STRES: Apa yang Allah Inginkan Saat Kita Stres???
Oleh: Munawir Kamaluddin, Dosen UIN Alauddin Makassar
Ada kalanya manusia terbangun di pagi hari dengan semangat yang menyala-nyala, penuh harapan untuk menghadapi dunia. Namun, tidak jarang pula, ia merasa beban yang tak kasatmata menggantung di pundaknya, mendesak jiwa, membatasi napas, dan menyelubungi pandangan dengan kekhawatiran.
Beban itu bernama STRES. Ia bukan sekadar istilah dalam psikologi modern, melainkan fenomena universal yang telah lama menjadi bagian dari kisah manusia sejak awal keberadaannya.
Stres hadir dalam beragam wajah: dari tekanan pekerjaan, konflik keluarga, hingga tantangan dalam menjaga keimanan di tengah godaan duniawi.
Ia seperti gelombang pasang yang datang tiba-tiba, menggoyahkan perahu kehidupan yang kita kayuh setiap hari.
Dalam hidup yang semakin kompleks ini, stres menjadi topik yang tak terhindarkan, sebuah isu yang menyentuh hampir setiap aspek keberadaan manusia. Namun, adakah ia sekadar pengganggu? Ataukah ia memiliki makna yang lebih mendalam bagi mereka yang mau merenung?
Islam, dengan kebijaksanaan Ilahinya, memandang stres bukan sebagai musuh yang harus dihancurkan, melainkan sebagai ujian dan anugerah tersembunyi. Firman Allah dalam Al-Qur’an menegaskan:
“وَلَا نَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ”
“Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini memberi pesan mendalam bahwa stres, ketakutan, dan kekurangan adalah bagian dari skenario Ilahi. Ia hadir bukan untuk melemahkan, tetapi untuk menguatkan. Melalui ujian ini, Allah menanamkan benih kesabaran, keyakinan, dan ketergantungan penuh kepada-Nya.
Namun, dalam kenyataan sehari-hari, tidak semua orang mampu memahami atau menghadapi stres dengan bijak. Banyak yang terperosok dalam kesedihan, bahkan keputusasaan. Sebagian mencoba melarikan diri melalui hiburan sesaat, sementara yang lain terjebak dalam lingkaran kecemasan yang tak berujung.
Di sinilah pentingnya menggali kembali ajaran Islam yang sarat dengan solusi spiritual, emosional, dan praktis.
Rasulullah SAW, yang kehidupannya penuh tantangan, adalah teladan terbaik dalam menghadapi stres.
Dalam banyak kesempatan, beliau mengingatkan pentingnya doa, zikir, dan tawakal. Salah satu doanya yang penuh makna adalah:
“اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ”
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesedihan dan kesusahan, kelemahan dan kemalasan, kekikiran dan pengecut, beban utang, dan tekanan manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Doa ini adalah bukti bahwa stres adalah realitas yang diakui, bahkan oleh Rasulullah, tetapi ia bukan sesuatu yang harus dibiarkan menguasai jiwa.
Sebaliknya, ia adalah kesempatan untuk berserah diri kepada Allah, memperkuat hubungan dengan-Nya, dan memurnikan hati dari kecintaan dunia yang berlebihan.
Tulisan ini akan mencoba menyelami hakikat stres dalam bingkai ajaran Islam. Dengan pendekatan yang komprehensif, kita akan mengurai penyebab stres, dampaknya, serta solusi yang ditawarkan Islam, baik dari sisi spiritual, psikologis, maupun sosial. Setiap pembahasan di dalamnya akan berusaha menghubungkan teori dengan realitas, agar menjadi relevan bagi pembaca dari berbagai latar belakang.
Melalui perjalanan ini, kita akan menemukan bahwa stres bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, ia adalah pintu menuju kesadaran, pembelajaran, dan kedekatan dengan Sang Pencipta.
Semoga tulisan ini menjadi peta yang menuntun kita semua pada ketenangan hati, kejernihan pikiran, dan harmoni dalam menjalani kehidupan.
Mari melangkah bersama, menyelami hikmah di balik setiap ujian, dan menemukan kedamaian yang sejati dalam kasih sayang-Nya.
