Setya Novanto: Kader Tak Dukung Ahok-Djarot Dapat Sanksi Seperti dalam AD/ART Partai
JAKARTA, Lintasparlemen.com Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto mengancam para kadernya yang membelot tidak mendukung calon gubernur dan wali gubernur Ahok-Djarot akan diberikan sanksi sesuai aturan organisasi yang ada dalam AD/ART.
Beberapa waktu lalu banyak kader Partai Golkar membelot atas keputusan partai mendukung duet Ahok-Djarot di Pilgub DKI 2017. Khususnya saat Ahok melakukan penistaan agama dari al-Qur’an Surah al-Maidah Ayat 51 meski kemudian gubernur DKI saat ini mengakui kesalahannya dengan meminta maaf.
Menurut Setya Novanto, keputusan partai mendukung pasangan petahana tersebut tidak akan berubah, tetap bulat. Meskipun banyak kader hingga di akar rumput yang tak setuju dengan sikap partai itu. Dan para kader yang mundur diri kepengurusan dan keanggotaan partai tak jadi masalah bagi masa depan partai Golkar.
“(Kalau soal pengunduran diri para kader Golkar, red) tidak ada masalah, semua baik-baik saja,” kata Novanto, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (10/10/2016) malam.
Bagaimana jika ada kader Golkar yang tidak searah dengan kebijakan partai? Setya Novanto menjawab, jika ada kader yang tidak patuh dengan arahan keputusan partai. Maka sanksinya pasti ada sesuai dengan yang ada dalam dalam AD/ART.
“Semua kan sudah jelas, semua sudah diatur dalam AD/ART. Termasuk juga soal sanksi (yang tidak mentaati garis kebijakan partai, red). Jadi tinggal kami jalani saja aturan yang sudah ada,” terang Ketua Fraksi Golkar ini.
Seperti diwartakan sebelumnya, banyak kader Golkar, termasuk di akar rumput yang putar haluan tidak mendukung Ahok-Djarot. Di antaranya, tokoh Poros Muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia dan bahkan Doli meminta partainya menarik dukungan terhadap Ahok-Djarot. Kemudian ada kader Golkar yang kemudian mendukung pasangan Agus-Sylvi, yakni Sirajudin Abdul Wahab.
Terakhir kemarin, satu salatu pengurus DPP Partai Golkar yang menjabat di Departemen Bidang Energi dan Energi Terbarukan, yakni Dedy Arianto juga memilih mundur dari kepengurusan Partai Golkar karena tak ingin dukung Ahok-Djarot yang tidak seiman dengannya. Apalagi Ahok dengan terang-terangnya telah menistakan ayat suci Al-Qur’an, kitab Maha Agung umat muslim se-dunia. (HMS)