Pengamat: Gesekan dalam Politik Itu Mendewasakan Kita!
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Pakar komunikasi politik dari Universitas Mercu Buana Jakarta Heri Budianto mengatakan, gesekan di level akar rumput karena urusan politik tidak selalu membuat level elite partai turut memanas.
Menurut Heri, di belakang panggung pertemanan para elite politik tetap jalan meskipun mereka memperjuangkan kepentingan yang berbeda. Hal ini, lanjutnya, yang belum dipahami utuh oleh seluruh masyarakat.
“Menjadi tugas bersama untuk menyampaikan sisi lain, apa yang sebenarnya terjadi dalam panggung politik secara umum,” kata Heri dalam Diskusi Kebangsaan dengan tema Rekonsiliasi Pascapilkada DKI Jakarta Putaran Kedua yang digelar Magister Ilmu Komunikasi Politik Universitas Mercu Buana dengan Wartawan Koordinatoriat DPR di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (28/4/2017) kemarin.
Hadir juga dalam diskusi ini, Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Gerindra dan PKS Fadli Zon juga Fahri Hamzah serta Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Eriko Sotarduga.
Heri mengatakan, gesekan yang terjadi di pilkada DKI Jakarta putaran kedua lalu memang mengerikan. Ketika aroma pilpres 2014 sudah mereda, kemudian muncul lagi dua kutub yang berbeda di pilkada DKI Jakarta.
“Pilkada DKI Jakarta adalah pilpres jilid dua. Nuansanya bukan pilkada lagi, tapi rasanya pilpres. Tapi semua itu mendewasakan kita,” imbuhnya.
Menurut dia, pilkada DKI Jakarta memang mengundang gairah. Salah satunya, adalah karena Joko Widodo pada 2012 menjadi gubernur, kemudian menjadi presiden. Selain itu, instrumen ibu kota negara yang bukan hanya pusat pemerintahan tapi juga bisnis dan informasi, membuat DKI Jakarta semakin panas.
“Bayangkan saja, pada 2017 itu ada 101 pilkada di seluruh Indonesia. Namun yang terjadi seolah-olah 100 pilkada itu hilang. Banyak orang yang justru seolah tidak tahu jika daerahnya juga sedang pilkada, dan fokus perhatiannya hanya di Jakarta. Ini fakta politik yang tidak bisa dihindari,” jelasnya. (SANIKA)