Memisahkan Agama dari Politik, Eggi Sudjana: Jokowi Harus ‘Taubat’ dan Istighfar!
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Ketua Umum DPP Partai Pemersatu Bangsa DR Eggi Sudjana ikut angkat suara terkait permintaan Presiden Joko Widodo untuk memisahkan agama dari politik.
Menurut Eggi, dari statemen Presiden Jokowi itu tampak jelas Presiden Jokowi tidak paham hukum dasar di Indonesia yang mendasarinya pada TUHAN yang maha Esa. Sebagaimana tercantum pada pasal 29 ayat 1 dari UUD 45. Dan negara menjamin WNI dalam menjalankan agamanya sesuai pasal 29 ayat 2 dari UUD 45.
“Jadi bagaimana agama dan politik bisa dipisah? Bukankan dalam bernegara untuk berpolitiknya bila dipisahkan dari agama tentu terjadi demoralisasi bahkan bagi yang muslim jadi bertentangan dengan komitmennya pada allah swt yaitu sholatku, ibadah dan Hidup serta matiku hanya untuk Allah SWT,” jelas Eggi pada lintasparlem.com, Jakarta, Ahad (2/4/2017).
“Bagaimana waktu kita hidup hari ini dipisahkan antara agama dengan politik? Sementara harga-harga cabe, bawang, gula, beras dll-nya yang merupakan kebutuhan hidup masyarakat ditentukan oleh keputusan politik? Bagaimana memisahkannya Agama dan Politik???,” Sambungnya.
Kedua, lanjut mantan Ketua Umum PB HMI ini, secara historis Jokowi tampak melupakan sejarah. Yakni bangsa Indonesia merdeka karena berkat rahmat allah yang Maha Kuasa yang diakui dalam mukadimah alinea 3 dari UUD 1945.
“Pada waktu itu menuju suasana kemerdekaan teriakkan rakyatnya adalah allahukbar, hidup atau mati,” ujar Eggi yang juga berprofesi sebagai pengacara senior ini.
Ketiga, secara philosofis, terangnya, Jokowi telah sekular karena memisahkan kehidupan beragama yang tentunya peran Tuhan tidak boleh ikut campur dengan poltik. Bagaimana bisa?
Keempat, secara aosiologis, Jokowi mengingkari keyakinan rakyat Indonesia yang semuanya beragama baik Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain-lainnya untuk menjalankan keyakinan dalam berbangsa dan bernegara karena harus di pisahkan dengan politik. Bagaimana mau ikut pemilu, pilpres dan pilkada?
“Kelima, secara psikologis atau susana kejiwaan kebatinan rakyat yang khusus mayoritas beragam Islam sangat dihina oleh Jokowi. Karena Agama dijadikan biang kerok brengseknya kehidupan, kisruhnya dan konflik di masyarakat,” jelasnya.
Eggi menilai, pemahaman agama harus dipisahkan dengan politik, persis atau serupa meski tidak sama dengan usulan Aidit gembong PKI yang mengatakan agama candu bagi masyarakat.
“Maka jika masyarakat mau maju harus dijauhkan dari agama, yang kita tahu itu ajaran dari Karl Marx tokoh komunis dunia,” terangnya.
Ia mengingatkan, “Kita teringat pula pada Jendral AH. Nasution yang mengatakan “Bagi yang berpaham Komunis tidak sejalan dengan yang berpaham pancasilais, karena mereka ingin menghilangkan peranan Tuhan yang Maha Esa, jikapun mereka mengaku beragama, itu pasti pura-pura saja.”
Untuk itu, ia meminta Jokowi berkenan mengakui kekeliruannya dan istiqfar untuk kembali kejalan yang benar dengan menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara baik dan benar serta konsisten menuju Indonesia Bertaqwa pada Allah SWT. (EGGI)