REFRESING: Jangan Tunggu Stres! Pesan Alam dan Kehidupan dibalik Rahasia Menakjubkan

 REFRESING: Jangan Tunggu Stres! Pesan Alam dan Kehidupan dibalik Rahasia Menakjubkan

Oleh: Munawir Kamaluddin, Dosen UIN Alauddin Makassar

Hidup adalah perjalanan yang penuh dinamika, di mana setiap langkah membawa kita pada tantangan, harapan, dan kebahagiaan.

Namun, di balik hiruk-pikuk itu, manusia sering terjebak dalam rutinitas yang tak henti menuntut energi, waktu, dan perhatian. Seolah, roda kehidupan terus berputar tanpa jeda, mengabaikan hak tubuh, hati, dan jiwa untuk beristirahat.

Padahal, manusia bukanlah mesin yang mampu berjalan tanpa batas. Ada kebutuhan mendasar yang terpatri dalam fitrah manusia: kebutuhan untuk berhenti sejenak, untuk meresapi kedamaian, untuk menyegarkan pikiran, dan menghidupkan kembali semangat yang hampir padam.

Allah, Sang Maha Pengasih, menciptakan manusia dengan penuh kelembutan. Dalam rancangan-Nya yang sempurna, Dia menyisipkan kelemahan sebagai tanda bahwa manusia membutuhkan-Nya dan butuh berhenti untuk merenung. Firman-Nya:
وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفًا
“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.”
(QS. An-Nisa: 28)

Kelemahan ini bukan cela, melainkan rahmat, agar manusia tidak lupa bahwa mereka memerlukan istirahat dan refreshing.

Namun, ironisnya, dalam dunia modern yang penuh kompetisi, kebutuhan ini sering dianggap sebagai kelemahan atau bahkan kemalasan.

Banyak yang lupa bahwa berhenti sejenak bukanlah kemunduran, melainkan langkah bijak untuk melangkah lebih jauh.

Menggali esensi dari Kehidupan
cobalah kita sejenak merenungkan kehidupan ini. Berapa kali kita merasa begitu letih hingga kehilangan arah? Berapa banyak momen dalam hidup yang berlalu tanpa sempat kita syukuri karena sibuk mengejar sesuatu yang tak pernah cukup?.

Refreshing, dalam perspektif Islam, bukan hanya tentang berhenti, tetapi tentang kembali menyadari hakikat hidup. Rasulullah SAW.mengajarkan:
إِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atas dirimu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Tubuh yang letih, hati yang gundah, dan pikiran yang kalut adalah tanda bahwa kita telah melupakan hak tubuh untuk diistirahatkan.

Keseimbangan dalam hidup adalah sunnatullah yang harus dijaga. Namun, sering kali kita mengabaikannya, membiarkan diri terjebak dalam kesibukan yang justru merusak jiwa dan raga.

Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam aktivitas harian. Tidak ada anjuran untuk terus-menerus bekerja tanpa jeda, karena Allah menciptakan waktu untuk siang dan malam agar manusia memahami pentingnya pergantian ritme kehidupan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَجَعَلْنَا ٱلنَّهَارَ مَعَاشًۭا وَٱلَّيْلَ لِبَاسًا
“Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan dan malam sebagai pakaian (penutup yang menenangkan).”
(QS. An-Naba: 10-11)

Malam sebagai simbol istirahat mengajarkan bahwa refreshing adalah kebutuhan fitrah manusia yang tidak dapat diabaikan.

Namun, refreshing dalam Islam bukanlah semata pelarian atau hiburan kosong, melainkan sarana untuk mengisi ulang energi dan kembali pada Allah dengan jiwa yang lebih bersih dan hati yang lebih tenang.

Mengintip Kehidupan Rasulullah SAW. Dalam perjalanan hidupnya, Rasulullah nabi kita adalah teladan dalam menyeimbangkan aktivitas duniawi dan kebutuhan spiritual.

