‘Saya Ingin Memeluk Waktu, Jadi Mesin Pengingat dalam Gegap Gempita Ini’
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Acara peluncuran buku puisi ‘Memeluk Waktu’ karya Fadli Zon (09/05/2017) di Gedung Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki,berjalan khidmat dan meriah.
Hadir di acara antara lain Fahri Hamzah (Wakil Ketua DPR RI), Dedi Mizwar (Wagub Jabar), Neno Warisman, Rachel Maryam, Elly Kasim, Fryda Lucyana, Ridwan Saidi dan para seniman budayawan serta penikmat puisi.
Puisi ‘Memeluk Waktu’ adalah kumpulan 8 puisi pilihan yang diterjemahkan ke dalam 8 bahasa (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Perancis, Bahasa Mandarin, Bahasa Rusia, Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa).
Delapan puisi Fadli Zon ini dinyanyikan oleh Ari Malibu, seorang musisi yang dikenal sangat handal dalmmusikalisasi puisi beberapa penyair.
“Kita berjalan atau berlari di lorong batas waktu yang tersedia, tak lebih dan tak kurang. Tumbuh dan menjadi tua adalah keniscayaan hidup. Kita ingin memeluk waktu agar tak terlalu cepat melaju, agar kita bisa menikmati keindahan, kebahagiaan, rindu dan cinta,” ungkap Fadli Zon dalam sambutannya.
Fadli Zon menyampaikan bahwa delapan puisi pendek yang tersaji dalam buku puisi lagu mininya, hanya sepenggal peristiwa atau bayangan yang berhasil terekam dalam kata-kata. Mendeskripsikan rasa dan jiwa dalam ruang dan dimensi yang berbeda-beda, adalah catatan memeluk waktu.
Saya menulis puisi sebagai usaha memeluk waktu. Ada keindahan yang sempurna, sedih yang menyayat hati atau rindu yang tertinggal.
Orang sering berada di tengah-tengah peristiwa tapi tak sempat memetik makna dari apa yang terjadi. Justru puisi yang membawa saya pada kesadaran menikmati hidup melewati waktu yang cepat berlalu itu.
Puisi mencatat peristiwa, kejadian, bahkan yang tak terjadi termasuk mimpi. Tanpa puisi hidup terasa membosankan, sunyi dalam kesibukan.
“Puisi bagi saya adalah ruang berbagi sekaligus menepi dari segala peristiwa yang kerap datang dan pergi,” terang Wakil Ketua Umum Gerindra ini.
“Saya ingin memeluk waktu, sebab kita terus dikejar. Bukankah kita tengah hidup dalam dunia di mana batas tak lagi mengenal tapal, rangkaian peristiwa yang berlalu-lalang dapat seketika mengejar lalu tertinggal. Saya percaya, puisi menjadi mesin pengingat dalam gegap gempita ini” sambung Fadli.
Peluncuran buku puisi ini juga menampilkan musikalisasi puisi yang dinyanyikan penampilan dari Maghfi, Audy dan Fryda. Fadli menyampaikan bahwa Ari Malibu adalah seniman hebat yang akrab dengan puisi dan selalu berhasil memberi ruh bagi puisi menjadi nyanyian yang lebih enak dikunyah.
Jose Rizal Manua, penyair yang turut hadir dalam acara turut memberikan komentar bahwa puisi menjadi penting untuk dihadirkan kembali ditengah situasi politik yang menyita banyak energi. “Fadli Zon yang sebagai politisi dan juga mencintai sastra harusnya menginspirasi politisi lainnya juga” ungkap Jose Rizal.
Pada sesi penutupan acara, Fadli Zon membacakan dua puisi berjudul ‘Memeluk Waktu’ dan ‘Berhenti’. Ia juga menyampaikan harapan, semoga buku puisi ‘Memeluk Waktu’ dan nyanyian Ari Malibu ini bisa membuat kita singgah sebentar ke pinggir untuk sekedar menarik nafas panjang untuk perjalanan berikutnya. (BAN)