Ini Cerita Sebenarnya Jenazah Nenek Hindun Tak Diurus, Bahkan Pakai Ambulans Anies-Sandi dan Kader PKS yang Sholatkan!
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Di saat suasana terjepit apapun bisa digunakan sebagai alat menyelamatkan diri. Seperti saat ada ular yang ingin menggigit kita, apapun diambil untuk membela diri.
Begitu saat terjepit di arena lain, termasuk dunia politik menjelang Pilkada DKI Jakarta Putaran II. Masing-masing pasangan calon menggunakan strategi jitu mengambil hati rakyat.
Yang menjadi masalah kemudian soal jenazah pun dijadikan alat politik menghantam lawan. Kita tengok nenek Hindun (78) yang kabarnya tak diurus di lingkungannya karena beda pandangan politik, lebih memilih Paslon Nomor 2.
Padahal, cerita benarnya sesuai fakta-fakta yang ada. Nenek Hindun ternyata jenazahnya diurus oleh warga setempat bahkan yang mengurus yang difitnah melalui informasi viral.
Seperti lintasparlemen.com kutip dari Kumparan, seorang tetangga almarhumah yang bernama Syamsul Bahri mengaku dirinya dan tetangga yang mengurus jenazah Nenek Hindun.
Syamsul menceritakan secara jelas terkait peristiwa Selama (7/3/2017) lalu itu. Syamsul menjelaskan, tidak benar kalau jenazah Nenek Hindun ditolak jenazahnya oleh warga karena berbeda pandangan politik untuk disholatkan di musalla terdekat.
Dengan gamblang, Syamsul membeberkan cerita sebenarnya bahwa yang paling utama adalah agar jenazah lekas dikuburkan karena hari sudah semakin gelap. Ini yang dikhawatirkan warga setempat sehingga jenazah nenek itu disegerakan.
“Waktu itu cuaca sudah mulai gelap, mau hujan deras lagi. Kalau kita ke musalla dengan kondisi itu akan memakan waktu lagi, jangan sampai ke kuburan, ke musalla sudah itu malam, sudah gelap. Akhirnya inisiatif ustaz dan tokoh-tokoh abis jenazah ditutup langsung disalatin di rumah. Apalagi kalau ke musala jemaah kita belum pada pulang kerja, terus ada juga yang berdagang,” jelas Syamsul, Setiabudi, Jakarta, Sabtu (11/3/2017).
Sesuai pengakuan Syamsul, jenazah Nenek Hindun selesai disholatkan sekitar pukul 18.00 WIB sore, kemudian jenazah langsung dibawa dengan ambulans milik relawan Paslon nomor 3.
“Kita berpikir, biar nggak kemaleman juga, ya sesudah di ambulans di Kuningan macet di tengah perjalanan sampai di Kuningan hujan besar itu jam 18.30 WIB, sampai selesai jam 19.00 WIB kurang. Ya ada warga yang ikut ada yang nggak ikut, karena ada yang punya kesibukan masing-masing,” ungkapnya.
Syamsul juga menyampaikan ketika Nenek Hindun meninggal, berita duka disebar di musala di RW 05 dengan pengeras suara seperti biasanya. Tidak ada yang ganjil seperti penolakan jenazah yang diberitakan di media-media.
“Kalau soal itu sudah jalan secara otomatis kalau ada warga RW 05 yang meninggal. Kita di sini kalau soal berita duka cepat gotong royongnya, saling membantu. Saya bersama pengurus masjid sini, dan Ustaz Syafii langsung ambil pemandian mayat di masjid sebelah, kita sorong, kita siapkan, kita hubungin pemandi mayat. Pemandi mayat orang PKS, tapi mereka nggak lihat pilihan (di Pilkada DKI Jakarta),” beber Syamsul runut.
Menurut Syamsul, Ambulans yang siap dipakai untuk mengurus jenazah dari Timses Anies-Sandi karena hanya dari mereka ambulans bisa tersedia dan warga setempat bisa dipinjam langsung tanpa bertele-tele.
“Berita kalau musalla tidak mau mensholati nenek Hindun itu salah. Karena kita waktu yang membuat seperti itu (tak sholati di musalla). Kenapa? Karena almarhumah meninggal pukul 13.30 WIB siang dimandikan jam 17.00 WIB. Semua harus diurus mulai pemandiannya, rempah rempahnya itu butuh waktu sebentar dengan waktu mepet,” ujar Syamsul.
“Abis pemandian selesainya jam 17.30 WIB, masuk ke rumah, karena kebetulan rumahnya gangnya sempit. Sehingga warga nyelawat langsung pulang ke rumah, kalau tidak langsung balik rumahnya, ya bisa penuh tuh rumah. Sampai situ mandiin, kafanin, terus doain, belum keluarga cium itu ada proses waktu. Kira-kira selesainya jam 18.00 WIB kurang,” sambung Syamsul mengisahkan kejadian. (HMS)