Hermanto: Jangan Abaikan Suara Masyarakat yang Keberatan dengan Wisata Malam di Kebun Raya

 Hermanto: Jangan Abaikan Suara Masyarakat yang Keberatan dengan Wisata Malam di Kebun Raya

JAKARRA – Anggota Komisi IV DPR RI Hermanto meminta Pemerintah agar jangan mengabaikan aspirasi masyarakat yang keberatan dengan wisata malam Glow di Kebun Raya Bogor (KRB). Masyarakat yang menilai komersialisasi kawasan konservasi dan cagar budaya KRB dapat merusak ekosistem sudah lebih dari 20 ribu orang.

“Jumlah tersebut bukan angka yang sedikit. Orang sebanyak itu resah dengan komersialisasi KRB di malam hari,” ujar Hermanto dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan.

Komunitas Sepakat Bogor dalam situs change.org hingga Kamis 7 Oktober 2021 sudah mendapat dukungan tanda tangan dari 20.803 orang untuk penyelamatan kawasan konservasi dan cagar budaya Kebun Raya Bogor dari komersialisasi yang dapat merusak ekosistem. “Mereka tidak ingin hewan-hewan yang memang aktivitasnya malam (nokturnal) terusir dari KRB karena gangguan dari aktivitas wisata malam tersebut,” papar legislator dari FPKS DPR ini.

Contoh hewan malam yang mengalami penurunan menuju kepunahan populasi adalah kalong (megachiroptera) dan kelelawar (microchiroptera). Berkurangnya populasi hewan tersebut karena sering terganggu oleh pengunjung. “Pada tahun 2011 sudah dinyatakan populasi kelelawar KRB setiap tahunnya terus menurun,” ucap Hermanto.

Hermanto mendesak Pemerintah agar mengabulkan aspirasi masyarakat tersebut. “KRB merupakan kawasan konservasi ex-situ. Karena itu ekosistem KRB harus di pertahankan sesuai prinsip konservasi,” pungkas legislator dari Dapil Sumbar I ini.

Saat ini Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan PT Mitra Natuna Raya mengelola Kebun Raya Bogor. Kontrak kerjasama berlangsung 3 tahun dan sudah berjalan 1 tahun 9 bulan. Dalam kerjasama tersebut, penelitian dan konservasi merupakan ranah BRIN. Sementara pihak swasta fokus pada edukasi, eduwisata dan jasa lingkungan. (Joko)

Facebook Comments Box