Sajak Secangkir Kopi: Balasan Puisi Sukmawati

 Sajak Secangkir Kopi: Balasan Puisi Sukmawati

Sukmawati Soekarnoputri

Sajak Secangkir Kopi

Kalau kau tak tahu Syariat Islam
kemari biar kuberi tahu kau
ia adalah detak jantung hidup kami !
ia adalah nafas yang kami hela !
ia adalah darah yang mengalir di sekujur jasad !

ialah ruh negeri ini
nafas indonesia
sejarah tanah air

hari berganti musim bertukar
masa bergulir waktu berjalan
berabad-abad berlalu
Islam adalah nyawa nusantara
dan akan begitu selamanya
dengan izin-Nya
meski kau tak suka sampai ujung usia

kalau kau tak tahu Syariat Islam
kemari sejenak duduklah di sini
sembari minum secangkir kopi
baca quran baca hadits nabi
bersimpuh mengaji menata hati
pastilah akan elok budi pekerti

kalau kau tak mau Syariat Islam,
tak ada paksa.
simpan dan bawa serta kebencian
sampai liang lahat dengan iringan kidungmu itu

kalau kau tak mau Syriat Islam,
tak ada paksa.
biar kami yang menjunjungnya
biar kami yang menegakkannya
jalan hidup kami satu-satunya

Kalau kau tak mau Syariat Islam,
tak ada paksa.
tapi menista jilbab dan cadar anak istri kami
adalah kelancangan tak beretika

pakailah kondemu, kami tak ganggu
bawalah kondemu hingga menyatu dengan kodrat alam sekitar
seperti katamu,
bawalah kebayamu untuk membungkusmu
di taman kubur warisan leluhur.
kami tak ganggu

kalau kau tak mau Syariat Islam,
tak ada paksa.
kalau tak suka suara adzan menjauh saja
seperti setan yang terkentut-kentut
tunggang langgang menghindari penggilan Tuhan.

Kalau kau tak tahu Syariat Islam
duduklah membaca
dan secangkir kopi lampung menemani

kalau kau tak tahu Syariat Islam
laraslah merdu kalam ilahi
dan secangkir kopi lampung menyertai
seperti sedia kala

Kalau kau tak tahu Syariat Islam
bacalah
belajarlah
sebab kebodohan adalah benih kebencian
menumbuhkan perseteruan
menyemarakkan caci maki
lalu kedamaian terlihat berkemas-kemas
merapikan tas kemudian pamitan
dan kamu akan duduk di bawah sejarah yang lusuh
di samping dinding yang rapuh
dengan seribu sesal
tetapi adakah yang lebih sia-sia dari sesal seorang tua renta
yang mati melawan Syariat Tuhan-nya?

16 Rajab 1439 H

Fahrudin Majid
Pondok Pesantren Al Hidayah
Pringsewu Lampung

Facebook Comments Box