Komite Etik Munaslub Golkar Dinilai Tak Fair, Apa Ini Tanda-tanda Golkar akan Pecah Lagi?
SURABAYA, LintasParlemen.com – Kelihatannya Munaslub Golkar yang tinggal menghitung hari itu makin memanas. Seolah-olah Komite Kode Etik yang diketuai oleh politisi senior Fadel Muhammad itu perlu diuji kemampuannya bertindak lebih adil lagi.
Alasannya, aturan yang ada dimaknai terlalu kaku dan belum terlihat bijaksana memandang sebuah persoalan utamanya. Sebagai contoh, saat pertemuan caketum Golkar Ade Komarudin dengan ketua DPD I Golkar Kalimantan Barat diproses oleh komite etik munaslub. Komite Kode Etik menyebut hal itu tidak beretika alias melanggar aturan.
Menengarkan informasi itu, Tim Sukses Ade Komarudin, Firman Soebagyo tidak menerima hal itu. Firman menganggap langkah komite etik mengada-ada tanpa melihat duduk persoalannya terlebih dahulu.
“Saya mau tanya, apa kira-kira saat Pak Akom atau tim suksesnya pergi ke suatu tempat, dan tanpa ketemu kader Golkar di daerah tertentu. Lalu kita tidak sapa karena ditegur komite kode etik? Lalu kita takut tegur sapa? Komite etik harus clear memandang masalah ini. Perlu secara secara jelas, pertemuan seperti apa yang bisa dikenakan sanksi. Tidak bisa semua kena, kan ini kesannya mengada-ada. Jadi kesannya kaya kurang kerjaan, mohon maaf,” kata Firman saat dihubungi, Surabaya, Rabu (11/05/2016).
Saat dikonfirmasi, Firman sendiri mengaku tidak mengetahui soal pertemuan di Hotel Gran Melia, Kuningan tersebut pada Selasa (09/05/2016) lalu itu. Seingat Wakil Ketua Fraksi Golkar DPR RI itu, Akom ada di kediamannya melakukan rapat.
“Kita berharap Komite Kode Etik ini bicara dengan bahasa kejujuran. Jangan hanya mempersoalkan hal-hal yang kesan saya dicari-cari kesalahan kandidat lainnya. Ini kan tak benar,” ungkapnya.
Ketum Ikatan Keluarga Kabupaten Pati (IKKP) ini menyoroti kinerja Komite Kode Etik dalam mencermati turnamen golf yang digelar kubu Setya Novanto yang berhadiah mobil mewah yang diadakan sejumlah pengurus. Namun, Komite Kode Etik tidak angkat suara, terkesan mendiamkan pokok persoalan.
Timses Akom menduga turnamen itu digelar oleh Setya Novanto untuk menjaring dukungan. Namun Komite Etik dan kubu Novanto menepis dugaan itu, dan menyebut turnamen itu digelar oleh pengurus-pengurus DPD I.
“Terus kenapa Itu kenapa ada golf? Kok Komite Kode Etik diem aja, tak bersikap? Golf itu kan fakta nyata bahwa kandidat melakukan pertemuan dengan DPD II se-Indonesia, kenapa enggak disemprit? Kenapa diam saja?” terang Wakil Ketua Baleg DPR RI ini.
Bila ini dibiarkan, tak tertutup kemungkinan Golkar pasca Munaslub Bali tak terjadi konsolidasi partai seperti tujuan semula. Kita tunggu saja episode berikutnya? (Mahabbahtaein)