Tren Zaman yang Penting untuk Disimak: Kasus Kemunculan Ustadz-ustadz Influencers
Baru-baru ini saya lihat, Ustadz Somad sudah bergeser menjadi jurkam Pilkada di Sumatera Utara. Menegaskan posisinya sebagai influencers, bukan lagi penceramah yang netral. Kemudian muncul lagi Ustadz Dasa’ad Latief. Juga mengikuti peran influenscers yang dilakukan oleh Ustdz Somad. Sebagai influencers untuk Pilkada, jelas bayarannya tinggi.
Sejak munculnya platform medsos sebagai saluran propoganda alternatif atas media yang terkontrol oleh suatu perusahaan atau lembaga (media konvensional), maka muncul suatu tren dan fenomena yang tak terbayangkan sebelumnya bagaimana suatu figur diorbitkan dan digandrungi oleh pasar.
Mai kita lihat evolusinya dengan fenomena ustadz atau figur penceramah agama yang mencuat lewat medsos tersebut yang kemudian berhasil menancapkan popularitas dan akseptabilitasnya di hadapan publik.
Ustadz Somad, Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Dasa’ad Latief, dan ustadz-ustadz populer lainnya hari ini, clear merupakan hasil orbitan medsos. Dalam mekanisme orbitan medsos, otoritas pemilik media, kehilangan relevansinya seperti pada kasus saluran TV, maupun media cetak. Dalam media TV atau media cetak, redaksi yang mewakili kepentingan perusahaan, menggariskan kebijakan bagaimana suatu produksi boleh disajikan.
Dahulu, di zaman Hamka, popularitas ustadz atau penganjur agama, ditentukan oleh media cetak dan radio, kemudian TVRI. Jika yang bersangkutan kerap muncul di media cetak seperti majalah atau koran ataupun radio, apalagi jika yang bersangkutan kerap jadi objek liputan ataupun memiliki kolom tetap atau juga slot on air di radio, maka yang bersangkutan otomatis akan terdongkrak popularitasnya. Atau yang bersangkutan memiliki majelis yang rutin untuk diisi dan disambangi dalam rangka berinteraksi dengan publik jamaah seperti Habib Kwitang, Abdullah Sjafei, dan lain-lain. Kepopulerannya dapat ditunjang juga oleh kaset-kaset yang menampung rekaman ceramahnya, seperti Zainuddin MZ, dll.
Era media cetak dan radio dikejar kemudian oleh media televisi. Maka melalui media televisi, muncullah ustadz-ustadz atau penceramah-penceramah generasi baru, selain generasi lama tetap mengisi. Era televisi ini, kemudian memunculkan fenomena AA Gym, Ustdz Yusuf Mansur, Arifin Ilham, menyebut di antara yang ngetop di era televisi.
Setelah era televisi meredup dan orang mendapatkan pilihan alternatif saluran informasi, hiburan dan interaksi yang langsung seperti kanal YouTube, Facebook, Twitter, Instagram, hingga sekarang dengan populernya, TikTok, maka muncullah ustadz-ustadz kondang yang jauh lebih kreatif, fresh dan konten ceramah mencerminkan kebutuhan netizen.
Kini terbuka peluang bagi siapapun untuk memanfaatkan platform media sosial yang begitu banyak untuk menyapa netizen dengan segmen-segmen yang sangat beragam. Ustadz Somad dan Ust Adi Hidayat adalah tipe hasil besutan YouTube dan Facebook, mungkin kelak akan muncul ustadz-ustadz baru dengan karakteristik netizen yang terus berkembang dan platform media sosial yang juga tak ada hentinya untuk berkembang.
*~ Bhre Wira*