Provokator Merajalela, Bamsoet: Respons Polri dan BIN Ditunggu
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Ketua Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai ada upaya berkesinambungan untuk memprovokasi dan mengadudomba antarkelompok masyarakat melalui penyebaran berita bohong atau hoax. Mengacu pada keberagaman masyarakat.
“Aksi para provokator ini harus segera dihentikan karena sangat berbahaya. Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) perlu memberi tanggapan sangat serius untuk menghindari kemungkinan terburuk,” kata Bamsoet pada lintasparlemen.com, Ahad (21/5/2017).
Menurut Bamsoet Polri dan BIN harus mampu mendeteksi aksi para provokator itu. Kemampuan Polri dan BIN mendeteksi aktivitas provokator menyebarkan hoax perlu dibuktikan dan ditunjukan agar tumbuh efek jera.
Dan, jlanjutnya, ika bukti-buktinya sudah mencukupi, para provokator itu harus dihadapkan pada proses hukum dengan ancaman sanksi hukum semaksimal mungkin.
Upaya terbaru para provokator mengadudomba antarkelompok masyarakat tampak sangat jelas di Pontianak, Kalimantan Barat, pada Sabtu (20/5) pekan lalu. Sepanjang hari itu, beredar video yang menggambarkan kerusuhan terjadi di Pontianak.
“Padahal, tidak ada peristiwa luar biasa di kota itu pada akhir pekan kemarin,” ujar politisi Partai Golkar ini.
Memang, hari itu terang alumni HMI ini, dua kelompok masyarakat sedang melakukan kegiatan di ruang publik pada waktu yang sama di lokasi berbeda.
Sekumpulan warga Bela Ulama 205 melakukan kegiatan long march pada pukul 13.00, dan warga Dayak melakukan pawai kendaraan hias pada pukul 14.00 WIB, diikuti seluruh perwakilan kabupaten di Kalbar.
Namun, di media sosial, beredar sejumlah video yang memuat informasi tentang terjadinya bentrokan antara dua kelompok itu di Pontianak.
“Kepolisian setempat pun harus buru-buru memastikan video-video itu hoax. Setelah ditelusuri, video yang viral sepanjang hari itu adalah video lama yang memuat informasi peristiwa tahun 2015,” terangnya.
Penyebaran video hoax itu jelas-jelas merupakan pekerjaan atau ulah provokator. Tujuannya pun jelas, mengadudomba antarkelompok masyarakat. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Polri dan intelijen negara harus merespons ulah para provokator itu.
Hal ini harus ditanggapi dengan sangat serius. Bagaimana pun, harus diakui bahwa situasi saat ini belum terlalu kondusif.
“Fakta keberagaman atau kebhinekaan masyarakat kita sedang menghadapi ujian. Dalam situasi yang demikian, Polri dan intelijen negara harus responsif. Aksi para provokator harus segera dihentikan,” pungkasnya. (BB)