‘Pembangunan Bangsa dari Perspektif Pendidikan’

 ‘Pembangunan Bangsa dari Perspektif Pendidikan’

Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar dapil Jawa Timur V Ridwan Hisjam (foto: dpr.go.id)

PEMBANGUNAN BANGSA DARI PERSPEKTIF PENDIDIKAN
Oleh : Ir. HM. Ridwan Hisjam (Anggota Komisi X DPR RI)

Orasi Ilmiah pada Wisuda Sarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Budi Utomo Malang

Yth. Bapak Walikota Malang, dan
Bapak-bapak Anggota Muspida Pemerintah Daerah Kota Malang
Bapak Rektor IKIP Budi Utomo Malang
Bapak-bapak dan Ibu-Ibu Pimpinan serta Anggota Senat Akademik IKIP Budi Utomo Malang

Para Wisudawan dan Wisudawati IKIP Budi Utomo Malang
Seluruh Anggota Sivitas Akademika IKIP Budi Utomo Malang
Hadirin dan para undangan yang berbahagia

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera bagi kita semua.

Terlebih dahulu, marilah kita bersama-sama memanjatkan segala puji dan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga kita dapat berkmpul pada pagi hari ini, dalam suasana bahagia dan khidmat, untuk bersama-sama mengikuti Wisuda Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Budi Utomo Malang.

Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan saya menyampaikan samudera terima kasih kepada Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Budi Utomo Malang dan seluruh sivitas akademikanya atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan orasi ilmiah pada peristiwa yang bersejarah ini.

Orasi singkat ini saya beri judul: “Pembangunan Bangsa Dari Perspektif Pendidikan” yang inti permasalahannya terletak bagaimana mengelola dan mengembangkan pendididikan sebagai instrumen perjuangan bangsa untuk pembangunan bangsa.

Di awal orasi ini saya ingin mengemukakan tugas Konstitusional Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi: “ … melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial … ”.

Selain itu, perlu juga dilihat Pasal 31 ayat (1) dan (3) dalam konstitusi yang menyebutkan: 1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. 3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Amanat konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang dinyatakan dalam UUD NRI 1945, khususnya pasal 31, dengan tegas dan jelas memposisikan pendidikan nasional pada posisi strategik sebagai instrumen perjuangan bangsa yang tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tapi untuk membangun bangsa dan peradaban bangsa.

Hadirin yang berbahagia
Berbicara mengenai pendidikan dan ilmu pendidikan, saya ingin mengemukakan pandangan H.A.R. Tilaar mengenai hakekat ilmu pendidikan sebagai antropologi filsafat. Dalam pandangannya, proses pendidikan berkenaan dengan hakekat manusia dalam lingkungan kebudayaan tertentu.

Oleh karena itu, filsafat pendidikan Indonesia tentunya berkenaan dengan gambaran dalam lingkungan kebudayaan Indonesia. Pendidikan dan pengelolaan pendidikan di Indonesia harus disandingkan dan dieratkan dengan nilai-nilai kebudayaan yang ada di Indonesia.

Pendidikan apabila mengambil jarak dengan kebudayaan atau sengaja menjauh maka tinggal menunggu waktu kerapuhan-kerapuhan yang akan lahir dari out put pendidikan itu sendiri. Ketika kerapuhan terjadi, maka pendidikan sebagai instrumen perjuangan bangsa tentu tidak memiliki daya dan manfaat untuk pembangunan bangsa dan mendukung masa depan bangsa.

Kita pahami bersama bahwa masyarakat dunia termasuk Indonesia dewasa ini berubah dengan sangat cepat. Perubahan sosial tersebut tentunya menuntut pandangan-pandangan baru dalam pendidikan. Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari perubahan sosial, dan lembaga pendidikan itu sendiri merupakan bagian yang terintegrasi dengan perubahan sosial.

Dalam sejarah pendidikan dikenal dua pandangan, yaitu pandangan yang statis dan pandangan yang dinamis. Dalam pandangan statis, pendidikan dilihat sebagai sesuatu yang tidak berubah sepanjang masa bahkan ada anggapan bahwa pendidikan semata-mata merupakan suatu proses transmisi kebudayaan.

Dan oleh sebab itu merupakan suatu proses yang menetap, perspektif yang lain menunjukkan bahwa tidak ada suatu masyarakat yang statis tetapi harus terus menerus berubah lambat atau cepat.

Masyarakat moderen dewasa ini mengalami akselerasi perubahan sosial yang sering kali tidak dapat diikuti oleh indidividu sehingga terjadi alienasi.

