Sebaiknya Ginandjar Kartasasmitan Tut Wuri Handayani Saja

 Sebaiknya Ginandjar Kartasasmitan Tut Wuri Handayani Saja

Senior Golkar: Ginandjar Kartasasmita dan Agung Laksono (foto: facebook)

JAKARTA – Polemik di internal Partai Golkar yang membuat sejumlah tokoh senior Golkar  Ginandjar Kartasasmita turun gunung. Kebijakan Ginandjar itu ternyata berbuah pahit, padahal kapasitas Ginandjar yang dikenal kawakan dalam memainkan pion politik ternyata mendapat kritikan balik oleh juniornya di Partai Golkar Syamsul Rizal.

Selaku Fungsionaris DPP Partai Golkar, sebelumnya Syamsul menyampaikan permohonan maaf kepada Ginandjar selaku junior. Syamsul meminta agar sebaiknya Ginandjar mengambil posisi Tut Wuri Handayani saja.

“Apa yang disampaikan oleh Senior Golkar Pak Ginanjar itu sebenarnya tidak berbanding lurus dengan fakta, apa karena Pak Ginanjar salah menerima informasi,” kata Syamsul kepada wartawan, Jumat (5/7/2019).

Seperti diberitakan sebelumnya, Ginandjar mengungkapkan arus utama (mainstream) Golkar menginginkan Airlangga Hartarto tetap kepemimpinan satu periode lagi. Alasan Ginandjar, karena Airlangga terbukti berhasil memimpin partai berlambang pohon beringin itu dengan kembali menempatkan Golkar pada peringkat kedua dalam perolehan suara di parlemen.

Tak hanya itu, kata Ginandjar, Airlangga berhasil melakukan konsolidasi internal sehingga pada Pemilu 17 April lalu. Dengan hal tersebut, kader Golkar tidak terbelah tetapi satu tekad dalam memenangkan Golkar yang masuk partai pemenang pemilu 2 besar di parlemen.

“Pak Ginandjar mungkin lupa bahwa Golkar adalah partai Kader dan saat ini di Partai Golkar banyak sekali generasi pemimpin partai yang mumpuni sesudah masa beliau, generasi berjiwa pemimpin bukan hanya Airlangga Hartarto saja tetapi banyak, ada juga anak Pak Ginandjar ya itu Kang Agus Gumiwang yg saat ini menjabat sebagai Menteri Sosial. Insya Allah akan menjabat lagi untuk kedua kalinya, ada Bambang Soesatyo yang saat ini menjabat Ketua DPR, ada juga Ridwan Hisjam Pimpinan Komisi VII DPR, Ada Azis Syamsudin dan lain lain cukup banyak,” jelas Syamsul.

“Saya tidak mungkin menggurui senior saya tetapi sebaiknya Pak Ginandjar tidak menggiring cara cara pengambil alihan kekuasaan politik yg instant dengan pola aklamasi. Kita tau bahwa budaya aklamasi itu bersumber dari gaya politik transaksional dan akibatnya PG akan terkungkung dan tersandera dalam tekanan politik kekuasaan. Hawa terkungkung dan tersanderanya PG sejak peralihan kepemimpinan dari ARB ke SN sampai AH ini harus diakhiri jika PG mau menang pada pemilu berikutnya,” sambungnya.

“Saya juga mau menyampaikan kepada senior saya Pak Ginanjar bahwa Airlangga Hartarto berhasil dalam mengantarkan Golkar dari susana konflik berkepanjangan dengan dibantu oleh para senior lain seperti Bang Akbar Tandjung, Bang Aburizal Bakri, Mas Agung Laksono Ketum PPK Kosgoro, Pak JK dan lain – lain sampai akhir periodeisasi saat saat sekarang ini,” paparnya.

Menurut Syamsul, dalam konteks keberhasilan kepemimpinan politik sejatinya didiskusikam dalam sebuah forum, seperti rapat pimpinan (Rapim). Memang Golkar saat ini ada posisi kedua secara electoral threshold (PT) tetapi bukan bertambah kursi tetapi bertambah kurang kursinya.

“Secara electoral threshold Golkar juga kalah dengan memperoleh suara urutan ketiga sesudah Gerindra. Saya mau sampaikan juga kepada Pak Ginandjar bahwa Jawa Barat yang kita tau sebagai lumbung suara Golkar saja kalah, demikian juga DKI. Sebagai junior saya berharap Pak Ginanjar tetap menjadi teladan kami, guru kami, orang tua kami yang mengayomi (Tut Wuri Handayani),” Tutupnya. (HMS)

Facebook Comments Box