Seri Mengenal Pemikiran-pemikiran Pemimpin BRICS : 2. Narendra Modi dari India
Terdapat beberapa kesamaan realitas politik India dengan Indonesia, antara lain: (1) kemiskinan dan pengangguran yang signifikan; (2) ketimpangan dan kesenjangan kesejahteraan di dalam masyarakat; (3) munculnya politisi-politisi yang mengambil manfaat dari keterpurukan dan minimnya harapan hidup yang sejahtera pada masyarakat pemilih dengan cara para politisi menyulap dirinya sebagai pahlawan rakyat kecil, padahal sebenarnya kroni oligarki; (4) meningkatnya sentimen agama dan polarisasi berdasarkan perbedaan agama dan afiliasi politik; (5) kapitalisme kroni berdasarkan hubungan politis dengan elit-elit politik yang mengendalikan negara; (6) dan korupsi yang terus berkembang dan mencengkeram.
India kenyang dengan sejarah politisasi agama secara negatif dan menimbulkan konflik agama dan sektarian yang destruktif. Beberapa pemimpin India, terbunuh oleh aksi politik sektarian. Sementara itu, elit-elit tertentu mengambil manfaat dari situasi tersebut. Rakyat jelata, sering dimanfaatkan oleh elit-elit politik guna kepentingan politik mereka tanpa imbalan yang berarti bagi kemakmuran rakyat.
BJP lahir dari keadaan objektif semacam itu, dan Narendra Modi, dibesarkan oleh realitas tersebut dan dengan piawai dapat melejit sebagai politisi yang menyaingi dominasi Partai Kongres yang lebih inklusif.
Narendra Modi, PM India sekarang ini, berasal dari Partai Bharatiya Janata (BJP) atau diterjemahkan dengan Partai Rakyat India. Meskipun embrio partai ini telah lahir pada 1950-an, namun baru benar-benar mendominasi sejak dipimpin oleh Narendra Modi. Adapun saingannya, Kongres Nasional India atau Partai Kongres yang kerap dilihat sebagai partainya Keluarga Gandhi. Sejak tahun 2014, BJP menjadi partai politik yang berkuasa di India di bawah Perdana Menteri saat ini, Narendra Modi.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Christophe Jaffrelot, seorang pakar tentang politik India, “Narendra Modi memanfaatkan sentimen etno-nasionalis setidaknya dalam dua cara. Pertama, ia menarik perhatian kelompok agama Hindu (yang mewakili sekitar 80% penduduk India). Pada tanggal 22 Januari 2024, ia berperan sebagai pendeta tinggi Hindu saat memimpin upacara peresmian kuil Ayodhya, yang dibangun di atas reruntuhan masjid abad ke-16 yang dihancurkan oleh militan nasionalis Hindu pada tahun 1992. Upacara ini, yang disiarkan berulang-ulang di semua saluran, menandai peluncuran kampanye pemilihan BJP. Pada saat yang sama, ia memolarisasi pemilih berdasarkan garis agama dengan menstigmatisasi umat Muslim, sehingga mengonsolidasikan basis pemilih mayoritas Hindu-nya.
Ia baru-baru ini menggambarkan umat Muslim sebagai “penyusup” (istilah yang merujuk pada migran Bangladesh) dan sebagai mereka yang memiliki “lebih banyak anak” (menarik perhatian dalam maksud menimbulkan ketakutan demografis umat Hindu – yang masih mencakup 80% dari populasi).
Kedua, Modi memanfaatkan kebanggaan yang diperoleh warga India dari pengakuan internasional yang ditimbulkan oleh pertemuan pemimpin mereka dengan tokoh-tokoh dunia yang hebat dan baik, yang juga disiarkan berulang kali di televisi. KTT G20 yang diadakan di New Delhi pada waktu yang lalu, memberikan kesempatan untuk memanfaatkan sentimen ini, dengan banyak gambar Narendra Modi di samping logo G20. Bukan giliran India untuk menjadi tuan rumah pertemuan ini, tetapi New Delhi berhasil bertukar posisi dengan Brasil untuk menunjukkan seberapa besar Modi telah “membuat India hebat lagi” sebelum pemilihan umum diselenggarakan. Dia menggambarkan dirinya sebagai pemimpin dunia yang berpengaruh. Pihak oposisi bersusah payah menunjukkan angka peningkatan pengangguran, krisis lingkungan (tercermin dalam kekurangan air, polusi udara yang memecahkan rekor, dan bentuk-bentuk baru penggundulan hutan), dan kapitalisme kroni di balik peningkatan kekayaan yang luar biasa dari orang-orang seperti Gautam Adani. Tetapi Modi tampaknya tidak tersentuh. Opini publik paling mudah menyalahkan pegawai negeri dan bahkan menteri, dan terutama mantan penguasa, hingga dan termasuk Nehru, yang disalahkan Modi atas semua kejahatan.”
Gautam Adani yang ditengarai sebagai kroni politik dalam back up keuangan BJP, sekarang bersama Jokowi masuk dalam daftar Nominasi Tokoh Terkorup 2024 versi OCCRP. Beruntunglah Narendra Modi bebas dari nominasi tersebut.
Gautami Adani merupakan grup konglomerat terbesar kedua di India, yang memiliki hubungan bisnis dengan Haji Islam, pemilik Jhonlin Group dalam rangka memasok kebutuhan Batubara India.
Sebagaimana pola yang terlihat sama, halmana oligarki ekonomi memiliki peran signifikan untuk menopang operasi partai politik di India maupun Indonesia dari segi keuangan. Akibatnya, oligarki ekonomi demikian tak tersentuh oleh hukum bilamana tersandung oleh tindakan pelanggaran hukum dan peraturan, karena mendapatkan perlindungan dan back up dari penguasa.
Namun uniknya, baik Indonesia maupun India, pertumbuhan ekonominya termasuk yang paling mengesankan, didorong oleh konsumsi yang besar baik oleh kebutuhan belanja negara maupun oleh konsumsi penduduknya yang benyak. Tidak seperti China, halmana pembangunan dinavigasi dan dijaga ketat oleh kepemimpinan PKT secara sendirian, India dan Indonesia tampaknya dinavigasi oleh mekanisme pasar bebas yang dipengaruhi oleh elit-elit partai dan grup-grup konglomerat.
Bagaimana pun, kedua negara yang berpengaruh ini, penting untuk saling belajar, bekerjasama dan saling memahami. Namun muncul kecurigaan, apakah jauh-jauh hari para ahli strategi politik dan penyusun kampanye tokoh seperti Joko Widodo telah mengadopsi teknik kampanye Narendra Modi guna meraih kemenangan politiknya?
*Kesimpulan*
Narendra Modi merupakan pemimpin yang tidak terlalu teoritik, tetapi lebih praktis dan taktis. Agak sulit memetik pemikiran-pemikirannya, selain bagaimana dia mengelola aspirasi naiknya sentimen nasionalisme Hindu guna kemenangan politiknya melawan Partai Kongres yang sekular. Fokus dia bagaimana ekonomi India dapat terkendali dan meningkat. Dia juga memenuhi aspirasi rakyatnya agar India semakin kuat secara teknologi dan militer dalam rangka kebanggaan India.