*Stres dalam Perspektif Islam:*
*Pengertian, Ciri-ciri, Penyebab, Efek, dan Solusi Pencegahan serta Penyelesaian*
Stres merupakan salah satu kondisi psikologis yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia. Islam, sebagai agama yang sempurna, memberikan panduan tentang bagaimana memahami dan menangani stres dengan pendekatan spiritual, psikologis, dan sosial. Berikut uraian mendalam tentang stres dalam perspektif Islam:
1. *Pengertian Stres dalam Islam*
Dalam Islam, stres dapat dipahami sebagai ujian atau cobaan yang Allah berikan kepada manusia untuk menguji keimanan dan kesabaran mereka.
Stres muncul ketika seseorang menghadapi tekanan atau perubahan yang signifikan dalam hidupnya, baik dalam aspek fisik, emosional, maupun spiritual. Allah berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Cobaan ini dapat menjadi sarana peningkatan keimanan jika disikapi dengan sabar dan tawakkal kepada Allah.
2. *Ciri-Ciri Stres dalam Perspektif Islam*
Ciri-ciri stres dalam Islam tidak hanya mencakup gejala fisik atau psikologis, tetapi juga indikasi kelemahan spiritual:
a. *Ciri Psikologis*
Rasa cemas dan gelisah: Rasulullah bersabda:
لَا يَغْلِبَنَّكُمُ الْفَرَحُ بِالشَّيْءِ وَلَا الْحُزْنُ عَلَى الشَّيْءِ
“Janganlah terlalu berlebihan dalam bergembira atau bersedih terhadap sesuatu.” (HR. Ahmad)
b. *Ciri Fisik*
Tubuh menjadi lemah, mudah lelah, atau sering sakit. Dalam hadits disebutkan:
إِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atas dirimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. *Ciri Spiritual*
Jauh dari Allah: Stres sering muncul ketika manusia lupa bahwa segala sesuatu berada di bawah kendali Allah.
Lalai dalam ibadah: Ibadah menjadi tidak khusyuk atau terabaikan.
3. *Penyebab Stres dalam Islam*
Islam mengidentifikasi beberapa penyebab stres yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri, dan orang lain:
a. *Kurangnya Keimanan*
Kurangnya keyakinan bahwa Allah memiliki rencana terbaik sering menjadi penyebab utama stres. Allah berfirman:
وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ
“Dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS. At-Taghabun: 11)
b. *Tuntutan Duniawi yang Berlebihan*
Kesibukan mengejar duniawi tanpa memperhatikan akhirat dapat menyebabkan tekanan. Rasulullah bersabda:
مَن كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ ٱللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
“Barang siapa menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan menjadikan kefakiran selalu ada di depan matanya.” (HR. Tirmidzi)
c. *Masalah Sosial atau Ekonomi*
Kemiskinan, hutang, dan konflik keluarga sering menjadi pemicu stres. Rasulullah mengajarkan doa untuk mengatasi hal ini:
ٱللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ ٱلْهَمِّ وَٱلْحُزْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ ٱلْعَجْزِ وَٱلْكَسَلِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesedihan dan kekhawatiran, dari kelemahan dan kemalasan.” (HR. Abu Dawud)
4. *Efek Stres dalam Perspektif Islam*
Stres yang tidak terkelola dapat berdampak pada:
*Kesehatan fisik dan mental: Rasulullah memperingatkan pentingnya menjaga kesehatan.
*Hubungan dengan Allah: Stres dapat menyebabkan seseorang merasa jauh dari rahmat Allah.
*Hubungan sosial: Stres dapat memicu konflik dan merusak hubungan.
5. *Solusi Pencegahan dan Penyelesaian Stres dalam Islam*
a. *Meningkatkan Keimanan dan Ketawakkalan*
Meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah ketetapan Allah. Rasulullah bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ
“Ketahuilah, apa yang ditetapkan untukmu tidak akan meleset, dan apa yang tidak ditetapkan untukmu tidak akan menimpamu.” (HR. Tirmidzi)
b. *Menjaga Keseimbangan dalam Hidup*
Islam menganjurkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Allah berfirman:
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia.” (QS. Al-Qashash: 77)
c. *Melakukan Ibadah dan Dzikir*
Ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan dzikir dapat menenangkan hati. Allah berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
d. *Mencari Solusi dan Bantuan*
*Berkonsultasi dengan ulama, keluarga, atau sahabat yang terpercaya.
*Memanfaatkan ilmu pengetahuan seperti psikologi untuk memahami stres.