Dari kedua pandangan tersebut, saya yakin dan percaya jika Sivitas Akademika IKIP Budi Utomo menganut pandangan yang kedua yaitu pandangan yang dinamis. Konsekuensi dari pandangan tersebut antara lain perlunya sivitas akademika IKIP Budi Utomo serta para alumninya untuk mengetahui tantangan-tantangan ke depan serta kemampuan memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang.

Mengetahui tantangan-tantangan tersebut akan berakibat kepada kesiapan dan kemampuan sivitas akademika IKIP Budi Utomo mempersiapkan infra dan supra-struktur pendidikan di kampus tercinta ini.
Mengapa saya katakan yakin dan percaya bahwa sivitas akademika IKIP Budi Utomo ini menganut pandangan yang dinamis. Karena perjalanan sejarah pendidikan di Jawa Timur ini menunjukan sifat terbuka terhadap perubahan.

Jika menelusuri berbagai literatur sejarah pendidikan di Jawa Timur, diperkirakan sudah ada sejak jaman prasejarah, dimana ayah dan ibu berperan sebagai guru dilingkungan keluarga. Tetapi ketika muncul masyarakat keraton, para empu yang semula menjadi guru di lingkungan keluarganya kemudian diangkat menjadi guru di lingkungan keraton.

Sehingga tujuan pendidikan pada waktun itu berupa pembentukan manusia yang mempunyai semangat gotong royong, menghormati para empu dan taat akan adat .
Keadaan pendidikan di Jawa Timur dalam perjalanan sejarahnya berubah setelah ada pengaruh Hindu, Budha dan Islam.

Pengaruh Hindu dan Budha selain membawa agama juga membawa sastra mengakibatkan masyarakat Jawa Timur yang semula buta huruf menjadi masyarakat yang dapat membaca dan menulis. Dalam menanggapi kedatangan pengaruh Hindu dan Budha para guru atau para dwija di Jawa Timur diolah di sesuaikan dengan pola kebudayaan Jawa Timur asli, sehingga lahirlah sinkretisme dalam bidang kepercayaan dan proses jawanisasi di bidang kebudayaan.

Hasil pemikiran mereka kemudian menjadi bahan pendidikan yang terutama disiarkan di kalangan keraton dan bangsawan daerah. Sesuai dengan kepentingan keraton, maka tujuan pendidikan pada waktu itu adalah untuk membentuk manusia yang bersifat ksatria . Sampai disini, masyarakat Jawa Timur menunjukkan sebagai masyarakat yang terbuka.

Selain pendidikan di keraton, terdapat juga pendidikan diluar keraton. Dalam proses selanjutnya, pengaruh Islam juga berkembang menjadi pondok pesantren. Demikianlah dengan adanya pengaruh Islam di Jawa Timur, muncullah lembaga-lembaga pendidikan langgar, pondok pesantren dan lembaga pendidikan madrasah .

Lembaga-lembaga pendidikan diluar keraton ini yang dipengaruhi oleh Islam, dikembangkan oleh para sunan-sunan walisongo.
Perjalanan sejarah pendidikan di Jawa Timur sampai pada abad ke-19 dimana pada abad ini mulai muncul lembaga pendidikan gaya barat. Perkembangan lembaga pendidikan gaya barat makin nampak nyata setelah raja belanda pada tahun 1901 mengumumkan haluan politik kolonial baru yang kemudian terkenal dengan sebutan politik etis (Ethische Politiek).

Namun demikian antara tahun 1900 dan tahun 1942 nampak adanya dualisme sistem pendidikan yang berlaku di Hindia Belanda(Indonesia). Disatu pihak merupakan sistem pendidikan bagi bumiputera dengan tingkat pendidikan rendah saja.

Di pihak lain terdapat sistem pendidikan dengan memakai bahasa pengantar Belanda dari pendidikan rendah sampai pendidikan tinggi.
Dari perjalanan sejarah dan perkembangan pendidikan di Jawa Timur, menjadi sangat pantas dikatakan jika masyarakat Jawa Timur dan lembaga pendidikan yang ada di Jawa Timur bersifat terbuka terhadap ide-ide baru dan ide-ide perubahan. IKIP Budi Utomo Jawa Timur sebagai LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan) tentu harus lebih peka terhadap kondisi ekternal serta mampu mengimplementasikan nilai-nilai perubahan yang postif dalam sistem pendidikan yang ada IKIP Budi Utomo. Sebagai LPTK, IKIP Budi Utomo memiliki tanggung jawab lebih karena para alumninya akan menjadi insan-insan dan figur yang membina generasi bangsa melalui pendidikan di tingkat dasar dan menengah.

Hadirin yang berbahagia
Dalam proses perubahan sosial kita mengenal beberapa kekuatan antara lain demokratisasi dan globalisasi. Demokratisasi menjadi kondisi dan fenomena yang terjadi di beberapa negara yang menggeser dan merubah tatanan politik dan sistem pemerintahan.

