Memoriam MASYHUDI MUQQOROBI Mantan Ketum PB HMI 1990-1992
Oleh: IMRON FADHIL SYAM*
Saya menyapa alm. DR. H. Masyhudi Muqqorrobin dengan panggilan akrab Pak Haji, berbeda dengan teman-teman HMI di lingkungan Badko Jawa Tengah, dengan dialek jawa yang kental, menyapanya dengan panggilan Pak Kaji.
Saya lebih kenal dengan sosok yang supel dan memiliki suara pelan dan medok jawa ini pada saat Lokakarya Pedoman Perkaderan tahun 1991. Saat itu saya mewakili HMI Cabang Jakarta menjadi peserta Lokakarya.
Selesai Lokakarya, dibentuklah Tim Perumus, dan lagi-lagi saya dipercaya menjadi salahsatu anggota Tim Perumus Pedoman Perkaderan HMI.
Jelang satu minggu setelah Lokakarya, Tim Perumus sepakat untuk merumuskan hasil Lokakarya di rumah Pak Haji di Yogyakarta selama hampir 3 hari. Maklum saja, saat itu komputer masih menjadi barang mahal, sedikit sekali PB HMI maupun pengurus lainnya yang punya komputer.
Komputer yang dimiliki pak Haji itupun seingat saya masih zaman pentium-1. Dengan ditemani konsumsi mie ayam khas Pak Haji, Tim Perumus bekerja secara intensif di rumah beliau, dan pada hari kedua rumusan telah rampung hampir 80%.
Saat itu giliran saya bertugas mengetik hasil rumusan Tim, maklum saat itu saya masih agak gaptek komputer, hasil editan dan lay out program WS itupun jadi berantakan karna saya. Pak Haji melihat data yang sudah di input berantakan, dengan senyuman khasnya langsung membantu saya merapihkan kembali lay out yang berantakan tersebut.
Semua amanah Lokakarya Pedoman Perkaderan HMI rampung dalam 3 hari, dan saya mendapat tugas menjadi koordinator sosialisasi di wilayah Badko HMI Jawa Bagian Barat. Tentunya banyak tantangan dan protes yang saya hadapi selaku Ketum HMI Cabang Jakarta, terutama menyangkut pergantian materi NDP menjadi Khittah Perjuangan HMI, hingga saya diprotes oleh para senior saya sendiri.
Dengan tenang Pak Haji memberi wejangan: “ya memang begitu kalau menyampaikan sesuatu yang baru. Semua Nabi dan para pejuangpun juga ditentang dalam menyampaikan misinya.” Saya pun menjadi berbesar hati untuk melaksanakan amanah PB HMI tersebut, hingga berakhirnya periode saya menjadi Ketum HMI Cabang Jakarta, Pedoman Perkaderan tersebut sudah banyak diterima dengan baik oleh civitas kader HMI di wilayah Badko HMI Jabar.
Mungkin, banyak kader HMI era 2000-an yang tidak mengenal sosok DR. H. Masyhudi Muqorrobin, terlihat ketika saya terima berita duka wafatnya beliau di group WA HMI MPO, sedikit yang menyampaikan bela sungkawa, khususnya teman-tema alumni era 2000-an.
Padahal, kita tengah kehilangan sosok tokoh yang mukhlis, tidak pernah mengeluh, tidak pernah punya ambisi untuk populeritas, bahkan kontribusi terhadap HMI tidak pernah putus hingga akhir hayatnya. Sosok yang sederhana dan bersuara pelan ini, adalah mantan Ketua Umum PB HMI MPO periode 1990-1992.
Saya adalah salah satu saksi betapa beliau menjadi sosok pejuang yang konsisten, antara perkataan dan perbuatan berjalan seiring. Pernah suatu hari, Pak Haji terkena radang tenggorokan akut, nyaris hilang suaranya, tetapi karena harus menghadiri acara LK II HMI Cabang Jakarta, beliau tetap datang dengan suara yang pelan memaksa setiap peserta harus memasang kuping lebar-lebar untuk mendengarkan materi yang beliau sampaikan.
Pada 6 bulan periode berjalan beliau menjabat Ketua Umum PB HMI, saya menjabat sebagai Ketua Umum HMI Cabang Jakarta. Arahan beliau kepada saya sederhana, kalau mau sukses, intensifkan kajian-kajian ilmiah, dan jenjang LK. Arahan beliau saya laksanakan dengan sepenuh hati, hingga volume LK I dan LK II meningkat.
Banyak peristiwa yang menyejukkan, sekaligus menjadi momentum yang tidak akan terlupakan bersama Pak Haji. Saat saya mengikuti LK III tahun 1990, di HMI Cabang Yogyakarta, saya kekurangan dana untuk kembali ke Jakarta. Saya tidak ceritakan hal ini kepada Pak Haji.
Namun tiba-tiba Pak Haji memberikan saya 1 buah tiket Kereta Api Matarmaja untuk pulang ke Jakarta. Gak habis pikirnya lagi, sudah dibelikan tiket, diantar pula ke Stasiun Kereta.
Terakhir saya bertemu dengan Pak Haji, saat PB HMI dipimpin oleh Syafinuddin sebagai Ketua Umum, dan Chandra Sosiawan sebagai Sekretaris Jenderal. PB HMI periode ini baru saja “hengkang” dari Sekretariat Jl. Tebet Timur Dalam I/N, rumah milik Almarhumah bunda Tuti, yang dipinjampakaikan kepada PB HMI sejak tahun 1995.
Karena tidak ada kesiapan pindah Sekretariat, PB HMI sementara menumpang di rumah saya Jl. Lenteng Agung, Jakarta Sekatan. Beberapa hari setelah PB HMI bersekretariat di rumah saya, Pak Haji telpon ke rumah saya lagsung dari Malaysia.
Beliau bertanya kepada saya, perihal perpindahan Sekretariat PB HMI ke rumah saya. Lalu saya jelaskan apa adaya. Penjelasan saya tersebut membuat Pak Haji Kaget.
Jelang beberapa hari beliau kembali menelpon saya, dan berkata “saya sudah di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, akan menuju ke rumah anda”. Saya agak kaget, secepat itu? Sesampai di rumah saya, sebagai tradisi dalam keluarga saya, selalu memberikan kamar utama kepada tamu yang saya hormati.
Namun beliau menolak, dan lebih memilih kamar dengan ukuran kecil yang biasanya menjadi tempat menginap kalau ada teman-teman/karabat yang bermalam di rumah saya. Belum lagi istrirahat, saya diminta Pak Haji untuk mengumpulkan personil PB HMI dan beberapa alumni. Sayapun meminta Chadra Sosiawan untuk mengkoordinasikannya.
Esok malamnya, beberapa personil PB HMI hadir, dan untuk alumni hanya habib Farid yang hadir. Singkat cerita, hasil pertemuan tersebut, beliau meminta agar dibentuk Tim Penggalangan Dana untuk Sekretariat PB HMI, dan beliau sendiri yang pimpin Tim Kecil ini.
Sesaat setelah pertemuan selesai, menjelang tidur saya bertanya kepada beliau, “Pak Haji ke Jakarta dalam rangka apa?” beliau menjawab dengan singkat, “saya ke Jakarta karena mendapat kabar bahwa PB HMI tidak lagi punya Sekretariat”. Sayapun termenung …….
Selamat jalan Pak Haji.
Semoga kisah ini menjadi inspirasi untuk seluruh alumni HMI, agar selalu ingat dari mana mereka dulu pernah dilahirkan.
Palopo, 2 Januari 2017.
*Mantan Ketum PB HMI 1997-1999