PKS dan Ridwan Kamil
Oleh: Dr. Indra Kusumah, Presiden GEMA Keadilan
Partai Golkar telah mengumumkan Ridwan Kamil sebagai Calon Gubernur Jakarta dalam Pilgub 2024. Pengumuman tersebut mengakhiri spekulasi selama ini terkait Ridwan Kamil akan kembali bertarung di Jabar atau di DKJ.
Ada kabar beredar yang menarik terkait Ridwan Kamil yang menyatakan siap maju di Jakarta dengan mengusulkan wakilnya dari PKS. Pertanyaannya, mengapa PKS?
Tidak salah jika orang mengira Ridwan Kamil ingin menggandeng wakil dari PKS karena PKS partai pemenang di Jakarta yang otomatis berhak mendapatkan posisi Ketua DPRD DKJ. Kalaupun menang, Ridwan Kamil tentu ingin sinergis dengan DPRD DKJ.
Namun, ada hal lain yang sangat mungkin jadi pertimbangan Ridwan Kamil secara khusus menyebut PKS: Faktor historis. Ridwan Kamil berpengalaman berinteraksi dengan PKS saat Pilwalkot Bandung dan Pilgub Jabar.
Saat Pilwalkot Bandung tahun 2013, Ridwan Kamil bersinergi dengan PKS sebagai Calon Walikota bersama Mang Oded, kader PKS yang menjadi Calon Wakil Walikota. Dua bulan menjelang hari pemilihan, elektabilitas Ridwan Kamil masih berada di angka 6%.
Ridwan Kamil menjadi saksi kerja-kerja Tim Pemenangan yang dikomandani kader PKS, yaitu Kang Haru, sehingga elektabilitas meroket dan finish di angka 45% sebagai pemenang.
Pada saat Pilgub Jabar 2018, Ridwan Kamil berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum. PKS menjadi kompetitor dengan mengusung pasang ASYIK (Sudrajat – Ahmad Syaikhu).
Sejak awal, survei RINDU (Ridwan Kamil – Uu Ruzhanul Ulum) senantiasa berada di peringkat tertinggi bergantian dengan pasangan Deddy Mizwar – Dedi Mulyadi. Sementara survei ASYIK di awal pendaftaran elektabilitasnya jauh di bawah 10%.
Tim Pemenangan ASYIK dikomandani kader PKS, yaitu Kang Haru, yang dulu jadi Tim Pemenangan Ridwan Kamil – Oded MD saat Pilwalkot. Tim Pemenangan ASYIK bergerak masif dengan disupport mesin politik PKS.
Elektabilitas ASYIK pun meroket dan mengagetkan semua pihak. ASYIK finish dengan elektabilitas 28,72%, hampir menyalip RINDU. Sebagian analis menyatakan jika pemilihan dilaksanakan dua minggu lagi, kemungkinan ASYIK menjadi juara Pilgub Jabar.
Dari dua momentum di atas, Ridwan Kamil menjadi saksi bahwa PKS ketika menjadi kawan maka PKS menjadi kawan terbaik dalam pemenangan. Kalaupun menjadi lawan, PKS adalah lawan tangguh yang siap memberikan pertarungan terbaik. Ridwan Kamil mengetahui konsistensi, persistensi, resistensi dan resiliensi PKS dalam kerja-kerja pemenangan.
Saat ini, PKS telah mendeklarasikan pasangan AMAN (Anies Baswedan – Sohibul Iman) untuk Pilgub DKI. Jika pasangan ini berhasil mendapatkan dukungan dari partai lain sehingga bisa berlayar, maka Ridwan Kamil akan mendapatkan kompetitor tangguh meski ia didukung oleh banyak partai.
Cerita akan berubah jika Anies Baswedan gagal menggalang dukungan partai lain sehingga tidak bisa berlayar di Pilgub DKI dan PKS memutuskan untuk bermitra dengan Ridwan Kamil.
Padahal, PKS sudah jauh-jauh hari menyatakan dukungan. Nasdem pun telah menyatakan dukungan kepada Anies Baswedan dan menyerahkan calon wakil kepadanya. PKS dan Nasdem sebenarnya sudah cukup untuk berlayar. Namun sampai saat ini belum ada pernyataan publik dari Anies Baswedan yang menyatakan siap berjuang bersama sebagai pasangan AMAN (Anies Baswedan – Sohibul Iman).
Beberapa hari ke depan tampaknya kita akan menjadi saksi apakah PKS menjadi kawan teguh atau lawan tangguh bagi Ridwan Kamil dalam perhelatan Pemilihan Gubernur Daerah Khusus Jakarta.