lain kecuali dalam ketakwaan:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا لِأَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا بِالتَّقْوَىٰ
(Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu, dan bapak kalian (Adam) satu. Ketahuilah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas non-Arab, atau non-Arab atas orang Arab, atau orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, atau orang berkulit hitam atas orang berkulit merah, kecuali dengan ketakwaan.) (HR. Ahmad, no. 23489)

Hadits ini menunjukkan bahwa Islam menolak segala bentuk diskriminasi berbasis suku, ras, atau etnis. Persaudaraan dalam Islam didasarkan pada iman dan akhlak, bukan pada latar belakang etnis.

2. Cinta Kasih sebagai Pondasi Persatuan Bangsa

a) Umat Islam adalah Satu Kesatuan

Rasulullah SAW. menggambarkan umat Islam sebagai satu tubuh yang harus saling mencintai dan peduli satu sama lain:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
(Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh; jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan demam dan tidak bisa tidur.) (HR. Muslim, no. 2586)

Hadits ini mengajarkan bahwa umat Islam harus memiliki rasa empati yang tinggi. Dalam konteks bangsa Indonesia, prinsip ini harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat agar setiap individu, meskipun berasal dari suku yang berbeda, tetap merasa sebagai satu kesatuan yang saling peduli.

b) Sahabat Nabi tentang Cinta Kasih dalam Keberagaman

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:
لَا تَكُنْ تَأْخُذُ بِالظَّنِّ فَتَفْسِدَ مَوَدَّةً دَامَتْ سِنِينَ
(Janganlah engkau terlalu cepat berprasangka buruk, karena hal itu bisa merusak hubungan baik yang telah terjalin selama bertahun-tahun.)

Perkataan ini menjadi pengingat agar kita tidak mudah curiga dan menyebarkan kebencian terhadap suku lain. Sebaliknya, kita harus membangun rasa cinta kasih dan persaudaraan. Imam Al-Ghazali berkata:
اَلْمَحَبَّةُ أَصْلُ كُلِّ عَمَلٍ صَالِحٍ، وَبِهَا يَتَحَقَّقُ السَّلَامُ وَالْوِدَادُ بَيْنَ النَّاسِ
(Cinta kasih adalah dasar dari setiap amal yang baik. Dengan cinta kasih, kedamaian dan persaudaraan di antara manusia akan terwujud.)

Dari pernyataan ini, jelas bahwa Islam mendorong cinta kasih sebagai elemen utama dalam menjaga hubungan sosial yang harmonis.

Oleh karena itu, Cinta kasih antar anak bangsa yang berbeda suku, etnis, dan budaya adalah prinsip fundamental dalam Islam yang harus dijaga dan diterapkan. Al-Qur’an dan hadits mengajarkan bahwa perbedaan adalah anugerah yang harus disyukuri, bukan menjadi sumber konflik.

Dengan menanamkan nilai-nilai cinta kasih, toleransi, dan saling menghormati, kita dapat membangun bangsa yang kuat dan harmonis menuju Indonesia Emas 2045.

*PENUTUP DAN KESIMPULAN*

Dalam alunan waktu yang terus berputar, sejarah akan selalu mencatat jejak langkah manusia.

Akan tertulis, siapa yang membangun dan siapa yang merobohkan, siapa yang menyatukan dan siapa yang memecah belah, siapa yang menanam benih cinta dan siapa yang menyebarkan racun kebencian.

Maka, di manakah kita ingin dikenang? Sebagai generasi yang merawat persatuan atau sebagai mereka yang abai terhadap harmoni kebangsaan?

Kita telah dianugerahi negeri yang elok, tanah yang subur, budaya yang kaya, dan keberagaman yang membentuk mozaik keindahan.

Namun, keberagaman ini bukan sekadar untuk dikagumi, tetapi untuk dijaga, dirawat, dan dikuatkan.

Sebab, kebesaran suatu bangsa tidak terletak pada keseragaman, tetapi pada kemampuan menyatukan perbedaan menjadi kekuatan.

Inilah yang diajarkan oleh Islam, bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk berpecah, melainkan ujian bagi kita untuk saling mengenal, memahami, dan mengasihi.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
(Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.) (QS. Al-Hujurat: 13)

Betapa indah ayat ini mengajarkan bahwa kebersamaan dalam keberagaman adalah sunnatullah. Kita lahir dari rahim yang berbeda, bertumbuh dalam budaya yang berbeda, namun kita tetap satu sebagai saudara dalam kemanusiaan, sebagai anak-anak bangsa yang berjuang untuk negeri yang sama.

Lalu, masihkah kita mengizinkan perbedaan menjadi alasan untuk saling menjauh? Tidakkah kita malu kepada para pendahulu yang telah mengorbankan segalanya demi persatuan?.

Rasulullah SAW. telah menanamkan cinta dan persaudaraan di hati umatnya. Beliau bersabda:
مَثَلُ المُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالحُمَّى
(Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh tubuh akan turut merasakan sakit dengan berjaga dan demam.) (HR. Muslim)

Cinta kasih, kepedulian, dan solidaritas adalah pilar utama kebersamaan. Tak ada bangsa yang besar tanpa persatuan, tak ada kejayaan tanpa rasa saling memiliki.

Negeri ini bukan milik satu kelompok, bukan milik satu suku, bukan milik satu golongan, tetapi milik kita semua.

Setiap anak bangsa memiliki peran untuk menjaga dan membangun negeri ini, karena Indonesia adalah rumah besar yang harus kita rawat bersama. Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
مَنْ لَمْ يَحْزَنْ لِمَا يُصِيبُ الْمُسْلِمِينَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
(Barang siapa yang tidak bersedih atas musibah yang menimpa kaum muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka.)

Jika luka saudara kita tidak kita rasakan, jika duka bangsawan ini kita biarkan berlalu tanpa peduli, maka bagaimana kita bisa mengaku sebagai bagian dari negeri ini?.

Mewujudkan Indonesia Emas bukanlah sekadar harapan kosong.

Ia adalah panggilan sejarah, amanah dari para leluhur, dan tanggung jawab bagi setiap jiwa yang mengaku mencintai bangsa ini.

Kita harus bersatu, meneguhkan langkah, dan merajut kebersamaan yang lebih erat. Kita harus saling menguatkan, bukan melemahkan; saling menghargai, bukan mencaci; saling mendukung, bukan menjatuhkan.

Apakah kita ingin melihat Indonesia berdiri tegak dalam kebanggaan, ataukah kita akan membiarkannya rapuh karena perpecahan? Apakah kita ingin dikenang sebagai generasi yang mengokohkan persaudaraan, atau sebagai mereka yang meruntuhkan kebersamaan? Jawabannya ada di hati dan langkah kita.

Mari kita hentikan perdebatan yang tak berujung, kita padamkan api kebencian, kita jauhkan prasangka buruk, dan kita bangun negeri ini dengan cinta.

Sebab, hanya dengan cinta dan persatuan, Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, dihormati, dan sejahtera. Hanya dengan kebersamaan, kita akan mampu menggapai kejayaan.

Sejarah akan mencatat siapa yang berjuang dan siapa yang abai. Maka, biarlah nama kita tertulis sebagai mereka yang berjuang, mereka yang menjaga, dan mereka yang mencintai negeri ini sepenuh hati.

Indonesia Emas bukan sekadar impian, tetapi takdir yang menanti untuk kita wujudkan bersama. #Wallahu A’lam Bisshawab.🙏 *MK*

*SEMOGA BERMANFAAT*
*Al-Fakir. Munawir Kamaluddin*

Facebook Comments Box