Beliau memahami betul pentingnya refreshing, baik dalam bentuk ibadah, perjalanan, maupun sekadar berbincang dengan keluarga dan sahabat. Rasulullah SAW. sesekali menyempatkan diri bercengkerama dengan keluarganya, mendaki gunung, atau menikmati keindahan alam sebagai bentuk penyegaran jiwa. Beliau juga pernah bersabda:
رَوِّحُوا الْقُلُوبَ سَاعَةً بَعْدَ سَاعَةٍ، فَإِنَّ الْقُلُوبَ إِذَا كَلَّتْ عَمِيَتْ
“Segarkanlah hati kalian sesekali, karena hati apabila letih akan menjadi buta.”
(HR. Al-Baihaqi)

Hadis ini menunjukkan bahwa refreshing bukan sekadar kebutuhan fisik, tetapi juga kebutuhan ruhani yang tak boleh diabaikan.

Pesan yang Tersimpan di Alam Semesta
Ketika manusia merasa lelah, sering kali alam menyajikan jawabannya.

Gemericik air sungai, desiran angin, dan kemegahan langit adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang mampu menyegarkan jiwa. Dalam keheningan alam, manusia menemukan kedamaian yang tak tergantikan. Allah berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٍۭ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
(QS. Ali Imran: 190)

Ayat ini mengajak kita untuk merenungi keindahan alam sebagai bentuk refreshing yang mendekatkan kita kepada Sang Pencipta.

Menghidupkan Jiwa yang Lelah
tulisan Al-fakir ini bukan sekadar pengantar, tetapi sebuah panggilan untuk merenungi hidup.

Refreshing dalam Islam bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan yang harus dipenuhi agar jiwa tetap hidup, hati tetap peka, dan pikiran tetap jernih. Rasulullah SAW. bersabda:
لَا تَكُونُوا كَحَمَّالِ الْحَجَرِ
“Janganlah kalian seperti orang yang memikul beban batu terus-menerus tanpa istirahat.”
(HR. Ahmad)

Melalui tulisan ini, mari kita temukan kembali hakikat refreshing yang sejati. Sebuah perjalanan yang akan menggugah rasa, menyentuh jiwa, dan menghidupkan kembali semangat kita untuk mencintai hidup, dunia, dan akhirat.

Refreshing adalah seni merawat jiwa, untuk terus bersinar dalam ibadah dan kehidupan insya Allah.

*Pengertian Refreshing:*

Dalam bahasa Arab, istilah refreshing dapat dikaitkan dengan kata ترويح (tarwīḥ), yang berasal dari akar kata راح (rāḥa), yang berarti “istirahat”, “ketenangan”, atau “melepaskan lelah”. Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang memberikan ketenangan, kebahagiaan, dan rasa lega setelah bekerja keras atau menghadapi keletihan.

Misalnya, Imam Al-Fayruzabadi dalam kamusnya Al-Qamus Al-Muhit mendefinisikan الراحة (ar-rāḥa) sebagai:
“السُّكُونُ وَالرَّاحَةُ مِنَ التَّعَبِ”
“Ketenangan dan istirahat dari kelelahan.”

Secara istilah, refreshing mengacu pada aktivitas atau upaya yang dilakukan seseorang untuk menyegarkan kembali fisik, pikiran, dan spiritualnya setelah menghadapi rutinitas yang melelahkan.

Dalam Islam, refreshing bukan sekadar rekreasi, tetapi sebuah upaya untuk menjaga keseimbangan (tawazun) antara kebutuhan jasmani, akal, dan ruhani.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan pentingnya mengambil waktu untuk istirahat:
“إنّ النفوسَ يعتريها المللُ من كثرةِ الأعمالِ فلا بُدَّ مِن ترويحها بالمباحاتِ”
“Sesungguhnya jiwa merasa jenuh karena terlalu banyak aktivitas, maka harus ada penyegaran melalui hal-hal yang mubah.”

Dari sini, terlihat bahwa refreshing dalam Islam adalah sarana mengembalikan kekuatan untuk menjalankan tugas duniawi dan ukhrawi dengan lebih baik. Hal ini melibatkan aktivitas yang sesuai dengan nilai-nilai syariat, seperti bertafakur, bercengkerama dengan keluarga, atau menikmati keindahan alam sebagai bentuk refleksi akan kebesaran Allah.

