Pengamat: Moeldoko Keluar dari Hanura untuk Perkuat Bargaining Position Cawapres Jokowi
JAKARTA – Keinginan Mantan Panglima TNI Jenderal Purn Moeldoko keluar dari partai Hanura membawa teka-teki di kalangan pengurus Hanura. Padahal Moeldoko tidak ada konflik pentingan dengan siapapun di internal partai.
Seperti diwartakan sebelumnya, Moeldoko berniat mundur dari Partai Hanura. Dari niat mundur itu, bermunculan desas-desus alasan kuat kemunduran Moeldoko tersebut. Ada yang menyebutkan, mudurnya Moeldoko lantaran akan maju menjadi cawapres Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019. Benarkan?
Sementara Ketum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) mengaku sudah membahas hal tersebut dengan Moeldoko. Moeldoko yang menjabat sebagai Kepala Staf Presiden itu telah menyampaikan niatnya untuk mundur dari partai.
Direktur Eksekutif Zona Politika Indonesia Anas Raja Andi menilai, jika desas desus itu benar. Maka ada dua kemungkinan, pertama Moeldoko ingin focus menjalankan tugas sebagai Kepala Staf Kepresidenan nntuk membantu tugas kenegaraan Presiden Joko Widodo.
“Kemungkinan kedua, ada agenda politik strategis Moeldoko di gelanggang Pilpres 2019 karena beliau masuk radar survey tokoh berpeluang di posisi cawapres apalagi unsur militer,” terang Anas, Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Menurut Anas, jika Meoldoko tetap di Hanura maka bargaining posisi yang dimiliki Panglima TNI sejak 30 Agustus 2013 hingga 8 Juli 2015 itu lemah untuk diusung oleh partai politik pendukung untuk dipaketkan dengan Jokowi.
“Karena tentu partai koalisi lain menginginkan posisi cawapres dari kader partainya, seperti Golkar ada Airlangga Hertarto, PPP ada Rhomyhormuzy, PKB ada Muhaimin Iskandar, PDI Perjuangan ada Puan Maharani, Perindo, PSI, PKPI kecuali nasdem yang mengusung jokowi tanpa syarat,” jelas Anas.
“Jika Jenderal Moeldoko lepas dari partai Hanura maka Posisinya semakin kuat berpaket dengan Jokowi diPilpres 2019,” terangnya. (HMS)