Pasca Putusan Ahok, MUI Prihatin Kondisi Bangsa Ini ‘Terpecah Dua’

 Pasca Putusan Ahok, MUI Prihatin Kondisi Bangsa Ini ‘Terpecah Dua’

logo MUI

JAKARTA, Lintasparlemen.com – Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa’adi menyampaikan keprihatinannya terhadap kegaduhan politik yang terjadi akhir-akhir ini.

Khususnya, yang disebabkan oleh kasus Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purna (Ahok) pasca keputusan majelis hakim pengadilan negeri Jakarta Utara yang memvonis 2 tahun penjara.

“Kami sangat prihatin dalam menyikapi perkembangan dan kondisi bangsa kita akhir-akhir ini, karena menunjukkan gejala yang mengarah kepada terjadinya keretakan bangsa,” kata Zainut  pada lintasparlemen.com, Senin (15/2017).

Menurut Anggota Komisi IV DPR RI ini, putusan vonis pada Ahok itu disikapi oleh berbagai pihak dengan aksi unjuk rasa dapat menjadi kontra produktif bagi ikhtiar dalam menjaga NKRI dan merawat kebhinnekaan.

“MUI berpandangan bahwa menyampaikan aspirasi untuk permohonan penangguhan penahanan adalah sah dan dijamin oleh konstitusi, sepanjang hal tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum,” jelas Zainut.

Politisi PPP itu meminta Semua pihak untuk menghormati keputusan hakim terhadap mekanisme hukum. Apalagi ada pihak luar ingin ikut mengintervensi proses hukum yang sedang berlangsung.

“Kami sangat prihatin jika ada yang ingin menarik pihak asing untuk masuk dan intervensi ke dalam wilayah hukum negara kita. Hal tersebut merupakan bentuk pengingkaran dan pelecehan terhadap kedaulatan hukum kita. Mari kita jaga kedaulatan hukum kita, demi kehormatan dan marwah bangsa kita,” pintanya.

“Semua pihak hendaknya dapat menahan diri untuk tidak semakin memperkeruh suasana. Memohon kepada seluruh elemen masyarakat untuk lebih arif dalam menyikapi situasi seperti ini, jangan mudah terprovokasi dengan hasutan, fitnah dan ajakan jahat oleh siapa pun,” sambungnya.

Zainut meminta jangan sampai karena alasan ingin memerjuangkan NKRI justru persaudaraan Indonesia terciderai. Jangan pula karena alasan ingin memerjuangkan kebhinnekaan tapi justru wajah bangsa kita semakin retak terbelah.

“Saatnya para tokoh bangsa untuk duduk bersama, menghilangkan sekat perbedaan, mendinginkan suasa dan mencari solusi yang maslahat dan bermartabat untuk manjaga keutuhan NKRI dan negara Pancasila,” pungkasnya. (HMS)

Facebook Comments Box