1. *Menelusuri Makna Refreshing dalam Islam*

Refreshing dalam Islam bukan hanya sebatas aktivitas untuk bersantai, tetapi merupakan salah satu cara manusia menjaga keseimbangan fisik, mental, dan spiritual. Hal ini tercermin dari fitrah manusia yang membutuhkan istirahat, sebagaimana Allah firmankan:
وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran) Allah ialah tidurmu di malam dan siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya.”
(QS. Ar-Rum: 23)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan siklus kehidupan manusia sedemikian rupa agar mereka bisa beristirahat di malam hari dan berusaha mencari karunia-Nya di siang hari.

Refreshing menjadi bagian dari fitrah ini, yaitu jeda yang dibutuhkan agar manusia dapat kembali produktif dan fokus dalam menjalankan tugas-tugasnya.

2. *Tujuan Mulia dari Refreshing*

Refreshing dalam Islam memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar hiburan atau kesenangan sesaat:
1. *Memulihkan Keseimbangan Hidup*
Refreshing membantu memulihkan kelelahan fisik, pikiran, dan jiwa, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.:
رَوِّحُوا عَنِ الْقُلُوبِ سَاعَةً فَإِنَّ الْقُلُوبَ إِذَا كَلَّتْ عَمِيَتْ
“Segarkanlah hati kalian sesaat demi sesaat, karena hati jika lelah akan menjadi buta.”
(HR. Abu Nu’aim)

Hadits ini menekankan bahwa refreshing diperlukan agar hati tetap bersih dan mampu memahami kebenaran.

2. *Menguatkan Ibadah*
Jiwa yang segar akan lebih khusyuk dalam beribadah. Allah berfirman:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
(QS. Al-Baqarah: 45)

3. *Mempererat Silaturahmi*
Aktivitas refreshing sering melibatkan interaksi sosial, yang dapat memperkuat hubungan kekeluargaan dan persahabatan. Rasulullah SAW.bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

3. *Meneladani Rasulullah SAW.dalam Beristirahat dan Hiburan*

Rasulullah SAW. memberikan teladan terbaik dalam menjaga keseimbangan antara tugas-tugas berat dengan waktu untuk refreshing.

1. Bermain dengan Keluarga
Rasulullah SAW. sering meluangkan waktu untuk bermain dengan keluarga. Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika beliau berlomba lari dengan Aisyah radhiyallahu ‘anha:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: سَابَقَنِي النَّبي ﷺ فَسَبَقْتُهُ، فَلَمَّا حَمَلْتُ اللَّحْمَ سَابَقَنِي فَسَبَقَنِي، فَقَالَ: هَذِهِ بِتِلْكَ
“Aisyah berkata, ‘Nabi SAW. berlomba denganku, dan aku menang. Namun setelah aku bertambah berat, beliau berlomba lagi denganku, dan beliau menang. Beliau pun bersabda, ‘Ini sebagai balasan untuk yang sebelumnya.’”
(HR. Ahmad)

2. Menyendiri untuk Bertafakur.
Rasulullah SAW.sering menyendiri di Gua Hira sebelum menerima wahyu pertama. Momen ini bukan hanya refreshing, tetapi juga sarana untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Allah.

4. *Para Sahabat dan Salafus Shalih yang Menyegarkan Diri*

Para sahabat dan ulama salaf juga memberikan teladan dalam menyegarkan diri dengan cara yang sesuai syariat:

1. Umar bin Khattab. RA.
Umar sering berjalan-jalan di pasar untuk mengamati kondisi masyarakat sekaligus menyegarkan pikiran dan perasaannya menemukan suasana rileks ditengah keramaian dan aktivitas masyarakat dipasar sebagai bahagian dari upaya mengusir kebiasaan vakum dan berdiam diri serta bermalam-maasan. Karena itu beliau sebagai Amiral Mukminin sekaligus khalifah ke-2 setelah Baginda Rasulullah SAW. pernah berkata:
“Aku benci melihat seseorang bermalas-malasan tanpa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk dunia maupun akhirat.”
Hal ini menunjukkan bahwa refreshing yang dimaksud adalah kegiatan yang tetap bernilai positif dan produktif, baik secara fisik maupun spiritual.

