Tolak Jabatan Wakil Ketua DPR, Adies Kadir Perlihatkan Contoh Berpolitik Santun
Posisi Wakil Ketua DPR RI yang salah satunya diisi oleh partai Golkar belakangan ini menjadi sorotan, penyebabnya kursi itu sedang mengalami kekosongan pasca Azis Syamsudin mengundurkan diri setelah ditetapkan tersangka oleh KPK.
Ragam spekulasi muncul, siapa gerangan kader Golkar yang yang akan menduduki posisi Wakil Ketua, salah satu nama yang santer diperbincangkan adalah Adies Kadir, sejumlah pihak memyebut Adies Kadir punya kapasitas menjadi Wakil Ketua DPR RI.
Uniknya, meskipun namanya disorot sebagai calon pengganti Azis Syamsudin, Adies Kadir justru menolak secara halus, ia masih merasa nyaman dengan posisinya sebagai Wakil Ketua Komisi DPR RI. Ia bersyukur dengan apa yang sedang diraihnya sambil terus berkarya untuk rakyat.
Informasi ini saya dapatkan dari salah satu wartawan yang biasa meliput di Gedung Nusantara, DPR RI. Padahal, wartawan tadi ingin memberitakan terkait peluang sebagai Adies Kadir. Media itu ingin mem-blow up secara massif peluang Adies Kadir menggantikan Azis Syamsuddin.
Langkah yang dilakukan Adies Kadir ini merupakan pembelajaran politik yang baik, secara teoritis langkah ini memperlihatkan upaya seorang politisi untuk mengendalikan syahwat politik yang belum waktunya, dari sisi strata jabatan, sangat jelas posisi Wakil Ketua DPR RI jauh lebih tinggi dan bergengsi dibandingkan posisi Wakil Ketua Komisi III, tapi apakah semua yang lebih tinggi itu harus langsung kita capai saat ada kesempatan.
Bagi orang yang mampu mengendalikan hasrat politik yang belum waktunya maka ia akan mempertimbangkan banyak aspek, lalu memutuskan bahwa ini belum waktunya, lagipula dalam dunia politik kesempatan bisa datang berkali-kali, jadi tak perlu buru-buru bila memang merasa belum waktunya.
Alasan lain yang digunakan Adies Kadir juga cukup menarik, menurutnya masih banyak senior di Golkar yang lebih layak menduduki posisi itu, ini bisa dibaca sebagai tanda kesantunan dalam berpolitik, memberikan kesempatan kepada orang yang dianggap lebih berpengalaman, boleh jadi juga di antara para senior tersebut ada yang selama ini menjadi inspirasi Adies Kadir dalam berpolitik, sehingga tidak ada salahnya mempersilakan mereka untuk maju terlebih dahulu.
Sekeras apapun dinamika dalam dunia politik praktis, tetapi sopan santun tetap perlu ada, politisi yang senang lambung kiri biasanya juga jatuhnya cepat, ini tentu tidak diinginkan Adies Kadir.
Adies Kadir nampaknya ingin menapaki karir politiknya secara perlahan dan terukur, boleh jadi ia sudah punya target tersendiri kapan waktunya menduduki sebuah jabatan, atau boleh jadi juga ia lebih percaya pada teori garis tangan, bahwa sesuatu akan dicapai pada waktu yang tepat.
Banyak politisi yang melejit dengan cepat tapi tak mampu bertahan lama di puncak, karam oleh serbuan lawan politiknya, bila sesuatu dicapai dengan terburu-buru tanpa perhitungan matang, yang muncul buka politik, justru musuh politik akan tumbuh subur, lalu bermufakat jahat menjatuhkan sang figur, Adies Kadir pasti tak ingin seperti ini menimpa dirinya, sehingga lebih memilih menggunakan akal sehat dibandingkan hasrat politik, mungkin, walaupun Adies Kadir yang lebih tahu kenyataannya.
Puncaknya, Azis Syamsuddin meninggalkan jabatan Waketum Korbid Polhukkam yang mengundurkan diri kemudian digantikan oleh Adies Kadir. Di mana jabatan Adies Kadir sebelumnya sebagai Ketua DPP Partai Golkar Biang Hukum. Sementara jabatan lama Adies Kadir di Golkar diduga kuat digantikan oleh John Kenedy Aziz.
Angin politik berembus ke Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus yang digadang-gadang bakal menduduki jabatan Wakil Ketua DPR RI yang ditinggalkan Azis Syamsuddin. Sosok Lodewijk di Golkar representatif dari kondisi Partai Beringin saat ini. []
Zaenal Abidin Riam
Pengamat Kebijakan Publik/ Koordinator Presidium Demokrasiana Institute