*Meningkatkan taqarrub ( pendekatan) dengan Pencipta dan memohon petunjuk dan inayah-Nya agar diberi arah yang jelas dan solutif dari masalah yg dihadapi.
Berolahraga dan melakukan rileks asi agar otot yg tegang dan suasana hati lebih fleksibel. Dll
Walhasil, dari uraian diatas dapat dipahami bahwa Islam memberikan solusi holistik untuk mengelola stres melalui pendekatan spiritual, sosial, dan ilmiah.
Dengan memahami bahwa stres adalah bagian dari ujian hidup, seorang Muslim diajarkan untuk menyikapinya dengan sabar, tawakkal, dan usaha yang optimal. Hanya dengan mendekatkan diri kepada Allah, hati dan pikiran dapat benar-benar menemukan ketenangan.
*PENUTUP/ KESIMPULAN*
Hidup adalah kanvas yang luas, tempat berbagai warna emosi dan pengalaman tergores oleh kuas waktu.
Di antara sapuan warna yang cerah, ada pula guratan gelap yang melambangkan duka, kegelisahan, dan tekanan.
Stres adalah salah satu warna itu, yang terkadang hadir bukan untuk mengotori kanvas, melainkan untuk memberi kedalaman dan makna pada lukisan kehidupan.
Dalam perspektif Islam, stres bukanlah noda yang harus dihapus, melainkan bagian tak terpisahkan dari desain Ilahi yang penuh hikmah.
Seperti hujan yang jatuh di tanah gersang, stres membawa pesan tersembunyi untuk menyuburkan jiwa yang mungkin mulai lupa akan Sang Pencipta.
Ia hadir mengingatkan manusia akan kelemahannya, bahwa di balik segala perencanaan dan ambisi, ada kuasa yang lebih besar yang mengatur segalanya.
Di sinilah letak keindahan ajaran Islam: menjadikan stres bukan sebagai musuh yang harus dilawan, tetapi sebagai guru yang mengajarkan arti tawakal, sabar, dan ikhlas.
Islam mengajarkan bahwa di balik setiap ujian, ada hikmah yang menunggu untuk ditemukan. Firman Allah dalam Al-Qur’an menyatakan:
“فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا، إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا”
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Ayat ini bukan sekadar janji, tetapi pengingat bahwa hidup adalah keseimbangan antara kesulitan dan kemudahan, antara tangis dan tawa, antara gelap dan terang.
Stres, dalam bingkai ini, adalah pengantar menuju cahaya. Ia memaksa manusia untuk berhenti sejenak, merenung, dan mencari makna di balik setiap peristiwa.
Kesimpulan dari perjalanan ini adalah bahwa stres bukanlah akhir dari segalanya. Ia adalah pintu yang mengantarkan kita kepada kesadaran bahwa kita tidak pernah benar-benar sendiri.
Di saat paling gelap, ada Allah yang selalu mendengar. Di tengah gelombang ketidakpastian, ada doa yang menjadi sauh ketenangan.
Di setiap desakan rasa putus asa, ada ajaran Rasulullah yang menuntun kita untuk tetap berpegang pada zikir dan harapan.
Dalam menghadapi stres, manusia perlu membangun harmoni antara pikiran, hati, dan tindakan. Dengan pikiran, ia memahami bahwa stres adalah bagian dari sunnatullah. Dengan hati, ia belajar berserah diri dan meyakini bahwa Allah tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya. Dan dengan tindakan, ia merancang langkah-langkah untuk mengelola tekanan, baik melalui pendekatan spiritual, sosial, maupun praktis.
Akhirnya, semoga tulisan ini dapat menjadi cermin yang memantulkan wajah kehidupan. Dalam setiap garisnya, semoga kita menemukan refleksi diri, pelajaran, dan inspirasi untuk melangkah lebih bijak.
Stres, sebagaimana ujian lainnya, adalah peluang untuk tumbuh dan mendekatkan diri pada Allah. Jadikanlah ia sebagai alat untuk menyulam keindahan jiwa, sehingga ketika perjalanan hidup ini berakhir, kita kembali kepada-Nya dengan hati yang damai, jiwa yang tenang, dan amal yang penuh makna.
Semoga kita semua, dalam setiap tekanan yang kita rasakan, mampu menemukan hikmah yang tersembunyi, menyalakan kembali lilin harapan, dan merasakan pelukan kasih sayang Allah yang tak berbatas.# Wallahu A’lam Bishawab🙏