2. Ali bin Abi Thalib RA.
Sebagai khalifah ke-4 pelanjut estafet kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Beiau pernah berkata:
“Hiburlah hatimu sesekali, karena hati itu seperti tubuh yang akan jenuh bila terus-menerus bekerja.”
Pernyataan ini menekankan pentingnya memberikan waktu bagi jiwa untuk merasa tenang dan segar kembali.

3. Imam Syafi’i rahimahullah sering memanfaatkan waktu untuk menikmati alam. Beliau berkata:
“Barang siapa yang ingin memperkuat akalnya, maka hendaknya dia memperbanyak bepergian dan melihat keindahan ciptaan Allah.”
Ini adalah bentuk refreshing yang menghubungkan fisik, pikiran, dan jiwa dengan keindahan alam sebagai tanda kebesaran Allah.
Dalam kesempatan lain Imam Syafi’i berkata:
مَنْ طَالَتْ فِكْرَتُهُ فِي مَخْلُوقَاتِ اللَّهِ تَلَيَّنَ قَلْبُهُ
“Barang siapa yang banyak merenungkan ciptaan Allah, maka hatinya akan menjadi lembut.”

Hal ini menunjukkan bahwa alam adalah salah satu sarana terbaik untuk menyegarkan jiwa.

5. *Manfaat Refreshing bagi Jiwa dan Raga*

Refreshing yang dilakukan sesuai tuntunan Islam memiliki manfaat yang luas:
1. Kesehatan Fisik
Istirahat membantu tubuh pulih dari kelelahan. Allah berfirman:
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.”
(QS. An-Naba: 9)

2. Ketajaman Pikiran
Refreshing mengurangi stres dan memperbaiki konsentrasi, yang sangat penting dalam menjalani tugas-tugas harian.

3. Keseimbangan Spiritual
Penyegaran jiwa membantu kita lebih fokus dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.

Karena itu menjadi penting untuk memperbaiki nawaitu kita bahwa refresing yang kita lakukan untuk membantu diri kita yang daif ini untuk semakin meningkatkan ibadah mendekatkan diri kepd-Nya.

6. *Panduan Islami dalam Refreshing*

Islam memberikan panduan agar refreshing mendatangkan keberkahan:

1. Niatkan untuk Kebaikan.
Rasulullah SAW. bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Pilih Aktivitas Halal
Hindari hiburan yang melanggar syariat, seperti musik yang berbau hura-hura dan joget-joget eforia yang tidak terkontrol yang dapat mengandung maksiat atau permainan yang melalaikan shalat dan ibadah serta melupakan Pencipta Allah Rabbul Jalil.

3. Tidak Berlebihan
Allah berfirman:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Dan makanlah dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
(QS. Al-A’raf: 31)

Sehingga dengan demikian wahai saudara-saudaraku yang Al-fakir cintai kerena Allah , mari kita jadikan Refreshing sebagai Jalan Menuju Ketenangan Hakiki

Refreshing adalah bentuk kesyukuran atas nikmat hidup yang Allah berikan. Dengan menyegarkan diri, kita tidak hanya menjaga kesehatan fisik dan mental, tetapi juga memperkuat hubungan spiritual dengan Allah. Semoga kita mampu memanfaatkan waktu dengan bijak, menjaga keseimbangan hidup, dan senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.

*PENUTUP/ KESIMPULAN.

Hidup adalah anugerah yang tiada tanding, dan setiap detiknya adalah lembaran nikmat yang Allah bentangkan bagi hamba-Nya. Dalam arus kesibukan dunia, refreshing bukan hanya sekadar kebutuhan, melainkan wujud nyata dari kesyukuran atas nikmat yang tak terhingga.