Sementara globalisasi merupakan proses global diseluruh dunia (dunia tanpa batas) yang diterima oleh setiap negara, meskipun setiap negara memiliki respon dan sikap yang berbeda-beda. Kedua kekuatan tersebut memiliki dampak yang luar biasa terhadap pendidikan, khususnya sistem pendidikan.

Efek yang sangat terasa dari dua kekuatan tersebut dalam dunia pendidikan adalah terjadinya pergesaran nilai-nilai. Globalisasi, diakui atau tidak selain membawa dampak positif juga mengadung dampak negatif.

Dalam pengamatan saya ketika berkunjung ke berbagai daerah diseluruh Indonesia baik sebagai anggota DPR RI atau masyarakat biasa, saya melihat secara umum masyarakat masih gamang terhadap globalisasi, bahkan lebih cenderung terbawa arus negatif.

Di samping itu, setiap daerah belum memiliki formula yang tepat untuk merespon globalisasi. Dalam prakteknya, meminjam bahasa Mansour Fakih, Globalisasi merupakan kelanjutan kolonialisme dan imperialisme.

Saya mengatakan hal demikian bukan berarti bersikap anti globalisasi, namun sebagai bentuk kewaspadaan terhadap dampak negatifnya.

Sementara demokratisasi, sebagai proses negara menuju sekaligus menjadi demokratis juga memiliki dampak terhadap sistem pemerintahan yang berdampak juga terhadap sistem kekuasaan. Ketika kekuasan dikendalikan oleh tokoh atau kekuatan yang memahami posisi strategik pendidikan dan memiliki keberpihakan terhadap pendidikan maka pendidikan suatu banga akan maju dan berkembang.

Namun apabila sebaliknya, maka pendidikan suatu bangsa akan semakin mundur dan mengantarkan kepada kehancuran suatau tatatan peradaban.

Hadirin yang berbahagia
Konteks yang ingin saya kemukakan ketika berbicara mengenai kekuatan demokratisasi dan globalisasi dalam proses perubahan sosial adalah lembaga pendidikan seperti IKIP Budi Utomo harus memiliki formula yang tepat untuk merespon kedua kekuatan tersebut agar perubahan sosial yang terjadi di Indonesia mengarah kepada kemajuan dan kesejahteran bangsa.

Pendidikan di Indonesia, harus diakui masih menyisakan beberapa permasalahan antara lain: masih mahalnya biaya pendidikan, rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa dan pengangguran terdidik.

Dalam hal ini saya ingin menyoroti permasalahan rendahnya kualitas guru, mengingat saya berbicara di hadapan sivitas akademika IKIP Budi utomo. Keadaan guru di Indonesia masih banyak yang memprihatinkan. Kebanyak guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugas sebagaimana disebutkan dalam pasal 39 UU Sisdiknas, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakuka penelitian dan melakukan penagbdian masyarakat.

Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Sebagai contok Presentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2007/2008 diberbagai satuan pendidikan sebagai berikut: untuk SD yang layak mengajar hanya 20,55 % (negeri) dan 38,48 % (swasta), untuk SMP 72,88 % (negeri) dan 69,13 % (swasta), untuk SMA 87,11 % (negeri) dan 81,67 % (swasta), untuk SMK yang layak mengajar 79,20 % (negeri) dan 75,79 % (swasta), serta untum Perguruan Tinggi yang layak mengajar 61,03 % (negeri) dan 39,51 % (swasta).

Melihat data ini tentu kita semua patut merenung, sekaligus menjadi tantangan bagi insan pendidikan khusus lembaga pengelola pendidikan dan tenaga kependidikan seperti IKIP Budi Utomo Malang.

Hadirin yang berbahagia
Diakhir orasi ini saya ingin menyampaikan bahwa perlu diyakini oleh kita semua bahwa pendidikan memiliki andil besar dalam pembangunan bangsa, karena kemunduran pendidikan hanya akan mengarahkan suatu bangsa dalam keterpurukan, dan keterpurukan suatu bangsa hanya akan mengantarkan kepada kehancuran tatanan peradaban dunia.

IKIP Budi Utomo, sebagai perguruan tinggi yang secara khusus mengelola dan mendidik para calon pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dan kontribusi nyata untuk membangun suatu bangsa dan masa depan bangsa.

Masyarakat Malang dan Jawa Timur menanti kiprah dan langkah-langkah nyata IKIP Budi Utomo untuk mewujudkan itu semua, menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berkemajuan, berbudaya dan berkeadaban melalui pendidikan.

Billahitaufik wal hidayah
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Malang, 22 Oktober 2016

(Catatan: Akan dibacakan besok pada acara Wisuda IKIP Malang)

Facebook Comments Box