Ketua KAHMI Riau: Untuk Saat Ini HMI-MPO lah yang Terdepan 

 Ketua KAHMI Riau: Untuk Saat Ini HMI-MPO lah yang Terdepan 

Ketua KAHMI Riau Yulisman dihadapan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Pekanbaru

RIAU, Lintasparlemen.com – Ketua KAHMI Riau Yulisman mengatakan bahwa untuk saat ini HMI MPO jauh lebih unggul dari HMI Dipo.

Seperti diketahui, sejak orde baru tahun 1986 dengan asas tunggalnya, HMI terpecah menjadi dua. Di mana Kongres ke-16 di Padang pada tahun 1986, dengan formatur terpilih M. Saleh Khalid, terpecahnya HMI menjadi dua yakni HMI DIPO dan HMI MPO.

Sejak perpecahannya di era orde baru itu, HMI DIPO lebih mendominasi di hadapan publik dengan ‘dukungan pemerintah’. Sementara HMI MPO terus melakukan pengkaderan tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam seperti awal berdirinya HMI.

Di mana dalam perpecahan itu di dahului oleh peristiwa eksternal yang menuntut HMI untuk ikut serta penerapan asas tunggal Pancasila bagi seluruh organisasi massa. HMI MPO lah satu-satunya yang tetap konsisten sebagai mahasiswa yang mempertahankan Islam sebagai asas organisasi.

Kebijakan yang kontroversial pengurus PB HMI kala itu tidak disikapi dengan bijak, sehingga perbedaan pendapat antar anggotanya dalam menanggapi kebijakan itu berdampak pada terjadinya konflik internal yang kemudian melahirkan perpecahan HMI menjadi dua kubu. Kubu HMI MPO tetap konsisten dengan asas Islam. Sementara HMI DIPO berpaling dari asas Islam, menerima asas Pancasila seperti keinginan pemerintah saat itu Presiden Soeharto.

“Untuk saaat ini saya mengakui bahwa HMI-MPO memang yang terbaik dan terdepan,” ungkap Yulisman pada acara Dialog Publik PB HMI dan Pelantikan Badan Koordinasi (Badko) Sumatera Raya di hadapan anggota dan pengurus HMI MPO, Aula Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau (UIR) Pekan Baru, seperti disampaikan pada Lintasparlemen.com, Riau, Senin (17/10/2016) kemarin.

Yulisman yang dibesarkan dan dilahir dari ‘rahim’ HMI DIPO itu berjanji, jika anaknya sudah menduduki bangku kuliah. Ia akan memasukannya  anaknya itu ke HMI MPO, bukan HMI DIPO seperti dirinya dikader selama ini.

“Walaupun saya lahir dari HMI sebelah (HMI DIPO, red) namun anak saya nanti akan saya masukkan ke HMI-MPO, bukan DIPO,” ujarnya, dengan disambut tepuk tangan hadirin yang ada dalam acara diskusi yang dihadiri Ketua Umum PB HMI MPO Muhammad Fauzi itu.

Kenapa dirinya lebih cenderung mendukung pola kaderisasi HMI MPO dibandingkan HMI DIPO? Yulisman menjelaskan bahwa kader-kader HMI MPO lebih militan dan aktif pada kajian-kajian literasi, termasuk komunitas menulis sebagai wadahnya para mahasiswa sebagai kaum intelektual.

“Saya sangat mengapresiasi segala kegiatan HMI-MPO. Apalagi HMI-MPO juga aktif dalam kajian-kajian leterasi seperti kumunitas menulis yang hingga kini masih tetap terjaga (sebagai identitas HMI, red),” terangnya.

Pada dialog publik yang digagas oleh HMI-MPO yang tema “Pemuda dan Radikalisme” itu menghadirkan tiga narasumber. Yakni Ketua Umum PB HMI-MPO Muhammad Fauzi, Dosen Pasca Sarjana UIR sekaligus penulis buku “HMI dan Rekayasa Azas Tunggal” Hasanuddin M Soleh dan Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan UIR Panca Setyo Prihatin. (Rozi)

Facebook Comments Box