JPPR: Nomor Urut Tak Tentukan Apa-apa, Program dan Gagasan Lebih Penting
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Pada Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional dan Partai Kebangkitan Bangsa mengusung Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli sebagai calon gubernur dan wakil gubernur mendapatkan nomor urut 1. Kejadian ini sama dengan nomor urut yang diperoleh oleh ketiga Partai Politik tersebut di Pilkada 2017 di Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Silviana Murni.
Pilkada 2012, Partai Gerindra bersama PDIP yang mengusung Jokowi Widodo-Basuki Thahaja Purnama mendapatkan nomor urut 3. Hal ini sama dengan nomor urut yang diperoleh oleh Partai Gerindra dan PKS yang mengusung Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Di Pilkada 2012, dengan 6 pasangan calon yang berkompetisi, pasangan calon nomor 1 dan nomor 3 yang melaju ke putaran kedua. Pasangan calon nomor 1 yaitu Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli yang didukung Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Hanura dan Partai Kebangkitan Bangsa. Sementara pasangan calon nomor 3 Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama didukung oleh PDIP dan Gerindra.
Hal itu disampaikan oleh Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz usau menilik nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang digelar 15 Februari 2015 mendatang itu.
“Artinya Apa? Nomor urut ternyata tidak menentukan apa-apa. Sangat mudah bagi pemilih untuk menghafal urutan nomor pasangan calon beserta partai politik pengusung,” kata Masykurudin pada Lintasparlemen, Jakarta, Rabu (26/10/2016) kemarin.
Menurut Masykurudin, nomor urut tidak menentukan kemenangan atau angka keberuntungan. Di mana nomor urut tidak memberi pengaruh pada pilihan masyarakat pada kandidat yang ada.
Namun, masyarakat lebih memilih para calon sesuai logika berpikir mereka yang realistis sesuai kondisi masyarakat DKI Jakarta. Apalagi pemilih ibukota lebih cerdas jika dibandingkan dengan pemilih daerah lainnya.
“Menjadikan nomor sebagai angka keberuntungan apalagi mistik sudah bukan zamannya lagi. Sikap politik dan rasional jauh lebih dibutuhkan,” terang Masykurudin.
Karena itu, ia menyakini yang memenangkan ketiga kandidat calon gubernur dan wakil gubernur itu ditentukan oleh gagasan dan konsep yang disampaikan pada rakyat pemilih selama masa kampanye.
“Kemenangan bergantung pada adu konsep dan gagasan membangun Jakarta antar pasangan calon dan partai politik pengusung. Memanfaatkan masa kampanye secara intensif mempengaruhi pemilih dengan visi, misi dan program yang dicanangkan,” pungkasnya.
Seperti diketahui, pada Pilgub DKI Agus-Sylvia mendapatkan nomor urut 1. Dari nomor itu diyakini sebagian masyarakat bahwa angka itu tidak membawa keberuntungan. Dan tim pemenangan Agus Sylvia Roy mengaku, mendapat nomor urut 1 juga merupakan tantangan tersendiri baginya untuk melawan mitos. Berkaca dari sejarah Pilgub DKI dua periode sebelumnya, pasangan dengan nomor urut 1 selalu kalah. (HMS)