Mengapa Dunia Ilmu Pengetahuan Macet Menerangi Kegelapan Peradaban di Indonesia, Setidaknya Hari ini!

Semua sepakat bahwa budaya dan kesadaran korup yang mengurapi dan menjiwai setiap lapisan masyarakat Indonesia, dari elit hingga jelata, demikian kental dan tebal yang susah dikikis, kerena:
(a) Ada kesadaran, jika tak korup, akan susah mengimbangi tuntutan keadaan untuk hidup makmur.
(b) Lagi pula semua pihak adalah korup, dan kalau tidak berangkat dari korup, maka berkembang menjadi korup juga.
(c) Toh korupsi sudah inheren dan laten terstruktur, sistematik dan massif membentuk postur dan geliat negara dan masyarakat.
“(Mendapatkan) yang haram saja susah, apalagi yang halal, Mas”, bukankah ungkapan itu refleksi jujur masyarakat umum terhadap kehidupan di Indonesia, dan ungkapan itu sudah lama adanya, menggambarkan betapa korupnya kehidupan di Indonesia.
Pertanyaannya, dimana dunia Ilmu Pengetahuan sekarang saat cahaya adalah esensi ilmu pengetahuan? Kegelapan (zhulumat) ini memerlukan cahaya untuk keluar dari situasi yang mencekik rasa kemanusiaan.
Saya bertanya pada mesin pencari Google, dan ini jawaban dia tentang fa’il (pelaku) dunia ilmu pengetahuan.
“Pada tahun 2023, jumlah profesor (guru besar) di Indonesia mencapai sekitar 8.121 orang, yang merupakan 2,61% dari total 311.163 dosen aktif.
Berdasarkan data Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) tahun 2023, jumlah perguruan tinggi di Indonesia adalah 4.523. Jumlah ini terdiri dari 31.399 program studi.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2023, ada 964 perguruan tinggi negeri maupun swasta yang berada di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah universitas terbanyak kedua di dunia. Jumlah universitas di Indonesia pada tahun 2023 adalah 3.277.”
Mahasiswa atau apalagi siswa, sudah cukup besar peranan mereka dalam mengupayakan keluar dari zhulumat di Indonesia ini. Itu pun mereka harus menanggung korban jiwa dan luka fisik, dan nyatanya sampai hari ini berapa banyak aksi tanwir (pencahayaan) mereka kalah dan dilipat oleh kuatnya struktur zhulumat yang ditopang oleh politik dan ekonomi itu.
Saya belum melihat, para guru besar dan dosen-dosen berangkat berbis-bis dan bertruk-truk dari pangkalan mereka di kampus-kampus lalu berkumpul di depan Istana di Jakarta meluapkan emosi dan kegeraman mereka terhadap zhulumat di Indonesia akibat korup di segala bidang.
Aku merindukan para guru besar yang mencopot rasa sungkan dan rasa segan mereka untuk naik truk memekik-mekik dari Bandung, dari Bogor, dari Depok dan dari mana saja: minaz zhulumati ilan nur, dari kegelapan dunia korup Indonesia ke cahaya benderang Indonesia masa depan. Ya…mereka guru-guru kita, dosen-dosen kita, pembimbing-pembimbing kita kepada ilmu pengetahuan itu, harus melangkah di depan menunjuki kita bagaimana untuk hidup yang keluar dari kegelapan korupsi.
Jika itu dilakukan, hentakan spirit dan moral, akan menggoyang kesadaran yang hampir mati di Indonesia akan pentingnya kehidupan yang bermartabat. Korupsi yang merata telah menghancurkan martabat kemanusiaan dan peradaban kita.