Kak Seto Sepakat Full Day School Diberlakukan, Asal…

 Kak Seto Sepakat Full Day School Diberlakukan, Asal…

Ketua Dewan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Seto Mulayadi (Kak Seto)

JAKARTA, Lintasparlemen.com – Wacana untuk memberlakukan program Full Day School (belajar penuh hingga pukul 5 sere) yang menimbulkan berbagai pendapat pro dan kontra di kalangan masyarakat membuat Ketua Umum Lembaga Pendidikan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi angkat suara.

Pemerhati anak itu meminta pemerintah agar wacana tersebut dipelajari dan dipertimbangkan dengan mendalami berbagai faktor, termasuk untung ruginya bila diterapkan ke dalam kurikulum pendidikan dasar SD dan SMP di Indonesia.

“Saya harap kebijakan (full day school itu, red) jangan terburu-buru tapi didalami dan dikaji dulu. Kebijakan terkait dunia pendidikan kita perlu pemikiran matang, jangan diuji coba pada anak. Harus dilihat pula efek yang ditimbulkan dari kebijakan itu, termasuk kesiapan sekolah untuk memberlakukan sekolah full hingga pukul 5 sore. Bayangkan saja, sekolah hingga jam 1 siang saja banyak anak-anak sekolah yang stres apalagi akan ada PR dan sebagainya. Ini harus diakomodir untuk dipertimbangkan,” kata Seto saat dihubungi Lintasparlemen.com (11/08/2016).

Kak Seto, begitu biasa disapa, mengingatkan pemerintah bahwa dunia pendidikan bagi anak didik sangat penting. Tapi tak melulu dengan pendidikan formal di sekolah. Ada pola pendidikan lainnya yang perlu ditempu, di antaranya pendidikan non-formal yang mengharuskan anak dekat dengan keluarga dan masyarakat di sekitarnya.

“Anak-anak kita ini dalam proses pertubuhan, baik dari pola pendidikan di sekolah dan pola pendidikan dalam keluarga. Sehingga mereka juga butuh dekat dengan keluarga. Kita sudah tahu bahwa tidak semua orang tua bekerja, termasuk anak murid yang di daerah. Ini bisa menjadi bahan pertimbangan, karena ini akan menimbulkan protes dari masyarakat semakin besar jika diberlakukan dengan cara tergesa-gesa,” ujarnya.

Ia mengingatkan, atmosfer sekolah yang baik itu sangat mempengaruhi perkembangan siswa selama proses belajar mengajar di sekolah berlangsung. Pola pendidikan yang baik, yakni tak peduli berapa jam anak sekolah dalam kelas. Karena yang dipertimbangkan adalah pendidikan yang diberikan orang di sekitarnya berkontribusi bagi tumbuh kembang anak.

“Yang utama yang harus dibenahi dalam membuat program kurikulum pendidikan nasional kita meningkatan kualitas guru. Di mana metode pengajaran zaman dulu, ada yang sudah tak cocok lagi diterapkan untuk mengajarkan para siswa, khususnya dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat,” ujarnya.

Ia meminta pemerintah membatalkan rencana itu, jika memang harus dijalankan, perlu pertimbangan matang dan tak terburu. Dirinya mendukung rencana itu, selama program itu tak memasung hak anak selama menjalani proses belajar mengajar di sekolah.

“Kalau lihat program itu terkesan terburu-buru dan kurang tersosialisasi sehingga menimbulkan polemik di masyarakat. Saya mendukung rencana tersebut selama tidak memasung hak anak, seperti hak bermain, hak beristirahat, dan hak berekreasi. Karena prinsip pendidikan yang baik itu adalah harus pada perkembangan ramah anak demi yang terbaik buat mereka di masa depannya,” tegasnya. (HMS)

Facebook Comments Box