Hari Santri Nasional, Choirul Muna: Santri Belum Amalkan Ajaran KH Hasyim Asy’ari…
MAGELANG, Lintasparlemen.com – Hari ini (Sabtu, 22 Oktober 2016) ribuan santri memperingati Hari Santri dengan mengikuti apel di lapangan Monas. Seluruh peserta apel berasal dari kaum santri.
Apel ini juga diwarnai dengan pertunjukan drumband dan penyerahan Rekor Muri atas dua kategori. Yakni kirab budaya terpanjang dari Banyuwangi ke Banten sepanjang 2.000 km yang dilakukan oleh para santri.
Selaku pengasuh pesantren, Anggota Komisi VIII DPR RI Choirul Muna merasa bahagia dengan ditetapnya Hari Santri Nasional.
Ia berharap para santri di nusantara bisa mampu mengamalkan ajaran kebangsaan bela negara Pendiri NU KH Hasyim Asy’ari.
“Sebagai kepanjangan dari Fraksi Partai Nasdem di Komisi VIII kami mengucapkan “SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL” semoga para santri bisa merefleksikan dan mengamalkan ajaran kebangsaan bela negara yang telah diteladani hadrotusy syaikh KH Hasyim Asy’ari,” jelas Choirul pada Lintasparlemen, Magelang, Sabtu (22/10/2016)
Menurut Choirul yang juga alumni mahasiswa UII dan UGM ini bahwa peringatan hari santri nasional ini sangat penting sebagai pengingat perjuangan besar para ulama dan santri selama perjuangan kemerdekaan negeri ini.
Namun di era kemerdekaan ini, kata alumni HMI UII ini, banyak nilai yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari terkait ilmu kebangsaan dan bela negara yang belum ada dalam diri para santri.
Alasan itu, Choirul Muna pun menyampaikan pesan dalam bentuk introspeksi diri bagi santri yang memperingati “HARI SANTRI NASIONAL” hari ini, sebagai berikut:
1. Para santri sekarang banyak yang kehilangan jati dirinya
2. Banyak santri yang hanya punya ilmu tapi tidak dibarengi riyadloh/tirakat istiqomah pada Alloh SWT sehingga ilmunya tidak barokah.
3. Banyak santri yang berilmu agama tetapi tidak menguasai ilmu kebangsaan sehingga dianggapnya tidak punya kontribusi berbangsa dan bernegara.
4. Perlu para santri di nusantara ini berpikir tentang kemajuan bangsa dan negara baik melalui bahtsul masailnya maupun yang lainnya berdasarkan kitab-kitab kuning yang telah dipelajarinya
5. Santri-santri keturunan para kiai perlu introspeksi diri bahwa sekarang krisis negarawan yang dihasilkan dari produk pesantren akhirnya pesantren tidak diperhitungkan di kancah nasional dan apalagi internasional.