Orangtua Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan Meninggal Dunia
JAKARTA, LintasParlemen.com – Telah meninggal dunia dengan tenang Bapak Tjong Tjoeng Tjhong dalam usia 83 tahun.
Adalah Tjong Tjoeng Tjhong adalah ayahanda dari Wakil Ketua Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan pada hari Sabtu, 14 Mei 2016 Pukul 18.28 WIB lalu.
Seperti rilis yang diterima LintasParlemen, mendiang disemayamkan di rumah duka Jelambar ruang VIP A jalan Tubagus Angke Nomor 49 Jakarta Barat. Adapun jenazah akan dikremasi pada Rabu 18 Mei.
“Semoga mendiang mendapat jalan yang terang dan bahagia,” demikian disampaikan Adi Jaya, Jakarta (16/05/2016)
Sebagai tambahan, Tjong Nyuk Hao atau Daniel Johan adalah generasi ke-4 sejak leluhurnya meninggalkan Moyan, Guangdong. “Himbauan” almarhum Jenderal Soeharto agar orang-orang Tionghoa memiliki “nama Indonesia” membuat Nyuk Hao memiliki identitas tambahan. Sekarang ia dikenal dengan nama Daniel Johan. Ia adalah Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa sekaligus Direktur Institute of National Leadership and Public Policy (INLAPP).
Daniel Johan dilahirkan di Jakarta, 10 April 1972. Ia tinggal di daerah Pekojan yang dikenal sebagai perkampungan Arab di masa kolonial Belanda. Saat itu Pekojan adalah salah satu ghetto Arab di mana kebijakan passen stelsel dan wijken stelselditerapkan. “Sampai sekarang masih ada sisa-sisa keluarga Arab di sini”, kata Daniel.
Di dekat daerah Pekojan terdapat Kali Angke. Nama Kali Angke muncul setelah etnis Tionghoa dibantai selama tiga hari oleh VOC di Batavia pada tanggal 9 Oktober 1740. Mayat-mayat Tionghoa dibuang ke kali hingga membuat warna air sungai berubah menjadi merah oleh darah. Istilah Angke berasal dari dialek Hokkian, berarti Kali Merah.
Di daerah itulah, Daniel Johan tumbuh dan berkembang. Ia adalah bungsu dari enam bersaudara. Lahir dari keluarga Hakka Totok. Daniel kecil dikenal oleh teman-temannya sebagai anak yang aktif dan berani. Selain gemar membaca, ia juga mengoleksi berbagai jenis hewan peliharaan.
Jejak militansi gerakan Daniel sudah terlihat sejak usia 15 tahun. Waktu itu ia masih duduk di bangku SMP kelas dua. Terjadi penyimpangan praktik keuangan oleh Yayasan Sekolah. Daniel memimpin sekitar 30 murid SMP untuk melakukan boikot, semacam demonstrasi kecil-kecilan.
Akibat aksi itu, Daniel remaja hampir dipecat. Sekalipun pada akhirnya, pihak yayasan merasa perlu melakukan perbaikan sistem manajemen keuangannya. Daniel dkk berhasil menekan yayasan untuk memperbaiki diri. (Adit)