Ketua DPR: Dorong Orang Muda Peduli Dampak Otomatisasi dan Digitalisasi Perekonomian

 Ketua DPR: Dorong Orang Muda Peduli Dampak Otomatisasi dan Digitalisasi Perekonomian

JAKARTA – Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) semua elemen generasi muda Indonesia harus memahami dampak otomatisasi dan digitalisasi perekonomian di era Industri 4.0 sekarang ini. Untuk itu, Ketua DPR Bambang Soesatyo mengimbau pemerintah lebih intensif menyebarluaskan ragam konsekuensi dari perubahan itu agar generasi muda termotivasi untuk mempersiapkan kompetensi mereka.

Bagi Bamsoet, dampak digitalisasi dan otomatisasi perekonmian dewasa ini telah dirasakan di pada pasar kerja Indonesia. Sebelum diterapkannya sistem pembayaran e-toll, ribuan orang masih bekerja melayani pembayaran tunai di gerbang tol.

“Ribuan orang itu kini tak terlihat lagi setelah diterapkannya pola bayar e-toll itu,” kata Bamsoet pada wartawan, Ahad (16/6/2019).

Di sektor perbankan, lanjutnya, sekitar 30 persen pekerjaan yang beberapa tahun lalu masih dikerjakan oleh ketrampilan manusia kini hilang, diganti sistem kerja komputer dan layanan on-line. Sekarang, bepergian kemana pun dan dengan moda transportasi apa pun, tidak lagi harus mendatangi loket penjualan tiket, karena pemesanan cukup melalui on-line. Begitu banyak petugas penjual tiket kehilangan pekerjaan mereka.

Dari kecenderungan itu, menurutnya, penjelasan yang bisa dikedepankan adalah fakta bahwa sudah begitu banyak pekerjaan yang sebelumnya diselesaikan oleh otak dan kreasi manusia kini telah hilang atau berkurang karena digitalisasi dan otomatisasi perekonomian.

“Sejumlah institusi telah melakukan penelitian tentang hilangnya lapangan kerja manusia sebagai konsekuensi dari digitalisasi dan otomatisasi, termasuk World Economic Forum. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) misalnya, memperkirakan sedikitnya 75 juta pekerjaan akan hilang. Kajian lainnya menyebutkan, sekitar 50 juta peluang kerja di Indonesia akan hilang,” jelas Bamsoet.

Sebagai tantangan, terang Bamsoer, kecenderungan ini harus dipahami generasi muda. Maka, diperlukan inisiatif membangun kesadaran bersama tentang tantangan tersebut. Tentu saja inisiatif ini idealnya diarahkan kepada remaja atau orang-orang muda, baik di sekolah maupun kampus perguruan tinggi.

“Sudah pasti bahwa orang muda ingin tahu pekerjaan atau profesi apa saja yang akan kadaluarsa di tahun-tahun mendatang. Dan sebaliknya, pekerjaan atau profesi apa saja yang akan dibutuhkan pasar kerja nantinya, khususnya pada era Industri 4.0 dan seterusnya,” ungkapnya.

Bamsoet menyampaikan, informasi awal tentang hal ini sangat bermanfaat bagi kaum muda, agar mereka termotivasi untuk bersiap memilih profesi atau keahlian yang akan ditekuni.

“Dalam konteks itu, Bappenas bersama Kemenristek Dikti diharapkan terus melakukan kajian, dan hasil kajian itu hendaknya dipublikasikan ke sekolah dan kampus-kampus secara intensif untuk membangkitkan kesadaran dan memotivasi orang muda,” pungkas Bamsoet. (Dwi)

Facebook Comments Box