Ke Mana Negara? Saat Transportasi Kepulauan Seribu Pertaruhkan Nyawa Warganya
KEPULAUAN SERIBU – Masyarakat Kepulauan Seribu masih kesulitan saat ingin menyeberang ke tempat tinggalnya. Oleh Tokoh Pemuda Tanjungjawa, Kabupaten Kepulauan Seribu Rohmat mengatakan, saat ini masyarakat Kepulauan Seribu harus berjuang jika ingin ke Banten dan DKI Jakarta.
Rohmat yang juga Wakil Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kepulauan Seribu ini menjelaskan, kejadian tersebut sudah berlangsung lama. Tapi, hingga kini belum ada upaya penanganan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta agar fasilitas transportasi masyarakat Kepulauan Seribu lebih nyaman.
“Ketika musim angin utara dan barat daya warga harus basah-basahan karena tidak ada sarana yang mendukung, yakni dermaga atau tambat labuh untuk sandar kapal. Di wilayah tanjung pasir nya,” kata Rohmat, Kepulauan Seribu, Senin (19/3/2018).
“Hal ini sudah lama banget di idam-damkan oleh warga Untung Jawa namun tak kunjung tiba atau mungkin terkendala karena lintas provinsi anatara Banten dan DKI. Dan pengunjung wisatawan juga merasa kurang nyaman degan hal itu kalau yang berani dan sudah terbiasa mereka ikut naik kapal tapi bagi wisatawan yang belum pernah malah takut dan ga jadi naik kapal untuk nyebrang ke pulau,” sambung Rohmat yang juga mantan Panwaslu Kepulauan Seribu itu.
Fakta yang ada, sangat menyedihkan tentang kondisi transportasi laut Kepulauan Seribu. Ojek Kapal sebagai sarana transportasi andalan Kepulauan Seribu, ternyata seadanya tanpa sistem pengoperasian dan keamanan yang layak.
Sebelumnya pihak Pemerintah DKI telah menyiapkan dermaga di pelabuhan Kali Adem, Muara Angke yang menjadi gerbang utama Jakarta dari sisi utara. Para wisatawan harus melalui jalur yang sempit, genangan air hitam pekat di badan jalan, dan bau amis yang menyengat. Tidak selayaknya disebut sebagai andalan destinasi wisata di ibukota.
Selain itu,cerita Rohmat kondisi dermaga Kali Adem pun tak terawat sebagaimana semestinya, penuh coretan dan bagiannya lagi mulai rusak.
Dan, lanjut Rohmat, para penumpang bisa berhimpitan di atas dek hingga bawah dek dengan kondisi jaket pelampung tak sebanding dengan jumlah penumpang. Namun, negara lalai memenuhi kewajibannya untuk menyediakan transportasi yang aman dan nyaman dalam mempertaruhkan nyawa warganya.
“Hal ini tentunya mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke Untung Jawa dan akan berdampak pada penghasilan yang berkecimpung pada jasa wisata di Untungjawa,” pungkasnya. (HMS)