“Orang Miskin Tak Boleh Kuliah”
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Orang miskin tak boleh kuliah, ternyata bukan hanya ungkapan kegagalan dunia pendidikan Indonesia terutama dalam menjamin kebutuhan pendidikan rakyatnya yang tidak mampu.
Hal tersebut benar benar terjadi terhadap salah satu mahasiswa semester akhir pada kampus swasta STMIK Indonesia yang terletak di Cideng Jakarta pusat.
Fahrul Rozi (22) yang akrab di sapa Ozi, mahasiswa STMIK Indonesia jurusan Sistem Informasi angkatan 2011 tersebut kini tersandung masalah perkuliahan. Ozi yang kini tinggal menyelesaikan kuliahnya 2 semester, harus terputus harapannya untuk meraih gelar sarjana komputer di kampus tempatnya memupuk ilmu dan menggapai cita cita.
Seperti disampaikan pada Lintasparlemen.com, Ozi terhambat oleh urusan biaya, anak ke-2 dari 4 bersaudara itu di besarkan oleh seorang ibu yang menjanda sejak Ozi memasuki semester 1 di awal perkuliahannya.
Selama ini, ozi dikenal aktif berorganisasi, diketahui ia rajin mengadakan dan mengikuti agenda agenda organisasi ekstra kampus skala nasional. Atas dasar itulah, salah satu pejabat kampus STMIK Indonesia berkomitmen secara pribadi berjanji membantu biaya perkuliahan Ozi hingga lulus kuliah, niat baik dan komitmen tersebut terjadi pasca insiden pemukulan pihak keamanan kampus kepada Ozi saat ia menggelar aksi tolak kenaikan BBM di depan kampus STMIK Indonesia yang berada di jalan Kyai tapa Grogol Jakarta Barat beberapa tahun silam.
“Saat itu Ozi dipukul hingga pingsan dan dilarikan ke rumah sakit sumber waras hingga mengalami luka dalam dan perlu perawatan intensif di rumah sakit selama beberapa hari, sebagai wujud tanggung jawab , salah satu pejabat kampus STMIK Indonesia berkomitmen di hadapan beberapa teman seperjuangan ozi di organisasi untuk membiayai kuliah ozi hingga lulus,” terangnya, Jakarta, Sabtu (17/2016) kemarin.
Kenyataan tak semulus aspal, hari ini Ozi terancam tidak bisa melanjutkan kuliahnya karena bantuan secara pribadi dari salah satu pejabat kampus itu akan dihentikan lantaran nilai-nilai kuliah Ozi yang tidak sesuai harapan.
Dimintai keterangannya terkait hal tersebut Ozi mengatakan “Gimana nilai saya mau bagus, kuliah aja jarang masuk, mau kuliah gak punya ongkos, ongkos dari rumah ke kampus aja pulang pergi udah hampir 20.000, duit segitu kan buat makan sekeluarga rumayan,” terangnya.
Diketahui, hingga saat ini Ozi sendiri masih berusaha mencari jalan keluar untuk permasalahan biaya kuliahnya, mulai dari meminta surat rekomendasi beasiswa ke Komisi X DPR RI untuk kemudian dilayangkan ke Badan Kopertis (badan kordinasi perguruan tinggi swasta) hingga melakukan dialog dialog persuasif kepada pihak perguruan tempat Ozi menuntut ilmu.
“Ya saya kan niat kuliah sungguh sungguh, jadi saya terus usaha sedemikian rupa untuk mencari biaya kuliah, ngomong ke perguruan sudah, ngomong ke ketua sudah, tinggal mau usaha ke komisi sepuluh dpr ri aja nih mudah mudahan ada jalan keluar,” ujarnya.
Pada kesempatan berbeda, Ketua STMIK Indonesia, bapak Djoko Harsono, ditemui di ruang kerjanya, Jumat lalu (16/09/2016), mengatakan, “Saya baru tahu mas kalau kondisi Ozi seperti itu, memang kita menyediakan bantuan beasiswa peringanan biaya kuliah, tapi hanya untuk karyawan STMIK Indonesia dan anaknya, kalo dari kopertis kita belum bisa salurkan ke ozi, karena maksimal jumlah semesternya sudah melampaui batas, tetapi saya akan diskusikan kepada pejabat kampus yangg berwenang untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut,” jelasnya.
Seperti diketahui, jaminan pendidikan untuk rakyat miskin di negeri ini memang terkesan jauh panggang dari api, angaran pendidikan yang digelontorkan pemerintah seperti tak mudah tersentuh oleh masyarakat miskin. Pemerintah terkait dalam hal ini Kemendikbud bersama lembaga bawahannya mesti bersih bersih dapur persoalan penyaluran anggaran pendidikan. (Panji)