Menyegarkan tubuh, menenangkan jiwa, dan merenungi alam adalah cara kita memberikan hak kepada tubuh dan jasad, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW. dan para salafusshalih. Rasulullah SAW.bersabda:
إِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Spirit kesyukuran itu terpancar ketika kita memenuhi hak tubuh dengan istirahat yang cukup, hak pikiran dengan ketenangan, dan hak hati dengan dzikir yang mengingat Allah. Rasulullah SAW, dalam hidupnya yang penuh dengan perjuangan, tidak pernah melupakan keseimbangan antara tugas-tugas berat sebagai seorang Nabi dengan waktu untuk menyegarkan diri.

Beliau berkumpul dengan keluarga, menikmati alam, dan bahkan bersenda gurau bersama sahabat-sahabatnya sebagai bentuk penghargaan terhadap tubuh dan jiwa.

Kesyukuran dalam Tindakan
Spirit kesyukuran ini pula yang tercermin dalam kehidupan para sahabat dan ulama salaf. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, meski dikenal tegas dan disiplin, tetap meluangkan waktu untuk beristirahat dan menikmati suasana tenang bersama keluarga dan sahabat. Begitu pula dengan Abdullah bin Abbas, seorang ulama besar yang sering merenungi keindahan ciptaan Allah sebagai sarana untuk menyegarkan pikirannya yang lelah dengan ilmu. Sebagaimana Allah berfirman:
وَفِي أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
(QS. Adz-Dzariyat: 21)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa tubuh adalah amanah yang harus kita jaga. Memberikan hak kepada tubuh dengan refreshing adalah bagian dari ibadah, sebuah wujud kesyukuran yang nyata atas karunia kesehatan dan kehidupan yang Allah titipkan.

Jalan Menuju Kesempurnaan Syukur
Kesyukuran sejati tidak hanya terucap dalam lisan, tetapi juga terwujud dalam tindakan. Ketika tubuh diberi hak untuk beristirahat dan menyegarkan diri, ia akan kembali kuat untuk menjalani ibadah dan tanggung jawab dengan lebih baik.

Ketika pikiran diberi waktu untuk merenung, ia akan lebih jernih untuk memahami hikmah dari setiap peristiwa. Dan ketika hati diajak untuk berdzikir, ia akan semakin dekat kepada Allah, Sang Pemilik kehidupan. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW.bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah.”
(HR. Muslim)

Mukmin yang kuat adalah mereka yang menjaga keseimbangan dalam hidupnya, memberikan hak kepada tubuh dan jiwa untuk menyegarkan diri agar tetap kuat dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.

Maka, izinkanlah saya Al-fakir ini menyapa wahai saudara-saudaraku yang tercinta yang mencari dan merindukan ketenangan, jadikanlah refreshing sebagai sarana untuk bersyukur atas nikmat kehidupan ini.

Hargailah tubuh kita dengan memberikan haknya, tenangkan pikiranmu dengan merenungi ciptaan-Nya, dan dekatkan hati kita kepada Allah melalui dzikir dan syukur.

Dengan demikian, refreshing tidak hanya menjadi jeda dalam rutinitas, tetapi juga menjadi langkah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Semoga kita mampu menghidupkan spirit kesyukuran ini dalam setiap aspek kehidupan, menjadikan refreshing sebagai ibadah yang memperkuat tubuh, menenangkan jiwa, dan mendekatkan hati kepada Allah.

Sebab, di balik tubuh yang segar dan jiwa yang tenang, ada kekuatan besar untuk meraih ridha Allah dan menjalani hidup dengan penuh keberkahan.
رَبَّنَا أَوْزِعْنَا أَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيْنَا
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang selalu bersyukur atas nikmat-Mu yang Engkau berikan kepada kami.”
(QS. Ibrahim: 34).
# Wallahu A’lam Bishawab🙏 *MK*

*SEMOGA BERMANFAAT*
*Al-Fakir. Munawir Kamaluddin*

Facebook Comments Box