Terkait Akrobat Politik Ahok, PDIP Sebut Ahok Pendekar Mabok hingga Ancam Ahok Berhati-hati pada PDIP

 Terkait Akrobat Politik Ahok, PDIP Sebut Ahok Pendekar Mabok hingga Ancam Ahok Berhati-hati pada PDIP

Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Arteria Dahlan

JAKARTA, Lintasparlemen.com – Internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sepertinya sudah mulai kehilangan kesabaran terkait akrobat politik Calon Gubernur DKI Jakarta yang juga incumbent Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Pasalnya, selama ini Ahok kerap melontarkan kalimat atau kata-kata yang dilancar memancing emosi pihak lain yang mengadu-domba, khususnya politisi PDIP yang hingga saat ini belum final menetapkan cagub DKI.

Bahkan Politisi PDIP Perjuangan Arteria Dahlan dengan keras menyebut bahwa Ahok sebagai ‘Pendekar Mabuk’ dengan mengucilkan kader Djarot Saiful Hidayat sebagai kader partai dengan menggadang-gadang Heru Budi Hartono sebagai Cawagub Ahok bersama Teman Ahok beberapa waktu lalu.

“Ya, Ahok itu seperti Pendekar Mabok, seradak seruduk tanpa etika. Terlepas ada kekurangannya, Djarot itu adalah salah satu kader terbaik yang dimuliki partai, kan tadinya dinihilkan Ahok dengan menghadirkan Heru sebagai wakilnya,” kata Arteria pada lintasparlemen.com, Jakarta, Senin (22/08/2016) kemarin.

“Kedua kita tak ingin konstruski cagub dan wagub DKI dibuat dengan alasan pragmatisme, karena (Ahok) butuh PDI Perjuangan, maka Ahok kembali meminta Pak Djarot untuk mendampinginya. Kan semua digampangkan saja oleh Ahok, tanpa etika tanpa balutan moral sekadar mengamankan kekuasaan dan kepentingannya belaka,” sambung Anggota Komisi II DPR RI ini.

Arteria juga mengungkit masa lalu Ahok yang tak konsisten dalam menjalankan karir politiknya selama ini. Dengan keras Arteria menyebutkan, para partai politik untuk waspada pada Ahok, khususnya saat merapat ke PDI Perjuangan.

“Bayangkan akrobat politiknyg sudah dia buat, hingar bingar depolitisasi dan anti parpol yang sengaja dia hembuskan melalui Teman Ahok. Lihat saja tag line Teman Ahok yang nyata-nyata mendiskreditkan parpol. Lalu usung Pak Heru sembari kasi statement akan usung Djarot. Kalau Djarot mau, dan tak diusung parpol, lalu meninggalkan pendukungnya yang sudah sepakat dengan jalur independen sembari menyatakan kalau tak bisa maju melalu jalur independen ya nggak jadi  gubernur. Tapi kan sekarang lucu, bahkan seperti orang tak ada moral dan etika. Datang ke partai ingin diusung parpol dan diusung PDI Perjuangan. Lalu mintan Pak Djarot sebagai wakilnya,” jelasnya kesal.

Kader muda PDIP ini juga menyayangkan sikap Ahok itu, karena warga DKI yang sudah mengumpulkan KTP untuk mendukung Ahok sebagai Cagub DKI melalui Teman Akon tapi dihianati. Menurutnya, sikap Ahok tak maju sebagai calon perseorangan adalah sikap pelecehak terhadap masyarakat DKI yang telah memberi dukungan KTP.

“Bagaimana pertanggungjwaban moralnya bagi orang yg sudah kumpulkan KTP? Mereka yang bergabung (Teman Ahok) karena apatis terhadap politik dan apriori pada parpol yang selama ini di wadah oleh teman Ahok. Ini bagi saya pelecehan, nggak tahu perspektif partai bagaimana melihatnya. Sudah menjadi tradisi dan bagian dari sejarah partai, bahwa partai kami tak gentar dengan giuran kekuasaan. Kami lebih memilih cara berkuasa yang bermartabat, tak didikte atau dipermainkan sekalipun kekuasaan nantinya akan meninggalkan kita. Karena kita yakin kekuasaan rakyatlah yang abadi,” paparnya.

Politisi dan juga pengacara ini mengingatkan Ahok untuk bersikap hati-hati terhadap PDIP. Partai besutan Megawati Soekarno Putri itu, beda dengan partai politik lainnya, bisa dijadikan alat politik Ahok. Tapi PDIP, partai yang memiliki pola perpolitikan matang yang tak mudah dipermainkan. Ia juga jijik dengan pola politik Ahok di DKI, hanya mendekati Ketum PDIP untuk mendapatkan dukungan partainya.

“Singkat kata, Ahok harus hati-hati. Partai lain bisa dipermainkan dan diputarbalikkan, tapi jangan PDI Perjuangan. Kita di PDI Perjuangan teguh dalam garis perjuangan dan pendekatan tak berbasis pragmatisme. Kalau lihat gayanya (Ahok) sekarang jujur saja saya jijik tuh melihat pemimpin yang miskin etika. Dan moral berkoar-koar sebagai orang bersih dan beretika. Ke partai main atas, seolah-olah cukup dengan Ketua Umum (Megawati) dan persoalan yang lain selesai. Ini PDI Perjuangan Bung, di mana etika dan moral lebih urama dibandingkan kekuasaan semata,” pungkasnya, geram.  (HMS)

Facebook Comments Box