Terkait Cuitan SBY di Twitter, Anggota DPR Ini Sebut SBY Membangun Istana Pasir di Pantai
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Anggota Komisi II DPR RI Arteria Dahlan angkat suara terkait cuitan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di halaman Twitter-nya mengenai kondisi bangsa ini.
Di mana cuitan SBY tersebut merupakan perhatian terhadap pihak yang gemar menebar berita hoax. Dan berita hoax itu dapat mempengaruhi sentimen negatif di tengah masyarakat.
Namun Arteria menyayangkan sikap SBY itu di tengah upaya pemerintah yang sigap mempersatukan seluruh elemen bangsa, masih ada kicauan seperti itu. Ia mengibaratkan ibarat SBY telah membangun istana pasir di tepi pantai.
“Kita mengibaratkan ibarat SBY telah membangun istana pasir di tepi pantai. Jadi semakin membingungkan, apa maksud dan tujuannya serta ditujukan kepada siapa, lebih baik semua pihak menahan diri. Pak SBY itu tokoh bangsa, ketua umum parpol, Presiden RI ke-VI, punya massa, kalau beliau serukan semangat persatuan pastinya massa dan pendukung beliau akan patuh dan negara akan terbantu,” kata Arteria pada lintasparlemen.com, Jakarta, Ahad (22/1/2017) dini hari tadi.
“Sebaliknya kalau membuat ciutan seperti itu paling tidak massa pendukungnya menanyakan arah dan tujuannya ke siapa, belum lagi kita bicara rakyat secara keseluruhan, yang persepsinya macam-macam, rakyat sudah lelah, lelah melihat akrobat politik saat ini yang cenderung tidak terkontrol dan tidak tahu akhirnya akan ke mana,” sambungnya.
Seharyanya SBY, pintanya, ikut berpartisipasi membangun bangsa ini seperti negara tetangga. Mereka membangun manusianya juga infrastruktur kenegaraannya dengan penuh peradaban.
“Sementara kita sibuk sendiri dengan urusan kekuasaan, bukan hanya jalan di tempat malah mundur ke belakang dari sisi peradaban. Kembali lagi saya pikir kurang tepat bereaksi dalam bentuk apapun kecuali dalam substansi merekat persatuan dalam kebhinekaan,” ujarnya.
Politisi PDIP ini menghimbau kepada semua pihak utamanya tokoh bangsa untuk merapatkan barisan, bahu membahu menjaga keutuhan NKRI. Ia meminta bangsa ini untuk bersyukur yang telah dianugrahu 17.000 pulau, 700 suku dan ribuan bahasa.
Begitu pula dengan perbedaan keimanan yang dianut warganya, dengan segala kekayaan alam melimpah yang terkandung didalamnya begitu pula dengan segala kebhinekaan pola pikir dan perilaku.
“Kita dapat hidup aman, tenteram dan damai. Semua bangsa belajar dari kita, bagaimana merajut tali kebangsaan menjadi jalinan spirit keluarga besar Indonesia Raya. Kalau saya boleh meminta dan memohon dengan sujud dan penuh khidmat kepada semua tokoh bangsa untuk bersatu. Bersatu membangun bangsa ini, tinggalkan segala perbedaan, hilangkan segala kepentingan karena saya melihat kondisi saat ini bukan hanya efek dari kompetisi lokal untuk merebut kekuasaan secara konstitusional, tapi ada ancaman besar terkait disintegrasi bangsa,” papar Arteria.
Ia meminta hendaknya semua pihak melihat dengan perspektif ke Indonesiaan, tentunya kita semua tidak ingin seperti Yugoslavia-Serbia-Bosnia, tidak pula ingin seperti Suriah dan negara Timur Tengah. “Padahal kita semua lupa bahwa kita ini satu keluarga, keluarga besar Indonesia Raya,” pungkasnya. (HMS)