Maju Jalur Partai, Sikap Ahok Dinilai Berbahaya bagi Masa Depan Demokrasi Indonesia!
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Akhirnya kandidat petahana Pilgub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyerah juga atas ‘ribetnya’ maju sebagai sebagai calon Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen. Ahok dengan ‘Teman Ahok’ menentukan pilihan jalur politiknya dengan meninggalkan jalur independen yang selama ini dia rencanakan, dan memutuskan memilih jalur partai politik menuju Pilgub DKI 15 Februari 2017.
Ahok secara resmi mendapatkan tiga parpol pendukung yakni Partai Golkar, NasDem, dan Partai Hanura. Ahok masih butuh dukungan dari PDIP. Hal itu ditanda setelah Ahok menyatakan keputusan maju lewat parpol, dan Ahok berjanji akan berkomunikasi dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Bagi pengamat Politik Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Jakarta Ujang Komarudin, sikap Ahok itu adalah keputusan yang tidak konsisten. Keputusan Ahok itu ‘mencederai’ nilai demokrasi yang ditanamkan pada dirinya kepada publik bahwa Ahok-lah yang konsisten secara politik selama ini.
“Bagi saya, dengan sikap Ahok itu, tentu merupakan politisi yang tidak konsisten. Pagi dia bilang mau maju melalui jalur perseorangan. Eh, siang dia bilang Maju melalui Parpol. Kita tidak tahu malamnya mau maju lagi seperti apa?” tanya Ujang kepada Lintasparlemen.com, Jumat (29/07/2016).
Bagi alumni HMI ini, partai politik itu merupakan pilar demokrasi tanpa parpol demokrasi tidak akan berjalan di mana pun negara itu yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi. Menurut Ujang, sikap Inkosistensi yang ditunjukkan Ahok kepada publik sangat membahayakan secara politik dan proses demokratisasi yang terus dibangun di negeri ini.
“Inkosistensi dan keputusan Ahok itu sangatlah berbahaya jika hal itu dibawa ke ranah politik. Karena ranah politik itu harus memiliki karakter yang baik, punya etika politik yang berkarakter dengan menjunjung nilai-nilai Pancasila, sebagai dasar negara kita. Karakter politisi itu harus baik dan bisa dicontoh oleh rakyat yang dipimpinnya,” tegasnya.
Bagaimana menurut Ujang soal nasib Teman Ahok yang sudah mengumpulkan 1 juta KTP untuk Ahok?
“Bagi saya, Teman Ahok nantinya sebagai mesin politik jika parpol yang digunakan itu tidak jalan. Namun strategi dukungan justru menguntungkan Ahok. Secara politik punya dua keuntungan, pertama didukung oleh Parpol dan kedua memegang kendali atas teman Ahok. Dari sisi kelembagaan politik di sini Ahok inkonsisten dari awal menggunakan kendaraan politik. Seolah parpol butuh dia,” jelasnya. (HMS)