Pemikir Islam Kontemporer Itu Telah Menghadap Tuhan
Di suatu sore yang teduh, saya sedang duduk santai ditemani segelas kopi, sambil berselancar di internet, sekadar ingin tahu informasi terbaru, mata saya tiba-tiba tertuju pada salah satu judul berita, didalamnya dikabarkan bahwa pemikir islam kontemporer Hassan Hanafi telah wafat.
Spontan ingatan saya melayang ke beberapa tahun silam, saat sedang aktif-aktifnya di dunia gerakan mahasiswa, masa yang penuh dengan pergolakan pemikiran, di masa itu Hassan Hanafi adalah salah satu intelektual islam kontemporer yang buku-bukunya sering saya lahap, corak revolusioner dibalut pendekatan ilmiah dalam karya-karya Hassan Hanafi sangat cocok untuk kami para anak muda yang sedang bersemangat meneriakkan perubahan.
Bukan hanya membaca buku-bukunya, dalam beberapa forum diskusi saya juga mendapat kesempatan membedah pemikiran Hassan Hanafi, tak berhenti sampai disitu saya bahkan menulis ulasan pemikiran Hassan Hanafi dari buku-bukunya yang sempat saya baca.
Tidak bisa dipungkiri Hassan Hanafi merupakan salah satu intelektual muslim yang paling berpengaruh di era modern. Ia mengembangkan pemikirannya saat dunia islam memiliki dua kutub besar yang saling berseberangan dalam merespon peradaban barat.
Kutub pertama menawarkan sekularisme sebagai jalan kemajuan islam, kutub ini meyakini bahwa untuk mengejar ketertinggalannya dari peradaban barat, maka dunia islam harus disekulerkan, sekularisme barat. Sementara itu kutub kedua merupakan antitesa dari kutub pertama, kutub ini mengusung puritanisme dengan mengajak umat kembali pada kehidupan islam masa lalu yang dianggap belum tercemari dengan pemikiran apapun.
Dalam pandangan Hassan Hanafi, baik sekularisme maupun puritanisme tidak bisa dijadikan jawaban untuk mendobrak kebuntuan peradaban islam, ia meyakini dunia islam yang sedang lemah akibat kolonialisasi yang Panjang dari negara-negara barat membutuhkan format baru untuk bangkit kembali, di bagian ini Hassan Hanafi mencetuskan pandangannya tentang turats (tradisi), turats yang dimaksudkan Hassan Hanafi lebih mengarah pada khazanah keilmuan islam, menurutnya baik sekularisme maupun puritanisme sama-sama gagal menangkap spirit turats.
Kedua kutub tidak memiliki kesadaran historis bahkan cenderung lari dari kenyataan, sekularisme memilih menutup diri terhadap turats karena menilai tidak lagi relevan dengan dunia modern, sebagai gantinya mereka memilih “membaratkan diri secara total pada aspek pemikiran”. Sedangkan puritanisme memilih mengimpikan kejayaan masa lalu dengan menutup diri terhadap tantangan-tantangan terbaru yang dihadapi dunia islam.
Lalu bagaimana seharusnya sikap pemeluk islam terhadap turats, Hassan Hanafi mengajukan pandangan bahwa semestinya turats diinterpretasikan kembali berdasarkan semangat masa kini agar mampu merespon dengan tepat sepak terjang peradaban barat.
Proses penafsiran kembali terhadap turats merupakan proyek pemikiran besar dan mendesak dilakukan, proyek besar inilah yang digarap oleh Hassan Hanafi dalam karirnya sebagai seorang pemikir. Hassan Hanafi yang menghabiskan studi master dan doktornya di Prancis, tidak tumbuh sebagai pemuja peradaban barat, sebaliknya ia bersikap sangat kritis terhadap pemikiran barat, di bagian ini terlihat jelas otentisitas pemikirannya sebagai intelektual islam tidak hilang.
Hassan Hanafi bukan hanya berhasil sebagai seorang pemikir. Lebih dari itu ia juga berhasil sebagai guru dari pemikir. Dengan keuletannya Hanafi telah melahirkan banyak pemikir ternama, dua diantaranya yang paling terkenal adalah Nasr Hamid Abu Zayd dan Ali Mabruk.
Dua nama ini adalah sosok pemikir islam kontemporer yang cukup berpengaruh. Seorang pemikir yang kemudian berhasil melahirkan pemikir bisa disebut sebagai intelektual plus plus, tidak semua pemikir bisa melakukan hal ini, Hassan Hanafi adalah salah satu dari pemikir langka itu. Yang banyak terjadi seorang pemikir berhasil melahirkan karya besar, bahkan karyanya mengubah peradaban namun ia sendiri tidak punya murid yang juga tumbuh sebagai pemikir besar.
Dunia intelektual telah menjadi saksi lahirnya karya-karya besar dari pemikiran Hassan Hanafi, beberapa diantara karya besar itu adalah les methodes de I’exegese: essai sur les fondements de la comprehension ilm usul al-fiqh (telaah fenomenologis atas usul fiqh), al turath wa tajdid (tradisi dan pembaruan), min al aqidah ila al thawrah (dari aqidah ke revolusi), muqaddimah fi ilm al istighrab (pengantar oksidentalisme), al yasar al islami (kiri islam) dan masih banyak lagi karya lainnya.
Memang tidak semua orang sepakat dengan pemikiran Hassan Hanafi, ada juga penentang pemikirannya, tapi itu hal umrah dalam dunia pemikiran. Yang pasti Hassan Hanafi telah memberikan kontribusi besar terhadap umat dalam bidang pemikiran islam, sesuatu yang belum tentu bisa dilakukan oleh para penentangnya. Selamat jalan sang pemikir besar, jasadmu akan lapuk tapi pemikiranmu akan terus hidup.
Zaenal Abidin Riam
Pengamat Kebijakan Publik/Koordinator Presidium Demokrasiana Institute