Momen Indah Saat Anggota DPR Mati-matian Bela 300 Satpam Bandara Terancam Dipecat
BALI – Anggota Komisi VI DPR RI I Nyoman Parta menilai sangat lucu jika satpam yang di Bandara I Gusti Ngurah Rai terancam di PHK (pemutusan hubungan kerja) gegara alasan bertato. Bagi I Nyoman, rencana pemecatan itu tidak logis dan tidak manusiawi.
“Sebagai salah satu anggota dewan yang bermitra tugas dengan Kementerian BUMN, saya menyayangkan rencana menghentikan kontrak ini,” kata I Nyoman saat menerima para pekerja di rumah aspirasi I Nyoman Parta, Bali, Ahad (21/11/2021) kemarin.
Untuk diketahui, sejumlah security Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, datang ke rumah aspirasi I Nyoman Parta untuk menyampaikan aspirasi. Mereka para pekerja tersebut terancam kehilangan pekerjaan karena kontraknnya tidak diperpanjang oleh Pihak Angkasa Pura Sufort PT APS (anak perusahan dari PT Angkasa Pura 1).
Menurut pengakuan dua orang dari perwakilan mereka Wayan Suatrawan dan Agus Amik Santosa. Keduanya mengkoordinir teman-temannya untuk menyampaikan aspirasi mereka untuk berjuang.
“Kami adalah security Avsec yang sudah bekerja di Airport sejak lama, selama 13-20 tahun lamanya dan tidak pernah ada masalah. Kami sudah bertato dan pernah bertindik saat sebelum menjadi security Avsec dan kami memiliki lisensi di sini,” jelas Wayan didampingi Agus.
Yang membuat mereka kecewa dan semakin resah, karena surat edaran (SE) dari PT Angkasa Pura 1 sebagai pemberi kerja yakni, ada syarat yang tidak adil. Di mana pekerja tidak diizinkan bekerja di tempat tersebut yang sudah bertato dan pernah bertindik.
Wayan dan Agus mengaku mewakili 136 orang security. Sesuai informasi ada 300 lebih security yang terancam tidak bisa melanjutkan pekerjanya gegara bertato.
Alasan itu pula, I Nyoman meminta pihak perusahaan mengakomodir aspirasi mereka. I Nyoman punya empat catatan buat perusahaan tempat para security ini bekerja.
“Pertama alasan bertato dan ada bekas tindik dalam situasi sekarang sudah tidak relevan. Karena mereka sudah bertato dan pernah bertindik pada saat awal menjadi security Avsec ini. Lagian tatonnya mereka tidak terlihat ketika bekerja atau saat menggunakan seragam. Masak gara-gara gambar burung kecil di lengan tidak dilanjutkan kontraknnya,” tegas I Nyoman.
Alasan kedua, lanjut Politisi PDI Perjuangan ini, kondisi saat ini justru mereka sangat dibutuhkan saat AP 1 Ngurah Rai mulai didatangi para wisatawan pasca Pandemi Covid-19. Baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
“Ketiga, agak lucu dan cendrung diskriminatif persyaratan tidak bertato dan pernah ada tindik hanya untuk mereka tenaga kontrak saja. Sedang di Angkasa Pura 1 banyak juga security yang sudah jadi tenaga tetap juga memiliki tato,” paparnya.
Alasan kempat I Nyoman terus membela para pekerja tersebut. Mereka yang terancam tidak bisa melanjutkan kontraknnya mayoritas warga lokal Bali. Rata-rata mereka sudah berkeluarga dan punya anak.
“Saya menduga rencana ini untuk menghindari beban pembayaran BPJS dan kemudian merekrut tenaga baru yang masih muda. Saya akan menyampaikan persoalan inu dengan APS dan pihak Angkasa Pura 1, juga Kementerian BUMN untuk meninjau persyartan itu. Karena ini tidak adil dan cendrung diskriminatif bahkan tidak manusiawi,” pungkas I Nyoman. (HMS)