PKS: Ragu Lockdown Bahaya bagi Ekonomi Rakyat

 PKS: Ragu Lockdown Bahaya bagi Ekonomi Rakyat

JAKARTA – Politisi PKS Hermanto menilai, jika Presiden Jokowi ragu memberlakukan Lockdown akan membahayakan bagi ekonomi di dalam negeri. Mengingat  Isu wabah Covid-19 telah merubah perilaku konsumen atau consumer behavior change, belakang ini isu Covid-19 di indonesia benar benar telah merubah perilaku konsumen dimana telah terjadi pembelian terhadap barang kebutuhan harian yang melampaui batas wajar akibatnya terjadi kelangkaan barang di pasar.

“Hal itu, telah mengakibat harga barang melonjak tajam melampaui batas wajar,” ujar Hermanto yang juga Anggota Banggar DPR RI ini, pada wartawan Lintas Parlemen, Kamis (26/3/2020).

Menurut Hermanto, kondisi ini terjadi di tengah ketidak jelasan kebijakan pemerintah dalam hal merespon isu Covid-19, dimana pemerintah dihadapkan pada dua pilihan antara melakukan lockdown atau tidak.

Alumni HMI ini mengungkapkan, di tengah keraguan mengambil keputusan tersebut dapat menimbulkan ketidak pastian pasar, dimana berdampak pada dua sisi pasar yaitu; permintaan dan pasokan. Masyarakat, merasa khawatir dengan situasi saat ini sehingga terjadi pembelian dalam jumlah besar terhadap barang kebutuhan pokok dengan alasan untuk cadangan bila tiba-tiba terjadi lockdown, maka beramai-ramailah masyarakat pergi ke pasar dan mall untuk membeli dalam jumlah besar, sehingga terjadi kelangkaan.

“Ditengah kelangkaan tersebut, kesempatan ini dimanfaatkan oleh pemasok untuk menaikkan harga. Pemasok pun khawatir, akan terjadi kelangkaan sumber bahan baku dan barang dagangan, sehingga tidak ketinggalan pula mereka ramai-ramai menaikkan harga diatas kewajaran,” tutur Hermanto.

Jadi, lanjut Hermanto, isu Covid-19 telah berdampak pada dua sisi pasar tersebut, bila tidak dikendalikan dengan baik, maka hal ini menjadi sumber meningkat nya inflasi. Pemerintah perlu mewaspadai lonjakan inflasi yang disebabkan dorongan permintaan dan biaya produksi terjadi dalam waktu bersamaan, secara agregat hal ini dapat mengancam memburuk nya situasi ekonomi nasional. Sisi lain pun, nilai kurs rupiah mengalami pelemahan sampai pada level nyaris Rp 17.000 per USD, akibatnya harga produk impor mengalami kenaikan. Juga, belakang ini ada isu capital out flow yang terjadi di capital market, akibatnya IHSG tertekan mengalami penurunan. Isu melonjak nya penumpang garuda Jakarta-Singapura belakangan ini diindikasikan sejumlah investor besar telah berpindah ke singapura.

Hermanto menganggap, pemerintah jangan ragu untuk mengambil keputusan tentang lockdown Covid-19 di level nasional. Bila ragu mengambil keputusan, situasi ekonomi akan menjadi lebih buruk dan mungkin bisa jadi krisis ekonomi 1998 terulang kembali.

Baginya, Indonesia saat ini juga, telah menghadapi dua situasi ekonomi yang terjadi dalam waktu bersamaan yaitu; meningkat nya permintaan akibat isu Covid-19 dan masuknya bulan suci ramadhan. Kedua keadaan tersebut dapat diprediksi akan melonjaknya permintaan dalam waktu berkesinambungan relatif panjang.

“Sementara, produktivitas nasional belum dapat sepenuhnya memenuhi permintaan pasar domestik,” terangnya.

Hermanto mencermati, dengan diserahkannya kebijakan lockdown atau darurat Covid-19 kepada pemerintahan daerah, telah terjadi situasi yang beragam di masing masing daerah, sehingga situasi pasar tak terkendali.

Sementara, wabah Covid-19 belum ada tanda-tanda penurunan kasus, bahkan diprediksi akan cenderung meningkat dan belum aman sampai dua bulan kedepan.

Terhadap kelangkaan barang kebutuhan pangan pokok saat ini, Hermanto minta pemerintah agar memprioritaskan stok pangan nasional melalui pembelian produk pertanian dalam negeri untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan pangan pokok pada jelang, saat dan pasca ramadhan, dimana kebutuhan pangan pokok mengalami peningkatan pada masa-masa tersebut.

“Isu Covid-19 bisa dijadikan momentum meningkatkan produksi pertanian dan industri domestik, bila hal itu dikelola dengan baik,” pungkas Hermanto Anggota FPKS Dapil Sumbar I. (Joko)

Facebook Comments Box